Ahli Gizi tak rekomendasikan bubur fortifikasi untuk dijadikan MPASI

id mpasi,bubur bayi,bubur fortifikasi,bubur instan,kemenkes,ahli gizi,kesehatan ibu dan bayi,kesehatan bayi,berita palembang, berita sumsel

Ahli Gizi tak rekomendasikan bubur fortifikasi untuk dijadikan MPASI

Ilustrasi: Petugas dan kader Posyandu membagikan bubur kacang hijau dan telur rebus kepada sejumlah peserta dalam kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dalam rangka Hari Gizi Nasional di halaman kantor Kecamatan Alang Alang Lebar, Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (12/2/2020). (ANTARA FOTO/Feny Selly/wsj.)

Jakarta (ANTARA) - Ahli Gizi Masyarakat Dr dr Tan Shot Yen tidak merekomendasikan pemberian bubur fortifikasi atau bubur bayi instan untuk diberikan sebagai Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) kepada bayi sedang yang belajar makan.

"Kembali ke rujukannya juga, antara lain rekomendasi WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), ya. Bubur fortifikasi itu diberikan pada orang-orang yang hidupnya di daerah yang betul-betul tanahnya itu miskin. Coba, saya pengen nanya, ada enggak satu jengkal tanah Indonesia yang betul-betul miskin?," katanya dalam diskusi mengenai MPASI yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.

Meskipun bubur fortifikasi dibuat menggunakan bahan dasar alami seperti beras, Tan menjelaskan bubur tersebut mengalami penambahan jumlah mineral dan vitamin tertentu pada proses pembuatannya.

Namun, sambungnya, penambahan berbagai zat tersebut bukan berarti menjadikan bubur fortifikasi menjadi lebih bergizi. Menurutnya, MPASI yang baik berasal dari dapur sendiri, yang dibuat sesuai dengan panduan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang diberikan pemerintah.

"Bubur fortifikasi itu berasal dari bahan dapur kita juga sebetulnya, tetapi dengan suhu yang sangat tinggi dikeringkan, diberikan suatu cara industri yang membuat menjadi makanan kering," tambahnya.