Palembang (ANTARA) - Badan Usaha Milik Negara pertambangan batu bara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) optimistis Pembangkit Listrik Tenaga Uap mulut tambang Sumsel 8 di Kabupaten Muaraenim, Sumatera Selatan, dapat beroperasional secara komersial pada kuartal pertama 2022.
Direktur Utama PTBA Suryo Eko Hadianto secara virtual, Selasa, mengatakan optimis itu lantaran progres pembangunan per September 2021 sudah mencapai 91,03 persen.
“Kami sangat optimis sekali, bahkan bisa COD (uji coba) di tahun ini karena sudah capai di atas 90 persen,” kata dia.
PLTU Sumsel 8 berkapasitas 2x620 megawatt (MW) ini dibangun dengan nilai investasi sebesar 1,68 miliar dolar AS. PLTU ini merupakan bagian dari proyek penyediaan listrik 35.000 megawatt (MW) yang dicanangkan pemerintah.
PLTU ini digarap oleh perusahaan konsorsium antara Bukit Asam dan perusahaan China, Huadian Hongkong Company Ltd yang bernama PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP).
Jika sudah beroperasi komersial nanti, PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 diperkirakan dapat menyerap hasil produksi batubara PTBA sebanyak 5,4 juta ton per tahun.
Terkait isu lingkungan yang selalu dikaitkan dengan batu bara, Suryo mengatakan saat ini sudah ditemukan teknologi di PLTU untuk mereduksi emisi karbon hingga 95 persen.
Artinya, karbon yang dikeluarkan oleh PLTU sudah ramah lingkungan sehingga dapat diserap oleh tanaman.
Pembangkit tersebut memakai teknologi ramah lingkungan, yakni super critical yang mampu menekan emisi dari aktivitas pembakaran batu bara.
“Saya memperkirakan dengan ditemukan teknologi ini, batu bara akan dimanfaatkan sepanjang zaman, sampai akhirnya habis sendiri di alam,” kata dia.
PLTU Sumsel 8 merupakan pembangkit listrik tenaga batu bara dengan skema “mine-to-mouth” (mulut tambang) dengan lokasi pembangkit yang terletak paralel terhadap lokasi tambang batu bara, sehingga bisa mengurangi biaya logistik.
Direktur Utama PTBA Suryo Eko Hadianto secara virtual, Selasa, mengatakan optimis itu lantaran progres pembangunan per September 2021 sudah mencapai 91,03 persen.
“Kami sangat optimis sekali, bahkan bisa COD (uji coba) di tahun ini karena sudah capai di atas 90 persen,” kata dia.
PLTU Sumsel 8 berkapasitas 2x620 megawatt (MW) ini dibangun dengan nilai investasi sebesar 1,68 miliar dolar AS. PLTU ini merupakan bagian dari proyek penyediaan listrik 35.000 megawatt (MW) yang dicanangkan pemerintah.
PLTU ini digarap oleh perusahaan konsorsium antara Bukit Asam dan perusahaan China, Huadian Hongkong Company Ltd yang bernama PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP).
Jika sudah beroperasi komersial nanti, PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 diperkirakan dapat menyerap hasil produksi batubara PTBA sebanyak 5,4 juta ton per tahun.
Terkait isu lingkungan yang selalu dikaitkan dengan batu bara, Suryo mengatakan saat ini sudah ditemukan teknologi di PLTU untuk mereduksi emisi karbon hingga 95 persen.
Artinya, karbon yang dikeluarkan oleh PLTU sudah ramah lingkungan sehingga dapat diserap oleh tanaman.
Pembangkit tersebut memakai teknologi ramah lingkungan, yakni super critical yang mampu menekan emisi dari aktivitas pembakaran batu bara.
“Saya memperkirakan dengan ditemukan teknologi ini, batu bara akan dimanfaatkan sepanjang zaman, sampai akhirnya habis sendiri di alam,” kata dia.
PLTU Sumsel 8 merupakan pembangkit listrik tenaga batu bara dengan skema “mine-to-mouth” (mulut tambang) dengan lokasi pembangkit yang terletak paralel terhadap lokasi tambang batu bara, sehingga bisa mengurangi biaya logistik.