Kita biarkan anak-anak kecewa

id anak-anak, bermain, dunia anak, Antonio Guterres, sekjen pbb, penderitaan, tidak bebas bermain, Hari Anak Dunia, kamp pengungsi

Kita biarkan anak-anak kecewa

Dokumentasi- Sejumlah anak-anak berkostum dokter mengikuti karnaval. (ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin)

PBB, New York (Antara/Xinhua-OANA) - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Senin (20/11) mencela kenyataan bahwa dunia membiarkan anak-anak kecewa dengan membiarkan mereka melewati kesulitan dan penderitaan.

"Saya minta ma'af karena mengatakan bahwa, meskipun kita berusaha, kita orang dewasa membiarkan kalian kecewa," kata Guterres dalam pertemuan anak-anak di Markas Besar PBB di New York, saat memperingati Hari Anak Dunia yang jatuh pada 20 November.

"Jutaan anak lelaki dan perempuan seperti kalian terancam bahaya, dan kami membiarkan mereka kecewa. Mereka menyelamatkan diri dari konflik yang mematikan. Mereka kelaparan, atau tak memperoleh obat yang mereka perlukan. Mereka terpisah dari orang tua mereka, atau melakukan perjalanan jauh dan berbahaya untuk menyelamatkan diri. Mereka kehilangan tempat tinggal dan hidup di kamp pengungsi jauh dari rumah," katanya.

"Mereka dirundung di Internet atau di sekolah, atau menderita akibat diskriminasi karena agama mereka, warna kulit mereka atau suku mereka. Dan sangat sering, mereka jadi korban kekerasan atau eksploitasi di tangan orang dewasa," kata Guterres.

"Semua ini sama sekali tak bisa diterima baik. Sebagai masyaraka global, kita tak bisa terus mengecewakan semua anak," katanya.

Setiap anak memiliki hak buat masa anak-anak yang aman, sehat, damai dan mengembangkan potensi penuh mereka, kata Sekjen PBB tersebut, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa siang. "Anak-anak hari ini adalah pemimpin esok --perdana menteri dan presiden esok, inovator dan guru esok, ayah dan ibu esok, bahkan sekretaris jenderal PBB esok."

Ia berjanji "takkan menyia-nyiakan upaya untuk memastikan bahwa PBB bekerja setiap hari" buat kepentingan terbaik anak-anak.

Sebagai bagian dari perayaan Hari Anak Dunia, anak sekolah diundang untuk ikut dalam acara yang dinamakan "Kids Take Over the United Nations Headquarters". Di Markas Besar PBB itu, anak-anak memainkan bermacam peran.

Lathitha Beyile, anak perempuan yang berusia 14 tahun dari Johannesburg, Afrika Selatan, berbicara dalam taklimat harian. Ia menyoroti masalah yang dihadapi anak-anak di seluruh dunia, termasuk tenaga kerja anak, kemiskinan, kurangnya pendidikan dan ketidak-setaraan gender.

Lathitha mengatakan meskipun ada kemajuan global, satu dari 12 anak di seluruh dunia hidup di negara tempat prospek mereka hari ini lebih buruk dibandingkan dengan prospek orang tua mereka. Sebanyak 180 juta anak hidup di 37 negara tempat mereka lebih mungkin untuk hidup dalam kemiskinan parah, putus sekolah, atau terbunuh dibandingkan dengan anak-anak yang hidup di negeri itu 20 tahun lalu.

"Pesan pada Hari Anak Dunia ini jelas: dunia gagal untuk sepenuhnya memberikan atas nama anak-anak di dunia, dan kita berbicara atas nama diri kita serta sebaya kita untuk mengajukan kasus mengapa kita mesti berbuat lebih banyak," kata anak perempuan tersebut.

Penerjemah: C003/Chaidar