Jakarta (ANTARA) - Pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia sejak Maret 2020 lalu telah memukul perekonomian, bahkan sebagian besar publik menyatakan akan lebih mendukung kepala daerah yang menerapkan normal baru atau adaptasi kebiasaan baru (AKB) dibanding pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

"Sebanyak 85,1 persen responden survei lebih memilih pemimpin yang menerapkan New Normal dengan memperhatikan protokol kesehatan, seperti jaga jarak, memakai masker, dan cuci tangan," kata Direktur Eksekutif Y-Publica, Rudi Hartono, dalam siaran persnya, di Jakarta, Rabu.

Menurut Rudi, masyarakat menginginkan kehidupan normal karena tidak ingin kehilangan pekerjaan dan pendapatan yang bisa berujung pada kelaparan.

Hanya sebagian kecil yang mendukung PSBB (10,3 persen), dan sisanya menyatakan tidak tahu/tidak menjawab (4,6 persen).

"PSBB dianggap sebagai pilihan orang-orang kaya yang egois dan tidak memiliki tanggung jawab kepada siapa pun, terutama karyawan atau buruh," katanya.

Bagi sebagian besar responden, normal baru dengan protokol kesehatan yang baik dianggap jalan terbaik untuk menangani dampak kesehatan sekaligus dampak ekonomi akibat pandemi.

Menurut Rudi, sikap publik ini harus menjadi perhatian bagi para kepala daerah, lebih-lebih menjelang pelaksanaan Pilkada.

"Kepala daerah petahana maupun calon kepala daerah yang memilih normal baru berpeluang meraih dukungan lebih besar dari para pemilih," ucapnya.

Survei Y-Publica dilakukan pada 1-10 Juli 2020 terhadap 1200 orang mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Survei dilakukan melalui sambungan telepon kepada responden yang dipilih acak dari survei sebelumnya sejak 2018. Margin of error ±2,89 persen, tingkat kepercayaan 95 persen.
 

Pewarta : Syaiful Hakim
Editor : Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024