Siang itu hujan turun membasahi Kota Painan, Kabupaten Pesisir Selatan, ketika puluhan penderita penyandang disabilitas (tuna daksa/buntung) berkumpul di aula rumah dinas bupati.
Mereka yang sebagian dari keluarga tidak mampu diundang untuk mendapat santunan kaki palsu dari Asuransi Jiwa Sequis Life melalui Yayasan Peduli Tuna Daksa yang bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan.
Dalam kegiatan itu Bupati Pesisir Selatan Hendrajoni didampingi Ketua PKK dan pejabat terkait lainnya bersama perwakilan dari asuransi dan Yayasan Peduli Tuna Daksa membagi-bagikan secara gratis kaki palsu bagi para penderita tuna daksa.
Ada 26 orang penyandang disabilitas tuna daksa yang menerima bantuan kaki palsu. Mereka datang didampingi keluarganya masing-masing.
Dari wajah mereka terbayang rasa bahagia menerima bantuan itu. Bibir mereka tersenyum manis dan kadang tertawa pertanda hati yang riang.
Dengan bantuan itu mereka akan memasuki kehidupan yang baru dengan kaki palsu, yang akan membantu mereka terlepas dari kesusahan untuk melangkah.
Sebelumnya, mereka harus berjalan dengan kaki tak sempurna dan harus memakai tongkat agar bisa melangkah.
Kepala Administrasi Yayasan Peduli Tuna Daksa Syaid Kan mengatakan kaki palsu yang dibagikan secara gratis itu berbahan dasar pipa dan beberapa bagiannya diimpor dari India.
Harga kaki palsu secara keseluruhan mencapai Rp17 juta rupiah, ungkapnya.
Ia pun berharap melalui kegiatan itu penyandang disabilitas khususnya yang berasal dari keluarga kurang mampu bisa terbantu.
"Minimal mereka yang mendapatkan kaki palsu bisa beraktivitas lebih banyak daripada sebelumnya," ujar Syaid.
Menurutnya dalam setu tahun Yayasan Peduli Tuna Daksa menargetkan dapat menyantuni 1.000 orang penyandang disabilitas di seluruh Indonesia.
"Khusus untuk Sumatera Barat ini merupakan tahun ke tiga dan di Kabupaten Pesisir Selatan adalah yang pertama kali dilaksanakan," katanya.
Sementara itu Ketua Tim Penggerak PKK Pesisir Selatan Lisda Hendrajoni mengatakan pihaknya akan terus menjalin kerja sama dengan Yayasan Peduli Tuna Daksa agar seluruh disabilitas di daerah itu bisa dijangkau dan mendapat santunan.
"Saat ini baru ada 26 orang yang disantuni, target kami untuk kegiatan berikutnya bisa menjangkau ratusan penyandang disabilitas," ujarnya.
Hidupi Keluarga
Salah seorang penyandang disabilitas tuna daksa yang menerima bantuan itu, laki-laki setengah baya bernama Zaitul Ikrar mengungkapkan rasa syukur atas santunan yang diterimanya.
Warga asal Nanggalo, Kecamatan Koto XI Tarusan, Pesisir Selatan, itu sebelumnya sudah satu tahun hidup dengan tongkat yang membantunya berjalan.
Pria yang sehari-harinya bertani itu sebelumnya harus menerima kenyataan terpaksa beristirahat di rumah karena kondisinya buntung. Untuk menghidupi keluarganya dia dibantu saudara-saudaranya.
Bapak satu istri dan satu anak lelaki yang mulai remaja itu berperawakan tinggi, berkumis dan bekulit sawo matang.
Ia mengisahkan peristiwa pilu terpaksa harus kehilangan satu kakinya dari atas lutut hingga bawah akibat diamputasi di rumah sakit.
"Saat itu pada tahun 2016 ketika saya sedang bekerja membajak sawah dan kaki saya terluka lalu infeksi," katanya.
Ia menambahkan, setelah berusaha mengobati lukanya, namun takdir berkata lain. Ia justru terkena infeksi dan akhirnya harus diamputasi.
Pihak rumah sakit harus menganputasi kaki kirinya yang terinfeksi dari setengah paha ke bawah sehingga menyebabkan dia menyandang disabilitas tuna daksa.
Sejak diamputasi ia harus memakai tongkat untuk menyanga tubuhnya melangkah dan dialaminya satu tahun lebih hingga menerima santunan kaki palsu.
