Gianyar, Bali (ANTARA) -
Selain Ubud, kota-kota lainnya adalah Oxaca, Meksiko dengan 92,96 poin, San Miguel de Allende, Meksiko dengan 91,77 poin, Florence, Italia dengan 91,06 poin, Istanbul, Turki dengan 90,97 poin.
Selanjutnya, Mexico City, Meksiko dengan 90,90 poin, Chiang Mai, Thailand dengan 90,70 poin, Jaipur, India dengan 90,67 poin, Osaka, Jepang dengan 90,35 poin dan Udaipur, India dengan 90,22 poin.
Ubud, sebuah kota kecamatan, yang kuat dengan wajah budaya dan seni Bali berhasil mengalahkan kota metropolitan yang memiliki beberapa gedung pencakar langit seperti Istanbul (peringkat ke-5), Mexico City (posisi ke-6), Osaka (9), Tokyo (12) dan Seoul (16).
Dengan demikian, Ubud memperbaiki posisinya dari peringkat ke-4 di 2021, menjadi peringkat ke-3 dari 25 kota terbaik pada 2022. Lebih baik dari kota-kota lain yang bahkan tidak masuk 10 besar seperti Tokyo, Hoi An, Luang Prabang, Taipei, Kyoto dan Singapura.
Prestasi ini sangat membanggakan masyarakat Bali karena boleh dibilang dan sukar dipercaya Ubud berhasil mengalahkan kota-kota metropolitan di berbagai penjuru dunia, yang memiliki banyak gedung pencakar langit dan rute kereta api bawah tanah.
Ubud sebagai salah satu dari tujuh kecamatan di kabupaten Gianyar, propinsi Bali, yang selalu berusaha kuat mempertahankan budaya, seni dan potensi alamnya agar terjaga keasliannya, ternyata mempesona.
Ketua PHRI Bali Tjok Oka Sukawati menilai saat ini salah satu daya tarik Ubud adalah kota yang masih asri dan terawat dengan keramahan masyarakat sehingga membuat wisatawan selalu senang untuk berkunjung.
"Itulah mengapa Ubud menjadi kota terbaik tahun 2022 di Asia dan kota terbaik ketiga di dunia tahun 2022," kata Tjok yang juga Wagub Bali yang akrab dipanggil Cok Ace.
Lestarikan Adat
Bagi para pelancong, Ubud terkenal sebagai kota yang kuat mempertahankan budaya, tradisi, seni, pelestarian alam dan keyakinan kuat pada agama Hindu Bali.
Di Ubud, wisatawan akan banyak menemukan pura dengan pintu gerbang khas seni Bali. Berjalan-jalan di kota Ubud, wisatawan akan banyak menemukan sesajen di pinggir jalan yang menunjukan warga Hindu Bali mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan.
Sesekali, wisatawan menghadapi kemacetan di jalan raya karena ada upacara Ngaben, dengan prosesi iring-iringan masyarakat Bali yang mengantarkan jenazah dalam patung sapi, berwarna putih atau hitam.
Di wilayah ini, banyak sekali tontotan gratis untuk wisatawan yang melihat tradisi, religi, budaya pemakaman masyarakat Bali. Turis juga bisa melihat pemandangan alam teras sawah Tegalalang yang indah.
Bagi para pecinta seni, banyak sekali museum lukisan, toko lukisan dan benda-benda seni. Pameran lukisan juga selalu tersedia di Museum Puri Lukisan, Museum Arma, Museum Neka, Museum Don Antonio Blanco, House (Museum) Arie Smith. Semua itu ada di tengah kota Ubud.
Selain itu, banyak toko lukisan di kota Ubud, yang dapat dibeli wisatawan untuk menghias dan mempercantik rumah dan kantor. Terdapat juga toko benda seni (Art Shop) seperti patung dan karya seni kreativiras. Mulai dari pasar seni Sukawati hingga Tegalalang sepanjang 19 kilometer.
Bupati Gianyar I Made Mahayastra mengatakan salah satu kekhasan Ubud adalah jalan Art Shop terpanjang sedunia, karena tidak ada kota dan negara lain yang memiliki jalan di kanan kiri penuh dengan Art Shop.
Kota Sehat
Ubud juga merupakan kota yang sehat. Asal kata Ubud, sejak abad ke-7 dari Bahasa Sansekerta berasal dari kata Ubad. Sekarang dikenal sebagai Obat. Atau kota yang menyembuhkan.
Oleh sebab itu, di kota Ubud banyak tempat untuk yoga dan meditasi. Tempat Yoga sudah seperti minimarket, ada di setiap sudut kota.
Selain itu, banyak juga restoran, café dan rumah makan yang menyajikan makanan sehat guna menunjang kota Ubud yang dikenal sebagai kotanya para pecinta Yoga.
Kota Ubud juga memiliki banyak restoran dan café yang menyajikan pemandangan alam seperti sawah, air terjun dan hutan yang masih asri. Selain makan dan minum, wisatawan dapat menikmati pemandangan alam yang indah dan asri.
Keberadaan Monkey Forest di Ubud juga menunjukkan bahwa kota ini merawat hutan beserta isinya ratusan monyet. Masyarakat desa adat Padang Tegal, desa Ubud merawat hutan hingga meraih hadiah Kalpataru karena berhasil melestarikan hutan, flora dan fauna.
Dengan segala keunikan yang ada, tidak salah Ubud dinobatkan sebagai kota terbaik di Asia, karena cocok sekali bagi pelancong yang gemar healing sejalan dengan asal nama kota yang "ingin menyembuhkan".
Pekerja yang ingin menghindari segala hiruk pikuk keriuhan dan kepenatan di kota, juga bisa datang ke Ubud untuk berlibur, atau bahkan bekerja seiring dengan tingginya minat untuk Work For Anywhere di masa pandemi.
Tentunya, keinginan tersebut harus dilakukan dengan menjaga kelestarian adat maupun lingkungan alam agar kondisinya terus terjaga dan tidak mengganggu kesinambungan di sekitarnya.