Ahli: Banyak kuliner di Jakarta harus segera dilestarikan
Festival kuliner bertajuk "Tjap Legende" bertujuan untuk mengajak pengusaha kuliner yang selama ini sudah menjadi legenda di kalangan masyarakat untuk ikut serta. "Kami biasanya mengajak kepada pengusaha-pengusaha tersebut untuk bergabung. Ayo mulai keluar," kata dia.
Meski demikian tidak seluruh peserta kuliner tradisional ini bisa ditampung, tetapi harus melalui proses kurasi sebelumnya.
Peserta juga tidak dipungut bayaran dan sifatnya "revenue sharing" (berbagi pendapatan). Bahkan penyelenggara berkewajiban menampung pekerja dan juru masak termasuk gerai untuk festival.
Sesuai tema, peserta yang ikut di dalam festival juga dari kuliner legenda seperti Toko Oen Malang (1930), Gudeg Yu Djum (1950), Sate Buntel H. Bejo (1971), Bebek Sinjay (2003) dan Nasi Krawu Buk Tiban (1979). Lalu Ketan Susu Kemayoran (1958), Kopi Es Takie (1927), Soto Betawi H. Agus Barito (1961) dan masih banyak lainnya.
Namun peserta juga tidak dibatasi yang legendaris saja. Pengusaha baru sepanjang selama ini bergerak di bidang kuliner tradisional dan autentik juga bisa bergabung setelah sebelumnya lolos uji dan proses kurasi.
Festival "Tjap Legende", tidak hanya di Jakarta saja, tetapi juga hadir di Bandung (D.Botanica Mall 22 Mei-2 Juni), Semarang (BSB Uptown Mall 5-16 Juni), Solo (The Park 19-30 Juni), Yogyakarta (Sleman City Hall 3-14 Juli) dan Balikpapan (Pentacity Mall 24 Juli-4 Agustus).
Selanjutnya di Surabaya (Grand City 21 Agustus-1 September), Bali (Discovery Mall 30 Oktober-10 November) dan berakhir di Mataram (Lombok Epicentrum Mall 14 November-1 Desember).
"Jadi warga dari daerah lain di nusantara tidak perlu ke Jakarta, tinggal lihat jadwalnya untuk berkunjung ke lokasi yang paling dekat," kata dia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Banyak kuliner di Jakarta yang harus segera dilestarikan
Meski demikian tidak seluruh peserta kuliner tradisional ini bisa ditampung, tetapi harus melalui proses kurasi sebelumnya.
Peserta juga tidak dipungut bayaran dan sifatnya "revenue sharing" (berbagi pendapatan). Bahkan penyelenggara berkewajiban menampung pekerja dan juru masak termasuk gerai untuk festival.
Sesuai tema, peserta yang ikut di dalam festival juga dari kuliner legenda seperti Toko Oen Malang (1930), Gudeg Yu Djum (1950), Sate Buntel H. Bejo (1971), Bebek Sinjay (2003) dan Nasi Krawu Buk Tiban (1979). Lalu Ketan Susu Kemayoran (1958), Kopi Es Takie (1927), Soto Betawi H. Agus Barito (1961) dan masih banyak lainnya.
Namun peserta juga tidak dibatasi yang legendaris saja. Pengusaha baru sepanjang selama ini bergerak di bidang kuliner tradisional dan autentik juga bisa bergabung setelah sebelumnya lolos uji dan proses kurasi.
Festival "Tjap Legende", tidak hanya di Jakarta saja, tetapi juga hadir di Bandung (D.Botanica Mall 22 Mei-2 Juni), Semarang (BSB Uptown Mall 5-16 Juni), Solo (The Park 19-30 Juni), Yogyakarta (Sleman City Hall 3-14 Juli) dan Balikpapan (Pentacity Mall 24 Juli-4 Agustus).
Selanjutnya di Surabaya (Grand City 21 Agustus-1 September), Bali (Discovery Mall 30 Oktober-10 November) dan berakhir di Mataram (Lombok Epicentrum Mall 14 November-1 Desember).
"Jadi warga dari daerah lain di nusantara tidak perlu ke Jakarta, tinggal lihat jadwalnya untuk berkunjung ke lokasi yang paling dekat," kata dia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Banyak kuliner di Jakarta yang harus segera dilestarikan