Jakarta (ANTARA Sumsel) - Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan PT Dirgantara Indonesia saat ini memasuki tahap kebanjiran pesanan pembuatan pesawat dan komponen pesawat.
"Dirgantara Indonesia sedang kebanjiran pekerjaan. Dirgantara memperoleh kontrak pembuatan pesawat dan komponen pesawat senilai lebih Rp7 triliun," kata Dahlan di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat.
Ia menyebutkan, kontrak yang diraih perusahaan tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah Dirgantara Indonesia.
"Kemarin (Kamis, 6/9) saya langsung mengecek ke kantor Dirgantara di Bandung. Dalam sejarah perusahaan bahkan sejak perusahaan masih bernama IPTN pun, belum pernah meraih nilai kontrak seperti sekarang ini," ujar Dahlan.
Menurutnya, sederet pesanan yang harus diselesaikan Dirgantara yaitu sebanyak 68 unit helicopter, pesawat CN 212.
"Sebelumnya CN 212 buatan Dirgantara tersisa atau belum laku sebanyak 6 unit. Namun belakangan sanat diminati oleh sejumlah negara-negara di ASEAN dan Asia. Bahkan Merpati pun yang seharusnya mendapatkan pesanan tersebut tidak kebagian lagi," ujar Dahlan.
Tidak hanya itu, Dirgantara juga dipercaya untuk memenuhi kontrak memasok komponen pesawat untuk Airbus meliputi jenis A-320, A-330, A-340, A-380, dan A-350.
"Dirgantara memperoleh kepercayaan penuh Airbus dengan mendapatkan "life time contract", sebagai "pemasok komponen sepanjang masa" atau selama perusahaan Airbus masih beroperasi," tegas Dahlan.
Sedangkan untuk pesawat jenis C 295, Dirgantara bekerjsama dengan Airbus Military sedang menyelesaikan pembuatan sebanyak 9 unit pesawat di mana komponen dipasok ke Spanyol tempat perakitan C 295.
Namun mulai akhir tahun 2013 diutarakan Dahlan, nantinya seluruh pesanan pesawat C 295 di Asia Pasifik akan dialihkan pembuatannya ke Dirgantara, Bandung.
Selain Airbus tambahnya, Dirgantara juga membuat komponen pesawat jenis Boeing yang dipesan oleh negara ketiga.
Perbaikan kinerja
Dahlan mengatakan, saat ini Dirgantara telah memasuki babak baru dengan kinerja keuangan yang sudah semakin membaik.
"Dalam sejarahnya, ibarat orang yang sakit dulu Dirgantara sempat masuk ruang ICU, rawat inap, rawat jalan. Sekarang perusahaan sudah menunjukkan performa yang lebih bagus dari waktu ke waktu," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa dalam masa sekarang ini "Dirgantara harus belajar berjalan dulu, kemudian jogging, jangan diajak marathon".
Untuk memenuhi kontrak yang cukup besar tersebut perusahaan membutuhkan modal kerja yang cukup sejalan dengan restrukturisasi usaha perseroan.
"Pemerintah sudah menyuntik dana sebesar Rp1 triliun pada 2011 yang mengakibatkan neraca keuangan Dirgantara menjadi lebih baik. Untuk itu saat ini perusahaan sangat layak untuk mendapat pinjaman pembiayaan dari perbankan," katanya.
Ia menjelaskan pada tahun 2011 lalu Dirgantara mendapat pinjaman sebesar Rp1 triliun dari Bank Rakyat Indonesia, yang merupakan pertanda bahwa perseroan semakin feasible untuk mendapat pembiayaan.
Dahlan juga memberikan bocoran selain Bank BUMN, Dirgantara juga akan mendapatkan kreditur perbankan asing seperti BNP Paribas.
(ANT-R017/R007)
Berita Terkait
LPEI biayai ekspor pesawat CN-235 senilai Rp354 miliar
Selasa, 23 Maret 2021 15:32 Wib
Kemenhub berencana pesan pesawat N219 untuk kalibrasi
Senin, 28 Desember 2020 14:32 Wib
Pesawat N219 resmi peroleh Type Certificate di penghujung 2020
Senin, 28 Desember 2020 12:14 Wib
Menristek apresiasi pengembangan dan proses sertifikasi Pesawat N219
Sabtu, 12 Desember 2020 14:51 Wib
Menristek apresiasi pengembangan dan proses sertifikasi Pesawat N219
Sabtu, 12 Desember 2020 14:50 Wib
PTDI pakai dua prototype percepat sertifikasi uji terbang pesawat N219
Selasa, 10 November 2020 15:36 Wib
KPK panggil dua mantan petinggi PT DI terkait suap yang merugikan negara Rp330 miliar
Senin, 6 Juli 2020 12:01 Wib
Negara mengalami kerugian Rp330 miliar terkait korupsi di PT Dirgantara Indonesia
Jumat, 12 Juni 2020 22:42 Wib