Pertanian pintar solusi atasi perubahan iklim

id petani,berita sumsel.,berita palembang,berita antara,Stasiun Klimatologi BMKG,perubahan iklim

Pertanian pintar solusi atasi perubahan iklim

Petani nyemprot tanaman padi untuk mencegah hama. (Ist)

Padang (ANTARA News Sumsel) - Penerapan pertanian pintar dengan memahami iklim secara benar dinilai sebagai salah satu solusi dalam mengatasi perubahan iklim guna meningkatkan produksi pangan di Sumatera Barat.

"Dalam beberapa tahun terakhir terjadi perubahan iklim di Sumbar yang berdampak pada pertanian, salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah lewat sekolah lapang iklim bagi petani," kata Peneliti Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi BMKG Sicincin, Rizky Armei Saputra di Padang, Kamis.

Menurut dia perubahan iklim yang terjadi di Sumatera Barat dalam beberapa tahun terakhir meliputi kenaikan suhu, perubahan pola hujan, pergeseran musim hingga hujan ekstrem.

"Perubahan tersebut mempengaruhi pola tanam, waktu tanam, produksi hingga kualitas hasil produk pertanian," kata dia.

Bahkan, lanjut dia hal itu dapat menyebabkan berkurangnya produktivitas dan ketidakstabilan produksi pertanian, produksi ternak, perikanan dan kehutanan.

Ia menyebutkan pada 2016 di Sumatera Barat akibat kekeringan terdapat 15.000 hektare sawah terdampak tidak dapat ditanami di Kabupaten Limapuluh Kota, Tanah datar dan Sijunjung.

Laporan Dinas Pertanian Sumbar kekeringan menyebabkan produksi padi menurun 47 ribu ton dari tahun sebelumnya dan yang paling terdampak adalah sawah tadah hujan, ujarnya.

Ia menyampaikan untuk mengatasinya serta meningkatkan produksi tanaman padi sejak 2012 Stasiun Klimatologi Padang Pariaman secara rutin telah melaksanakan Sekolah Lapang Iklim (SLI).

Tujuannya agar sektor pertanian memahami informasi iklim sehingga dapat melakukan adaptasi pola tanam hingga menghindari gagal tanam dan gagal panen, katanya.

Ia menyebutkan sekitar 250 orang penyuluh pertanian, akademisi, LSM sudah mengikuti sekolah lapang iklim.

Tidak hanya itu Dinas Pertanian juga melaksanakan di tingkat kelompok tani yang masih terbatas di daerah sentra padi yang rawan kekeringan, kata dia.

Ia mengatakan berdasarkan evaluasi pelaksanaan sekolah lapangan iklim hasilnya cukup menggembirakan karena para petani mulai menyesuaikan pola tanam dan komoditas tanamannya seperti di Situjuah Gadang, Kabupaten Limapuluh Kota.

Dalam sekolah lapang iklim petani di daerah terdampak tidak lagi berpedoman dengan musim biasanya karena perubahan iklim yang sedang terjadi dapat membuat musim tanam bisa maju atau mundur sehingga mereka melakukan adaptasi, kata dia.