Palembang, (ANTARA Sumsel) - Sumatera Selatan diberikan limpahan sumber daya alam yang beragam mulai dari mineral batu bara, minyak bumi, dan gas alam, hingga hasil perkebunan seperti getah karet dan minyak sawit mentah.

Namun disayangkan, sumber daya alam itu langsung diekspor sebagai barang mentah karena ketidakmampuan daerah menciptakan industri hilirisasi.

Sebenarnya, banyak investor asing yang tertarik mengolah SDA Sumsel itu tapi kelemahan di bidang infrastruktur membuat para pemodal asing mengurungkan niatnya.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumsel Permana mengatakan investor asal Belarusia sempat mengunjungi Palembang dengan didampingi Presiden Direktur Bluebird sebagai jaminan bahwa produk ban yang akan dihasilkan akan langsung diserap pasar dalam negeri. Begitu pula investor asal Prancis dan beberapa negara Eropa, Korea, Jepang, hingga Tiongkok.

"Pada umumnya investor ini mengurungkan niat lantaran Sumsel tidak memiliki pelabuhan untuk pintu perdagangan mengangkut barang ke pasar Eropa mengingat Pelabuhan Tanjung Api Api tak kunjung terealisasi," kata Permana.

Wajar saja, secara hitungan ekonomi terjadi pembekakan biaya transfortasi karena jika dipaksakan, produk jadi yang dihasilkan harus melewati Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta mengingat Pelabuhan Boom Baru yang memanfaatkan perairan Sungai Musi hanya mampu dilewati kapal berkapasitas kecil.

Sebenarnya, sejak lama, Pemprov Sumsel sudah merancang pelabuhan samudera, Pelabuhan Tanjung Api-Api di Kabupaten Banyuasin mulai dari gubernur pertama hingga gubernur ke-13, dan terakhir gubernur saat ini Alex Noerdin. 

Melalui pelabuhan ini, barang yang diproduksi akan langsung ke perairan internasional dan jika megaproyek ini benar-benar terealisasi akan mengacam esksistensi pelabuhan perdagangan di Singapura.

Banyak cara yang sudah dilakukan, dan usaha "luar biasa" sempat ditempuh Gubernur ke-13 Sumsel Syahrial Oesman untuk merealisasikan proyek ini. Namun, pada akhirnya dia tersangkut kasus pidana korupsi karena terbukti mengetahui pemberian uang suap kepada anggota DPR RI terkait upaya menggolkan proyek tersebut.

Kemudian Gubernur Sumsel H Alex Noerdin juga sempat roadshow ke sejumlah petinggi negeri asal Sumsel yang sempat menjabat beberapa waktu lalu yakni Marzuki Ali/Ketua DPR RI, Taufik Kiemas (alm)/Ketua MPR RI, dan Hatta Rajasa/Menteri Koordinator Perekonomian untuk membantu merealisasikan proyek ini.

Namun, dari beragam upaya itu, bisa dikatakan 2015 menjadi babak baru mega proyek Tanjung Api-Api.

Setelah Presiden Joko Widodo menginjakkan kaki ke kawasan Tanjung Api-Api pada Desember 2014, proyek ini pun mulai menunjukkan titik terang, apalagi Presiden Jokowi memberikan garansi bakal menyalurkan dana sebesar Rp500 miliar secara bertahap.

Seiring dengan semangat pemerintahan Jokowi-JK, pelabuhan yang semula dipandang sebagai angan-angan belaka ini karena tidak kunjung terealisasi, kini tak lama lagi bakal terwujud.

Sejak awal 2015 sudah dilakukan upaya penyediaan lahan yakni inventarisasi lahan, legalisasi lahan, dan pembebasan lahan. 

Meski langkah ini sedikit terhambat karena pembayaran yang direncanakan pada 2015 terpaksa molor menjadi 2016 ini karena daerah mengalami pengurangan dana bagi hasil migas, tapi setidaknya sudah memulai langkah pertama.

Untuk mengembangkan pelabuhan ini, pemprov berencana membangunnya terintegrasi dengan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api. KEK ini diharapkan terealisasi sebelum Asian Games 2018.

Untuk itu, pada 2015 telah dilakukan upaya pereklamasian Tanjung Carat pada area seluas 2.015 hektare agar dapat disandari kapal berkapasitas 7.000 DWT.

Sekretaris Daerah Pemprov Sumsel Mukti Sulaiman megatakan 

Kawasan Tanjung Carat ini akan menjadi penopang KEK Tanjung Api-APi (hanya berjarak 15 km dari Tanjung Api-Api dalam kegiatan industri yang berorientasi ekspor-impor.

Tanjung Carat ini hanya berjarak 350 km dari Pelabuhan Singapura, dan jika dari Jakarta berjarak 380 km.

"Untuk mewujudkan fungsi penopang ini, proses reklamasi diperkirakan memakan waktu 5-10 tahun. Proses ini diawali dengan membangun dinding pelindung dari batu alam dan dangeo textile di sisi barat untuk meminimalisir erosi," kata dia.

Nantinya KEK akan memiliki luas 4.045 hektare yang terdiri atas reklamasi Tanjung Carat 2.015 hektare dan lahan darat 2.030 hektare.

Pada kawasan itu akan dikembangkan industri meliputi batu bara gas, pembangkit listrik, batu bara cair, pabrik pupuk, pabrik semen, pabrik ban, pengolahan minyak sawit (cpo), kilang minyak, dan industri hilir petrokimia.

