Jakarta (ANTARA) - Pendiri PPA Institute Rezha Rendy mengatakan jauhnya seseorang dari agama bisa berdampak buruk pada kehidupan pribadi seperti hutang tidak kunjung terlunasi, penyakit tidak sembuh, jodoh tidak ketemu, bisnis bangkrut, di-PHK dari tempat kerja, hingga anak-anak yang sulit diatur.
“Semuanya itu bermuara pada satu hal, yaitu jauhnya kita dari Allah SWT," kata dia melalui siaran pers, Jumat.
Menurut Rendy, tauhid adalah jalan keluar dalam mengatasi depresi akibat persoalan-persoalan hidup. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2019, rasio bunuh diri di Indonesia mencapai 2,4 per 100 ribu penduduk atau dari 100 ribu penduduk, dua di antaranya melakukan bunuh diri.
“Meskipun lebih rendah dibanding negara-negara lain di Asia Tenggara, namun perlu diingat bahwa Indonesia adalah negara mayoritas muslim terbesar di dunia," kata dia.
Rendy menuturkan, dengan rasio bunuh diri berdasarkan data, tugas penyeru kebaikan belumlah selesai karena masih ada orang yang menganggap bunuh diri sebagai solusi untuk menyelesaikan permasalahan hidup.
Dia mengatakan, saat ini banyak umat Islam yang belum maksimal dalam mengaplikasikan ajaran agama sebagai solusi hidup. Menurut dia, agama dianggap sebagai ibadah ritual saja, dan ibadah sosial seperti zakat, infak dan sedekah pun hanya dilakukan by accident dan bukan sesuatu yang direncanakan.
PPA Institute sendiri, sambung dia, adalah lembaga pendidikan yang ingin membumikan ayat-ayat Al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Dalam perjalanan satu dekadenya, lembaga itu menemukan bahwa umumnya persoalan yang dihadapi masyarakat Indonesia mulai dari keuangan, kesehatan dan rumah tangga atau jodoh.
"Di sinilah kami hadir untuk memberikan solusi praktis berbasis ilmu akidah," tutur Rendy.
Mereka belum lama ini menyelenggarakan acara Moslem Fest dengan tujuan salah satunya mengajak masyarakat dapat mengaplikasikan ilmu tauhid yang selama ini mereka dapatkan sebagai bagian dari solusi permasalahan hidup. Rencananya, acara ini akan dijadikan sebagai kegiatan rutin PPA Institute di berbagai daerah di Indonesia agar ajaran agama yang bersumber dari Al Qur’an dan hadist bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
“Intinya, perbaiki dulu hubungan dengan Allah SWT melalui rangkaian ibadah yang kami pandu di training, kemudian lanjutkan dengan menjadi apa yang kami sebut sebagai Employee of Allah atau EOA," pesan Rendy.
Setelah ini, sambung dia, maka urusan-urusan seperti jodoh yang belum ketemu, bisnis bangkrut, rumah tangga tidak harmonis, dipecat dari tempat kerja, akan menemukan jalan keluarnya.
“Semuanya itu bermuara pada satu hal, yaitu jauhnya kita dari Allah SWT," kata dia melalui siaran pers, Jumat.
Menurut Rendy, tauhid adalah jalan keluar dalam mengatasi depresi akibat persoalan-persoalan hidup. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2019, rasio bunuh diri di Indonesia mencapai 2,4 per 100 ribu penduduk atau dari 100 ribu penduduk, dua di antaranya melakukan bunuh diri.
“Meskipun lebih rendah dibanding negara-negara lain di Asia Tenggara, namun perlu diingat bahwa Indonesia adalah negara mayoritas muslim terbesar di dunia," kata dia.
Rendy menuturkan, dengan rasio bunuh diri berdasarkan data, tugas penyeru kebaikan belumlah selesai karena masih ada orang yang menganggap bunuh diri sebagai solusi untuk menyelesaikan permasalahan hidup.
Dia mengatakan, saat ini banyak umat Islam yang belum maksimal dalam mengaplikasikan ajaran agama sebagai solusi hidup. Menurut dia, agama dianggap sebagai ibadah ritual saja, dan ibadah sosial seperti zakat, infak dan sedekah pun hanya dilakukan by accident dan bukan sesuatu yang direncanakan.
PPA Institute sendiri, sambung dia, adalah lembaga pendidikan yang ingin membumikan ayat-ayat Al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Dalam perjalanan satu dekadenya, lembaga itu menemukan bahwa umumnya persoalan yang dihadapi masyarakat Indonesia mulai dari keuangan, kesehatan dan rumah tangga atau jodoh.
"Di sinilah kami hadir untuk memberikan solusi praktis berbasis ilmu akidah," tutur Rendy.
Mereka belum lama ini menyelenggarakan acara Moslem Fest dengan tujuan salah satunya mengajak masyarakat dapat mengaplikasikan ilmu tauhid yang selama ini mereka dapatkan sebagai bagian dari solusi permasalahan hidup. Rencananya, acara ini akan dijadikan sebagai kegiatan rutin PPA Institute di berbagai daerah di Indonesia agar ajaran agama yang bersumber dari Al Qur’an dan hadist bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
“Intinya, perbaiki dulu hubungan dengan Allah SWT melalui rangkaian ibadah yang kami pandu di training, kemudian lanjutkan dengan menjadi apa yang kami sebut sebagai Employee of Allah atau EOA," pesan Rendy.
Setelah ini, sambung dia, maka urusan-urusan seperti jodoh yang belum ketemu, bisnis bangkrut, rumah tangga tidak harmonis, dipecat dari tempat kerja, akan menemukan jalan keluarnya.