Mengukir sejarah baru perberasan

id Perberasan,swasembada beras,cadangan beras pemerintah,stok beras,cadangan pangan,impor beras,kementerian pertanian,menta

Mengukir sejarah baru perberasan

Pekerja memindahkan karung beras di Pasar Induk Beras. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/agr

Jakarta (ANTARA) - Sebuah lembaran sejarah baru sedang ditulis dalam dunia perberasan Indonesia. Dalam Sidang Kabinet terakhir, Presiden Prabowo Subianto memberi apresiasi secara terbuka kepada Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan Wakil Menteri Pertanian Sudaryono atas capaian luar biasa yang diraih Kementerian Pertanian.

Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mampu menumpuk cadangan beras hingga 3,5 juta ton dan diproyeksikan akan mencapai 4 juta ton dalam waktu dekat. Pujian itu bukan basa-basi.

Di tengah ketidakpastian global, keberhasilan ini menjadi bukti nyata bahwa ketahanan pangan bukanlah sekadar wacana, melainkan target yang bisa dicapai dengan strategi yang tepat dan kepemimpinan yang solid.

Kementerian Pertanian tercatat telah menyerap 1,88 juta ton beras dari petani sepanjang musim panen tahun ini.

Jumlah ini bukan hanya mencerminkan keseriusan pemerintah dalam mengamankan stok pangan nasional, tetapi juga menjadi sinyal kuat bagi keberdayaan petani yang kembali diberi ruang untuk berkontribusi secara signifikan dalam menjaga kedaulatan pangan.

Data yang dirilis oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) memperkuat optimisme ini.

USDA memproyeksikan produksi beras Indonesia pada 2025 akan mencapai 34,6 juta ton, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan produksi beras tertinggi di kawasan ASEAN.

Di balik angka-angka itu, terdapat duet kepemimpinan Amran-Sudaryono yang bekerja dalam harmoni dan semangat tinggi.

Menteri Amran dikenal sebagai figur pekerja keras yang tak kenal waktu, sementara Wamen Sudaryono hadir sebagai tandem yang mampu mengimbangi ritme cepat sang menteri.

Kombinasi keduanya melahirkan energi baru dalam tubuh Kementerian Pertanian, membawa arah kebijakan menjadi lebih lincah, adaptif, dan berorientasi pada hasil.

Dalam dunia pemerintahan yang kerap diwarnai ego sektoral, kekompakan semacam ini menjadi aset langka yang patut diapresiasi.

Keberhasilan ini juga penting dilihat dari konteks sejarah instansi yang mereka pimpin. Tidak lama berselang, Kementerian Pertanian sempat terpuruk akibat kasus korupsi yang melibatkan sejumlah jajaran dan oknum pejabatnya.

Penegakan hukum oleh Komisi Pemberantasan Korupsi mengguncang institusi tersebut hingga kinerjanya menurun drastis. Dampaknya begitu nyata.

Pada tahun 2024, produksi beras nasional menurun signifikan, dan Indonesia harus kembali bergantung pada impor hingga lebih dari 4 juta ton. Kepercayaan publik pada Kementerian Pertanian pun nyaris lenyap.

Namun dalam tempo singkat, duet Amran dan Sudaryono berhasil membalikkan keadaan. Mereka tidak hanya menyusun ulang arah kebijakan, tetapi juga membangun kembali kepercayaan publik melalui tindakan konkret.

Fokus mereka pada peningkatan produksi dan penyerapan gabah petani menunjukkan keberpihakan yang jelas pada petani kecil.