Setelah menerima kaki palsu dan dipasangkan dipangkal pahanya, Zaitu merasa masih asing dan kaku, namun dia kuatkan hatinya untuk terus belajar kembali melangkah dengan alat bantu tersebut.
"Masih terasa kaku, tapi harus dicoba terus melangkah. Nanti belajar lagi di rumah hingga sempurna," sebutnya dengan penuh senyuman.
"Mudah-mudahan dengan kaki palsu ini saya bisa bergerak lebih banyak dan pastinya bisa kembali menghidupkan ekonomi keluarga," katanya.
Ia berharap agar kegiatan seperti ini terus digelar dan berkelanjutan agar para penyandang disabilitas tuna daksa lainnya bisa juga menerima santunan kaki palsu dan mulai hidup yang baru.
Beri Kemudahan
Sebelumnya, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) RI menyatakan akan memberikan kemudahan seperti pengurusan perizinan dan lainnya bagi perusahaan swasta yang memperkerjakan penyandang disabilitas.
"Kemudahan itu bertujuan agar penyandang disabilitas dapat bekerja karena selama ini kesulitan mendapatkannya," kata Kepala Sub-Direktorat Penepatan Tenaga Kerja Khusus Kemenaker RI Sapto Purnomo.
Ia menyampaikan hal itu dalam Lokakarya Pembangunan kapasitas tentang Mempromosikan Ketenagakerjaan Inklusif pada Pertemuan Tingkat Tinggi Wali Kota Indonesia ke-6 untuk Kota Inklusif di Kota Padang.
Penyandang disabilitas, tambahnya, juga memiliki kemampuan memadai. Dan pihaknya telah mendidik dan melatih penyandang disabiltas agar dapat bekerja dengan baik sehingga perusahaan tidak perlu meragukan kemampuan yang dimiliki mereka.
Di sisi lain pemerintah pusat dan daerah serta perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) juga harus mempekerjakan penyandang disabilitas sebanyak dua persen dari karyawan di kantornya.
Untuk perusahaan swasta harus mempekerjakan satu persen penyandang disabilitas dari jumlah karyawannya sehingga mereka mendapat hak yang sama dengan orang lainnya.
"Hal tersebut sesuai dengan amanat Undang-undang nomor 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas," sebutnya.
Mereka yang sebagian dari keluarga tidak mampu diundang untuk mendapat santunan kaki palsu dari Asuransi Jiwa Sequis Life melalui Yayasan Peduli Tuna Daksa yang bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan.
Dalam kegiatan itu Bupati Pesisir Selatan Hendrajoni didampingi Ketua PKK dan pejabat terkait lainnya bersama perwakilan dari asuransi dan Yayasan Peduli Tuna Daksa membagi-bagikan secara gratis kaki palsu bagi para penderita tuna daksa.
Ada 26 orang penyandang disabilitas tuna daksa yang menerima bantuan kaki palsu. Mereka datang didampingi keluarganya masing-masing.
Dari wajah mereka terbayang rasa bahagia menerima bantuan itu. Bibir mereka tersenyum manis dan kadang tertawa pertanda hati yang riang.
Dengan bantuan itu mereka akan memasuki kehidupan yang baru dengan kaki palsu, yang akan membantu mereka terlepas dari kesusahan untuk melangkah.
Sebelumnya, mereka harus berjalan dengan kaki tak sempurna dan harus memakai tongkat agar bisa melangkah.
Kepala Administrasi Yayasan Peduli Tuna Daksa Syaid Kan mengatakan kaki palsu yang dibagikan secara gratis itu berbahan dasar pipa dan beberapa bagiannya diimpor dari India.
Harga kaki palsu secara keseluruhan mencapai Rp17 juta rupiah, ungkapnya.
Ia pun berharap melalui kegiatan itu penyandang disabilitas khususnya yang berasal dari keluarga kurang mampu bisa terbantu.
"Minimal mereka yang mendapatkan kaki palsu bisa beraktivitas lebih banyak daripada sebelumnya," ujar Syaid.
Menurutnya dalam setu tahun Yayasan Peduli Tuna Daksa menargetkan dapat menyantuni 1.000 orang penyandang disabilitas di seluruh Indonesia.
"Khusus untuk Sumatera Barat ini merupakan tahun ke tiga dan di Kabupaten Pesisir Selatan adalah yang pertama kali dilaksanakan," katanya.
