Dishut Sumsel andalkan kelompok pengelolaan hutan cegah karhutla
Kami juga sudah minta perusahaan agar menyiapkan posko, regu dan peralatan sendiri supaya pemadaman bisa lebih cepat
Palembang (ANTARA) - Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan mengandalkan Kelompok Pengelolaan Hutan (KPH) dalam mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) seiring masuknya musim kemarau yang diprediksi mencapai puncaknya pada Agustus - September 2020.
Kepala Seksi Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Dinas Kehutanan (Dishut) Sumsel Syafrul Yunardy, Minggu, di Palembang mengatakan terdapat 14 unit KPH yang melakukan pemantauan di 17 kabupaten/kota.
"KPH ini adalah Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (Brigdalkarhutla) yang terdiri atasi 15 orang dalam tiap regunya, mereka sudah berada di pos pamantauan area hutan wilayah masing-masing," katanya.
Saat ini regu-regu KPH mulai memantau lokasi-lokasi yang rawan teradi karhutla seiring meningkatnya jumlah titik panas di Sumsel, terutama di lahan gambut area hutan yang TInggi Muka Air (TMA)-nya terpantau mulai turun, sehingga perlu dilakukan pengaturan atau Water Level Management agar gambut tetap lembab.
Setiap regu dilengkapi peralatan pemadaman untuk mencegah api meluas karena keberadaan KPH juga untuk membantu perusahaan di wilayah hutan dalam upaya pemadaman.
Selain itu regu KPH juga bertugas memperluas sosialisasi dan penyuluhan ke desa-desa sekitar hutan agar tidak melakukan aktifitas bakar dan agar bersedia memadamkan api jika terjadi kebakaran yang meluas.
"Kami juga sudah minta perusahaan agar menyiapkan posko, regu dan peralatan sendiri supaya pemadaman bisa lebih cepat," katanya.
Sementara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel menyebut sudah terdapat 2.101 titik panas (hotspot) di wilayah tersebut selama kurun Januari - Juli 2020.
“Januari ada 380 titik, Februari 138 titik, Maret 457 titik, April 350 titik, Mei 291 titik, Juni 354 titik dan Juli 131 titik," kata Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan BPBD Sumsel, Ansori.
Tiitk panas terbanyak berada di Kabupaten Muara Enim dengan 416 titik, di susul Musi Banyuasin 381 titik, OKI 355 titik dan Banyuasin 200 titik.
Kepala Seksi Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Dinas Kehutanan (Dishut) Sumsel Syafrul Yunardy, Minggu, di Palembang mengatakan terdapat 14 unit KPH yang melakukan pemantauan di 17 kabupaten/kota.
"KPH ini adalah Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (Brigdalkarhutla) yang terdiri atasi 15 orang dalam tiap regunya, mereka sudah berada di pos pamantauan area hutan wilayah masing-masing," katanya.
Saat ini regu-regu KPH mulai memantau lokasi-lokasi yang rawan teradi karhutla seiring meningkatnya jumlah titik panas di Sumsel, terutama di lahan gambut area hutan yang TInggi Muka Air (TMA)-nya terpantau mulai turun, sehingga perlu dilakukan pengaturan atau Water Level Management agar gambut tetap lembab.
Setiap regu dilengkapi peralatan pemadaman untuk mencegah api meluas karena keberadaan KPH juga untuk membantu perusahaan di wilayah hutan dalam upaya pemadaman.
Selain itu regu KPH juga bertugas memperluas sosialisasi dan penyuluhan ke desa-desa sekitar hutan agar tidak melakukan aktifitas bakar dan agar bersedia memadamkan api jika terjadi kebakaran yang meluas.
"Kami juga sudah minta perusahaan agar menyiapkan posko, regu dan peralatan sendiri supaya pemadaman bisa lebih cepat," katanya.
Sementara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel menyebut sudah terdapat 2.101 titik panas (hotspot) di wilayah tersebut selama kurun Januari - Juli 2020.
“Januari ada 380 titik, Februari 138 titik, Maret 457 titik, April 350 titik, Mei 291 titik, Juni 354 titik dan Juli 131 titik," kata Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan BPBD Sumsel, Ansori.
Tiitk panas terbanyak berada di Kabupaten Muara Enim dengan 416 titik, di susul Musi Banyuasin 381 titik, OKI 355 titik dan Banyuasin 200 titik.