Menguak potensi sagu Papua dilirik Qatar

id Qatar-Indonesia 2023 Year of Culture,koki asal Qatar,masakan dari sagu,Papeda,berita sumsel, berita palembang

Menguak potensi sagu Papua dilirik Qatar

Koki asal Qatar Hassan Al Ibrahim menjelaskan rasa makanan usai mencoba masakan khas papua saat Culinary Journey Qatar-Indonesia 2023 Year of Culture di Kampung Skouw Sae, Kota Jayapura, Papua, Rabu (21/6) (ANTARA/Qadri Pratiwi)

Jayapura (ANTARA) - "Qatar-Indonesia 2023 Year of Culture" memilih tiga daerah untuk dikunjungi, yakni Papua, Medan, dan Bali. Papua menjadi tempat pertama yang dikunjungi

koki asal negara Qatar, dan dikenalkan berbagai macam jenis kuliner Bumi Cenderawasih.

Kuliner yang ada di Papua, yakni sinole, papeda, kopi, dan beberapa jenis umbi-umbian.

Tidak hanya itu, koki asal Qatar Hassan Al Ibrahim juga dikenalkan bagaimana proses mengelola sagu menjadi papeda yang merupakan makanan asli penduduk setempat.

Menu asli Papua ini biasanya disajikan dengan cara sederhana. Tungku Batu adalah salah satu cara memasak dengan memanaskan batu sampai kurang lebih dua jam untuk kemudian meletakkan bahan makanan, mulai dari daging babi, umbi-umbian, dan berbagai jenis sayur lainnya.

Kuliner Papua memiliki dasar dan teknik sederhana yang hampir sama di semua wilayah setempat. Rata-rata teknik bakar dan pengasapan dengan tidak menggunakan minyak serta hanya sedikit garam.

Pada kunjungan ke Papua, Koki Hassan mengunjungi Kampung Skouw Sae, yang terletak di Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, di mana tempat tersebut dekat perbatasan Indonesia-Papua Nugini. Saat datang, Hasan disambut dengan tari Wiru yang merupakan tarian penjemputan tamu, lalu diantar ke tempat pertemuan.

Koki Hassan langsung diajak melihat proses pembakaran batu yang menjadi tempat memasak sagu bakar, kemudian ia melihat proses pengambilan sagu, mulai dari menebang pohon sagu. Kemudian, sambil menunggu proses penebangan, ia ditantang untuk memakan ulat sagu yang masih hidup.

Di mana ulat sagu berasal dari pohon sagu yang dipotong, kemudian batangnya dibiarkan membusuk. Batang yang membusuk tersebut akan muncul ulat-ulat. Untuk mengambil ulat-ulat itu, batang sagu tersebut dibongkar atau dibuka dengan kapak. Bentuk Ulat Sagu bervariasi, ada yang sangat kecil hingga yang paling besar seukuran jempol jari tangan orang dewasa.

“Memakan ulat sagu ini benar-benar pengalaman berharga yang tidak bisa didapatkan di tempat lainnya,” kata Hasan.

Menurut dia, tantangan tersebut membuatnya kaget, karena seumur hidup baru mencoba di Papua.

Meskipun baru pengalaman pertama, ia bisa merasakan manis, gurih dan ada tekstur kenyal, namun bisa dibilang enak.

Lalu ia melihat proses tokok atau mencangkul sagu. Selanjutnya ia bersama beberapa mama-mama memeras batang sagu yang telah ditokok untuk membuat tepung sagu.