Banjir di OKU akibat daerah resapan air rusak

id Bencana banjir, DAS rusak, perambahan liar, gerakan menanam pohon, Jejak Bumi Indonesia, BPBD OKU

Banjir di OKU akibat daerah resapan air rusak

BPBD OKU mengevakasi korban banjir di Kota Baturaja, Rabu. (ANTARA/Edo Purmana/22)

Secara teknis bencana banjir yang sering terjadi di Kabupaten OKU salah satu ciri telah rusaknya DAS akibat perambahan hutan liar. Jadi bukan masalah sampah saja
Baturaja (ANTARA) - Lembaga Lingkungan Hidup Jejak Bumi Indonesia (JBI) Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan menilai bencana banjir yang terjadi di wilayah itu disebabkan karena daerah resapan air rusak akibat perambahan liar.

Pendiri JBI Ogan Komering Ulu (OKU) Hendra Setyawan di Baturaja, Rabu mengatakan, bencana banjir yang mengepung sejumlah kawasan di Kota Baturaja pada Selasa (1/2) malam disebabkan catchment are atau daerah tangkapan air di wilayah itu banyak yang rusak.

Daerah Tangkapan Air (DTA) adalah suatu kawasan yang berfungsi sebagai daerah penadah air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sumber air di suatu daerah.

Sementara daerah tangkapan air di Kabupaten OKU banyak yang telah rusak akibat perambahan hutan secara liar hingga menimbulkan bencana banjir.

Baca juga: 323 rumah warga Kabupaten OKU terdampak banjir
"Secara teknis bencana banjir yang sering terjadi di Kabupaten OKU salah satu ciri telah rusaknya DAS akibat perambahan hutan liar. Jadi bukan masalah sampah saja," kata dia.

Berdasarkan data, dari 70,096,51 hektare (Ha) kawasan hutan di Kabupaten OKU, 64,657,89 Ha di antaranya merupakan lahan kritis akibat perambahan liar oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Menurut dia, perambahan hutan secara liar oleh oknum masyarakat ini sebagian besar dialihfungsikan menjadi area perkebunan kopi dan kebun sawit yang memiliki daya hisap air rendah.

Selain merusak ekosistem hutan, kata dia, alihfungsi ini juga memicu sering terjadinya bencana banjir dan tanah longsor khususnya di daerah bantaran sungai.

Oleh karena itu, untuk melestarikan alam sekitar, Jejak Bumi Indonesia melakukan pendampingan 10.400 Ha rehabilitasi lahan di Sumsel termasuk 2.000 Ha untuk wilayah Kabupaten OKU.

"JBI juga telah melakukan penanaman ribuan bibit pohon di DAS Ogan secara mandiri dan masif untuk mengurangi resiko bencana alam di Kabupaten OKU," ujarnya.
Baca juga: BPBD OKU evakuasi empat unit mobil nyaris tenggelam akibat banjir