Menurut dia, virus itu paling sering menyerang bayi dan anak-anak, namun dapat juga menyerang orang dewasa. Adapun untuk penularannya adalah melalui kontak langsung dari orang yang sakit ke orang lain, misalnya lewat air liur, atau kontak dengan benda yang terkontaminasi.
"Misalnya terkontaminasi, mainan anak-anak, alat makan, makanan. Kalau kita kontak dengan benda-benda yang sudah terkontaminasi, kemudian kita tangan tidak cuci tangan, memegang hidung, itu akhirnya akan mudah masuk ke dalam tubuh kita," katanya.
Kemudian, ujarnya, Flu Singapura memiliki pola musiman sesuai dengan kondisi iklim setiap negara. Pada sejumlah negara seperti Australia, Amerika Serikat, Hong Kong, Cina, dan Taiwan, penyakit itu muncul pada musim-musim dengan temperatur yang hangat.
"Kalau untuk negara-negara yang mempunyai iklim yang hangat sepanjang tahun, maka penularan ini bisa terjadi juga sepanjang tahun. Contohnya di Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam," dia menambahkan.
Dia menjelaskan, anak-anak memiliki risiko terkena penyakit tersebut karena kebersihannya kurang. Selain itu, anak-anak di tempat penitipan anak juga berisiko. Meski tidak terlihat sakit, katanya, mereka dapat membawa virus tersebut.
Dalam kesempatan yang sama, dokter spesialis anak dari RSPI dr. Nuraliza menjelaskan bahwa pada Flu Singapura muncul lesi berupa bintil-bintil berisi air di tubuh, contohnya di tangan, kaki, bahkan dalam mulut, yang menyebabkan rasa sakit saat menelan.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dokter paparkan perbedaan Flu Singapura dengan flu musiman