Santan dalam masakan Minang: Risiko kolesterol atau justru sehat?

id masakan padang,masakan minang,kandungan kolesterol,kardiovaskuler,santan,makanan bersantan,penyakit mematikan,angka hara

Santan dalam masakan Minang: Risiko kolesterol atau justru sehat?

Semangkuk gulai ayam menjadi salah satu hidangan khas Minang yang biasa disajikan di rumah makan Minang. ANTARA/Gunawan Wibisono

Sumatra Barat (ANTARA) - Satu per satu, piring-piring besar berisi lauk pauk disajikan di hadapan pelanggan, berjejer di atas meja dalam takaran yang melimpah. Begitu pelayan datang dengan bakul bambu berisi lauk, mereka akan menyajikannya langsung ke meja. Itulah khasnya rumah makan Minang.

Biasanya, nasi putih yang masih panas akan ditemani beragam lauk seperti rendang daging sapi, ayam pop, gulai tunjang (juga dikenal sebagai gulai kikil), sambal hijau atau sambal lado merah, ikan balado, dan masih banyak lagi.

Di rumah makan tersebut pula, setiap santapan seolah bercerita tentang tradisi panjang, yang membawa pengunjung seakan-akan pulang ke tanah Minangkabau, tempat asal semua cita rasa ini bermula. Setiap hidangan yang terhidang di meja bukan sekadar makanan, melainkan sebuah perjalanan waktu yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini.

Dalam setiap piring yang disajikan, terkandung filosofi hidup mendalam, yang menjaga keseimbangan antara rasa, kesehatan, dan hubungan sosial.

Inilah salah satu pengalaman budaya yang menonjol dalam kuliner Sumatra Barat, yakni penyajian lauk pauk yang tidak pelit bumbu dan kekayaan santan dalam hidangannya.
 

Santan dituangkan ke dalam kuali besar dimasak bersamaan dengan bumbu rempah-rempah sebagai salah satu cara mengolah masakan Minang. ANTARA/Gunawan Wibisono