Pekanbaru (ANTARA Sumsel) - Komandan Resor Militer 031/Wirabima, Brigjen TNI Abdul Karim memastikan untuk menindak tegas Serda WS, oknum TNI yang melakukan aksi amuk kepada anggota Polantas Polresta Pekanbaru, Bripda Yoga Vernando.
"Kita melaksanakan tindak tegas, tidak mentolerir setiap prajurit yang melakukan pelanggaran," kata Danrem dalam keterangannya di Pekanbaru, Jumat.
Tindakan tegas tersebut diawali dengan menahan Serda WS di Detasemen Polisi Militer Pekanbaru.
Serda WS ditahan setelah ditangkap pada Kamis malam (10/8), atau beberapa jam setelah melakukan aksi amuk kepada anggota Polantas Pekanbaru, pukul 17.30 WIB. "Untuk sementara yang bersangkutan sudah sudah dimasukkan sel Denpom Pekanbaru," ujarnya.
Ia menjelaskan usai ditahan, Serda WS akan menjalani pemeriksaan dan menjalani sidang militer sebelum kemudian diberikan sanksi sesuai aturan yang berlaku.
Berdasarkan pantauan Antara, Serda WS ditahan di salah satu sel Denpom. Sel itu tertulis sel isolasi.
Dengan mengenakan seragam tahanan bewarna kuning lengkap dengan borgol di kaki dan tangan, Serda WS hanya tertunduk lesu. Terutama saat Brigjen TNI Abdul Karim melihatnya dirinya di sel tahan, sebelum kemudian memberikan keterangan pers, tepat di depan sel yang bersangkutan.
Dengan adanya insiden tersebut, Abdul Karim juga telah meminta maaf kepada Polri, terutama jajaran Polda Riau. Abdul Karim mengakui bahwa aksi yang dilakukan oleh oknum anggotanya tersebut jelas sebuah pelanggaran dan tidak sepantasnya dilakukan. Terlebih lagi, aksi itu menjadi viral dan ditonton jutaan warga Indonesia.
Untuk itu, dia juga meminta maaf kepada masyarakat Indonesia dengan adanya aksi tersebut dan menyebar secara cepat.
"Kami memohon maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia kepada yang menonton video itu," pintanya.
Dalam video yang kini "viral", terlihat anggota TNI memakai jaket coklat dengan kancing terbuka, namun tetap terlihat baju dinas berwarna hijaunya melakukan pemukulan kepada Bripda Yoga.
Dalam kejadian yang terekam kamera dberdurasi satu menit lebih turut membuat macet jalan utama Pekanbaru tersebut terlebih lagi waktunya adalah jam sibuk. Ditambah lagi banyaknya masyarakat yang hanya menonton peristiwa tersebut.
"Kita melaksanakan tindak tegas, tidak mentolerir setiap prajurit yang melakukan pelanggaran," kata Danrem dalam keterangannya di Pekanbaru, Jumat.
Tindakan tegas tersebut diawali dengan menahan Serda WS di Detasemen Polisi Militer Pekanbaru.
Serda WS ditahan setelah ditangkap pada Kamis malam (10/8), atau beberapa jam setelah melakukan aksi amuk kepada anggota Polantas Pekanbaru, pukul 17.30 WIB. "Untuk sementara yang bersangkutan sudah sudah dimasukkan sel Denpom Pekanbaru," ujarnya.
Ia menjelaskan usai ditahan, Serda WS akan menjalani pemeriksaan dan menjalani sidang militer sebelum kemudian diberikan sanksi sesuai aturan yang berlaku.
Berdasarkan pantauan Antara, Serda WS ditahan di salah satu sel Denpom. Sel itu tertulis sel isolasi.
Dengan mengenakan seragam tahanan bewarna kuning lengkap dengan borgol di kaki dan tangan, Serda WS hanya tertunduk lesu. Terutama saat Brigjen TNI Abdul Karim melihatnya dirinya di sel tahan, sebelum kemudian memberikan keterangan pers, tepat di depan sel yang bersangkutan.
Dengan adanya insiden tersebut, Abdul Karim juga telah meminta maaf kepada Polri, terutama jajaran Polda Riau. Abdul Karim mengakui bahwa aksi yang dilakukan oleh oknum anggotanya tersebut jelas sebuah pelanggaran dan tidak sepantasnya dilakukan. Terlebih lagi, aksi itu menjadi viral dan ditonton jutaan warga Indonesia.
Untuk itu, dia juga meminta maaf kepada masyarakat Indonesia dengan adanya aksi tersebut dan menyebar secara cepat.
"Kami memohon maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia kepada yang menonton video itu," pintanya.
Dalam video yang kini "viral", terlihat anggota TNI memakai jaket coklat dengan kancing terbuka, namun tetap terlihat baju dinas berwarna hijaunya melakukan pemukulan kepada Bripda Yoga.
Dalam kejadian yang terekam kamera dberdurasi satu menit lebih turut membuat macet jalan utama Pekanbaru tersebut terlebih lagi waktunya adalah jam sibuk. Ditambah lagi banyaknya masyarakat yang hanya menonton peristiwa tersebut.