Sementara itu Ketua Tim Penggerak PKK Pesisir Selatan Lisda Hendrajoni mengatakan pihaknya akan terus menjalin kerja sama dengan Yayasan Peduli Tuna Daksa agar seluruh disabilitas di daerah itu bisa dijangkau dan mendapat santunan.
"Saat ini baru ada 26 orang yang disantuni, target kami untuk kegiatan berikutnya bisa menjangkau ratusan penyandang disabilitas," ujarnya.
Hidupi Keluarga
Salah seorang penyandang disabilitas tuna daksa yang menerima bantuan itu, laki-laki setengah baya bernama Zaitul Ikrar mengungkapkan rasa syukur atas santunan yang diterimanya.
Warga asal Nanggalo, Kecamatan Koto XI Tarusan, Pesisir Selatan, itu sebelumnya sudah satu tahun hidup dengan tongkat yang membantunya berjalan.
Pria yang sehari-harinya bertani itu sebelumnya harus menerima kenyataan terpaksa beristirahat di rumah karena kondisinya buntung. Untuk menghidupi keluarganya dia dibantu saudara-saudaranya.
Bapak satu istri dan satu anak lelaki yang mulai remaja itu berperawakan tinggi, berkumis dan bekulit sawo matang.
Ia mengisahkan peristiwa pilu terpaksa harus kehilangan satu kakinya dari atas lutut hingga bawah akibat diamputasi di rumah sakit.
"Saat itu pada tahun 2016 ketika saya sedang bekerja membajak sawah dan kaki saya terluka lalu infeksi," katanya.
Ia menambahkan, setelah berusaha mengobati lukanya, namun takdir berkata lain. Ia justru terkena infeksi dan akhirnya harus diamputasi.
Pihak rumah sakit harus menganputasi kaki kirinya yang terinfeksi dari setengah paha ke bawah sehingga menyebabkan dia menyandang disabilitas tuna daksa.
Sejak diamputasi ia harus memakai tongkat untuk menyanga tubuhnya melangkah dan dialaminya satu tahun lebih hingga menerima santunan kaki palsu.
Setelah menerima kaki palsu dan dipasangkan dipangkal pahanya, Zaitu merasa masih asing dan kaku, namun dia kuatkan hatinya untuk terus belajar kembali melangkah dengan alat bantu tersebut.
"Masih terasa kaku, tapi harus dicoba terus melangkah. Nanti belajar lagi di rumah hingga sempurna," sebutnya dengan penuh senyuman.
"Mudah-mudahan dengan kaki palsu ini saya bisa bergerak lebih banyak dan pastinya bisa kembali menghidupkan ekonomi keluarga," katanya.
Ia berharap agar kegiatan seperti ini terus digelar dan berkelanjutan agar para penyandang disabilitas tuna daksa lainnya bisa juga menerima santunan kaki palsu dan mulai hidup yang baru.
Beri Kemudahan
Sebelumnya, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) RI menyatakan akan memberikan kemudahan seperti pengurusan perizinan dan lainnya bagi perusahaan swasta yang memperkerjakan penyandang disabilitas.
"Kemudahan itu bertujuan agar penyandang disabilitas dapat bekerja karena selama ini kesulitan mendapatkannya," kata Kepala Sub-Direktorat Penepatan Tenaga Kerja Khusus Kemenaker RI Sapto Purnomo.
Ia menyampaikan hal itu dalam Lokakarya Pembangunan kapasitas tentang Mempromosikan Ketenagakerjaan Inklusif pada Pertemuan Tingkat Tinggi Wali Kota Indonesia ke-6 untuk Kota Inklusif di Kota Padang.
Penyandang disabilitas, tambahnya, juga memiliki kemampuan memadai. Dan pihaknya telah mendidik dan melatih penyandang disabiltas agar dapat bekerja dengan baik sehingga perusahaan tidak perlu meragukan kemampuan yang dimiliki mereka.
Di sisi lain pemerintah pusat dan daerah serta perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) juga harus mempekerjakan penyandang disabilitas sebanyak dua persen dari karyawan di kantornya.
Untuk perusahaan swasta harus mempekerjakan satu persen penyandang disabilitas dari jumlah karyawannya sehingga mereka mendapat hak yang sama dengan orang lainnya.
"Hal tersebut sesuai dengan amanat Undang-undang nomor 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas," sebutnya.