Pekalongan (ANTARA) - "Tidak ada rotan akar pun jadi," merupakan ungkapan yang sekarang menjadi tren bagi Pemerintah Kota Pekalongan, Jawa Tengah, dalam upaya meningkatkan produksi pangan menuju swasembada.
Lahan pertanian yang terbatas dan lahan luas bekas rob yang menjadi kendala di Pekalangon kemudian menjadi lahan kerja sama berbagai pihak berkat semangat tren tersebut.
Berdasarkan data yang tercatat pada Dinas Pertanian dan Pangan (Dinperpa) Kota Pekalongan pada 2022, luas lahan pertanian di wilayah itu mencapai 832 hektare yang tersebar di empat kecamatan.
Dari 832 hektare itu, lahan pertanian paling luas berada di Kecamatan Pekalongan Selatan dengan 414 hektare, yang tersebar di Kelurahan Sokoduwet seluas 140 ha, Kuripan Yosorejo 109 ha, Kuripan Kertoharjo 90 ha, Banyurip 66 hektare, dan Buaran sembilan hektare.
Kemudian di urutan kedua yakni Kecamatan Pekalongan Timur 264 hektare dengan rincian Kelurahan Kalibaros 102 ha, Gamer 81 ha, Setono 67 ha, dan Klego 14 ha.
Namun lahan pertanian di Kelurahan Klego sudah tidak dapat lagi ditanami padi karena terdampak banjir dan rob.
Adapun luas lahan pertanian di Kecamatan Utara 86 hektare yang terdiri atas 36 hektare berada di Kelurahan Degayu dan Krapyak seluas 50 hektare. Kondisi yang sama dialami oleh kedua wilayah itu karena memiliki kadar garam tinggi akibat tergenang banjir dan rob.
Selanjutnya lahan pertanian seluas 68 hektare yang berada di Kecamatan Barat. Dari seluas 68 hektare itu, sebesar 62 hektare di antaranya sudah tergenang dan kondisi air yang mulai asin, serta beralih fungsi.
Cakupan luasan lahan pertanian di kota kecil ini terus berkurang yang pada tahun 2024 masih menyisakan 723,45 hektare, tersebar di empat wilayah kecamatan, yaitu Pekalongan Utara, Pekalongan Barat, Pekalongan, Timur, dan Pekalongan Selatan.