Palembang (ANTARA) - Pengurus Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumatera Selatan siap bekerja sama dengan Gugus Tugas COVID-19 untuk menyediakan tempat isolasi bagi orang tanpa gejala (OTG) atau masyarakat yang terinfeksi virus corona namun tanpa gejala sakit apapun.
"Anggota kami siap saja menyediakan tempat isolasi bagi OTG, namun berdasarkan pengalaman pada awal masuknya wabah COVID-19 ada satu hotel yang disiapkan untuk menampung penderita COVID-19 tidak terpakai karena fasilitas kesehatan milik rumah sakit cukup," kata Ketua PHRI Sumsel, Herlan Aspiudin di Palembang, Selasa.
Selain tersedia cukup banyak fasilitas kesehatan milik rumah sakit pemerintah dan swasta, Gugus Tugas COVID-19 Sumsel juga memanfaatkan fasilitas kamar wisma atlet Jakabaring untuk menampung masyarakat yang terinfeksi virus corona.
Kemungkinan hotel belum akan digunakan untuk menampung masyarakat yang terinfeksi COVID-19.
Jika terjadi lonjakan kasus COVID-19 di Kota Palembang dan 16 kabupaten/kota di Sumsel lainnya, lebih baik diaktifkan kembali rumah sehat yang memanfaatkan fasilitas kamar wisma atlet, katanya.
Dia menjelaskan, memasuki era normal baru atau adaptasi kebiasan baru, jumlah masyarakat yang terinfeksi COVID-19 mengalami peningkatan, namun masih bisa dikendalikan dengan penerapan disiplin protokol kesehatan secara ketat.
Untuk mencegah tempat usaha anggota PHRI Sumsel sebagai klaster penyebaran virus corona jenis baru itu, pihaknya mengingatkan semua pelaku industri pariwisata menegakkan disiplin protokol kesehatan di lokasi usaha secara ketat.
Berdasarkan laporan dari pengelola hotel dan restoran di Kota Palembang dan beberapa daerah Sumsel lainnya, setiap akhir pekan terjadi peningkatan jumlah tamu yang mereka layani.
Tamu yang datang dari berbagi daerah di Sumsel dan beberapa provinsi tetangga, seperti Lampung, Jambi, dan Bengkulu memanfaatkan waktu libur akhir pekan untuk jalan-jalan menikmati berbagai objek wisata dan kuliner.
Melihat kondisi tersebut, tidak hanya pengelola hotel dan restoran yang harus menerapkan disiplin protokol kesehatan, tetapi juga pengelola tempat wisata harus tegas menegur pengunjung jika melihat ada yang tidak memakai masker dan berkerumun, ujarnya.
Kondisi adaptasi kebiasaan baru diharapkan bisa dijaga bersama sehingga tidak terjadi peningkatan luar biasa kasus positif COVID-19 yang dapat mempengaruhi berbagai aktivitas masyarakat dan usaha, ujar Herlan.
"Anggota kami siap saja menyediakan tempat isolasi bagi OTG, namun berdasarkan pengalaman pada awal masuknya wabah COVID-19 ada satu hotel yang disiapkan untuk menampung penderita COVID-19 tidak terpakai karena fasilitas kesehatan milik rumah sakit cukup," kata Ketua PHRI Sumsel, Herlan Aspiudin di Palembang, Selasa.
Selain tersedia cukup banyak fasilitas kesehatan milik rumah sakit pemerintah dan swasta, Gugus Tugas COVID-19 Sumsel juga memanfaatkan fasilitas kamar wisma atlet Jakabaring untuk menampung masyarakat yang terinfeksi virus corona.
Kemungkinan hotel belum akan digunakan untuk menampung masyarakat yang terinfeksi COVID-19.
Jika terjadi lonjakan kasus COVID-19 di Kota Palembang dan 16 kabupaten/kota di Sumsel lainnya, lebih baik diaktifkan kembali rumah sehat yang memanfaatkan fasilitas kamar wisma atlet, katanya.
Dia menjelaskan, memasuki era normal baru atau adaptasi kebiasan baru, jumlah masyarakat yang terinfeksi COVID-19 mengalami peningkatan, namun masih bisa dikendalikan dengan penerapan disiplin protokol kesehatan secara ketat.
Untuk mencegah tempat usaha anggota PHRI Sumsel sebagai klaster penyebaran virus corona jenis baru itu, pihaknya mengingatkan semua pelaku industri pariwisata menegakkan disiplin protokol kesehatan di lokasi usaha secara ketat.
Berdasarkan laporan dari pengelola hotel dan restoran di Kota Palembang dan beberapa daerah Sumsel lainnya, setiap akhir pekan terjadi peningkatan jumlah tamu yang mereka layani.
Tamu yang datang dari berbagi daerah di Sumsel dan beberapa provinsi tetangga, seperti Lampung, Jambi, dan Bengkulu memanfaatkan waktu libur akhir pekan untuk jalan-jalan menikmati berbagai objek wisata dan kuliner.
Melihat kondisi tersebut, tidak hanya pengelola hotel dan restoran yang harus menerapkan disiplin protokol kesehatan, tetapi juga pengelola tempat wisata harus tegas menegur pengunjung jika melihat ada yang tidak memakai masker dan berkerumun, ujarnya.
Kondisi adaptasi kebiasaan baru diharapkan bisa dijaga bersama sehingga tidak terjadi peningkatan luar biasa kasus positif COVID-19 yang dapat mempengaruhi berbagai aktivitas masyarakat dan usaha, ujar Herlan.