Untuk menunjang eksistensi KEK TAA ini, Pemprov Sumsel juga telah menggandeng perusahaan operator pelabuhan internasional Dubai Port Authority Corporation terkait percepatan pembangunan Pelabuhan Tanjung Api-Api.

Pelaksana Tugas Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Sumsel Ruslan Bahri menambahkan keberadaan KEK ini akan meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar luar negeri karena barang yang diproduksi akan lebih murah.

"Jika dibandingkan Thailand dan Vietnam, justru Indonesia (Sumsel) yang akan lebih menguntungkan karena Pelabuhan Tanjung Api-Api ini sangat strategis yakni berada di tengah-tengah, sehingga mudah menuju ke Eropa atau ke negara Asia lain. Nantinya, Singapura akan menjadi outlet saja," kata dia.

Pemerintah daerah memprediksi dibutuhkan dana hingga Rp104 triliun untuk merealisasikan pembangunan pelabuhan, jalan tol, mono rel, hingga kawasan industri di KEK TAA.

Namun, penetapan presiden tentang kawasan ekonomi khusus Tanjung Api-api telah tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2014 yang ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 30 Juni 2014.

Perpres ini kemudian menjadi dasar bagi Provinsi Sumatera Selatan untuk mendorong proyek ini apalagi sudah masuk delapan KEK yang ditargetkan selesai oleh pemerintahan Joko Widodo



Dongkrak Investasi

Mulai dibangunnya, KEK plus Pelabuhan Tanjung Api-Api ini membuat Sumsel bak gadis cantik bagi kalangan investor.

Jika sebelumnya investor asing kerap kali kecewa, sejak setahun terakhir banyak investor yang mulai menjajaki kemungkinan membangun pabrik pengolahan di KEK.

Sumber daya alam yang dimiliki Sumsel demikian menggugah investor untuk menanamkan modal terutama pada bahan tambang batu bara karena pemerintah pusat juga sudah menyetujui pembangunan jalur kereta api ganda dari kawasan eksplorasi Muara Enim. 

Cadangan batu bara di Sumsel tergolong besar yakni mencapai 22,24 miliar ton atau 48 persen dari total batu bara Indonesia, yang tersebar di Kabupaten Muara Enim 13,6 miliar ton, Lahat 2,7 miliar ton, OKU dan OKU Timur 0,32 miliar ton dan Kabupaten Musi Rawas sebesar 0,8 miliar ton.

Batu bara Sumsel sebagian besar disalurkan untuk PLTU Suryalaya (6,1 juta ton per tahun) dan kebutuhan industri dalam negeri, sementara hanya beberapa persen yang diekspor ke luar negeri yakni ke Malaysia, China, dan Korea.

Konsul Jenderal Amerika Serikat di Sumatera Robert Ewing mengatakan keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api yang ditargetkan mulai beroperasi sebelum 2018 ini, akan mendongkrak perekonomian di Sumsel karena daerah ini akan menghasilkan barang jadi.

"Selama ini Sumsel berkutat di sisi hulu saja, mulai dari perkebunan hingga meneral. Tapi dengan keberadaan KEK TAA ini maka, Sumsel dapat mengukuhkan posisinya juga di sektor industri dan bisnis," kata Robert berbicara pada Forum Investasi Sumsel yang diselenggarakan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah di Palembang.

Ia yang berbicara di depan Wakil Gubernur Sumsel Ishak Mekki mengatakan dengan memiliki KEK dimungkinkan daerah ini menjadi pusat perekonomian baru di Sumatera.

Lantaran itu, dirinya sudah menyampaikan ke sejumlah pengusaha AS untuk ambil bagian dalam penanaman modal di KEK.

Pada dasarnya, ia melanjutkan, pengusaha AS sangat tertarik untuk berinvestasi di Sumsel yang dikenal kaya akan sumber daya yakni perkebunan karet, sawit, dan mineral batu bara.

Hanya saja, AS berharap Indonesia dapat membenahi iklim investasinya sehingga para penanam modal relatif tidak memiliki banyak gangguan untuk menjalankan usaha.

Menurutnya, keinginan ini juga sudah disampaikan Presiden AS Barack Obama ke Presiden Joko Widodo ketika berkunjung ke Amerika Serikat belum lama ini.

"Dalam pertemuan itu, Indonesia berjanji akan membenahi iklim investasi terkait perizinan, selain juga sepakat akan bekerja sama dalam menghadapi kesulitan ekonomi untuk mengurangi tingkat kemiskinan," kata dia.

Investasi merupakan faktor terpenting bagi suatu daerah untuk membangun.

Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin mengatakan untuk mendatangkan investasi, suatu daerah harus dikenal terlebih dulu dan ada tiga cara yang dapat dilakukan yakni melalui pariwisata, seni budaya dan olahraga.

"Sumsel sudah memilih olahraga sebagai sasaran antara, setelah menjadi tuan rumah SEA Games 2011, terjadi geliat ekonomi cukup signifikan. Nanti pada 2018, Sumsel menjadi tuan rumah Asian Games dan ini bakal menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi di daerah karena sejumlah infrastruktur akan berdiri di daerah ini," kata dia.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Daerah Sumsel Sofyan Aripanca, mengatakan pada triwulan III/2015 mencatat pertumbuhan cukup pesat pada penanaman modal asing dengan merealisasikan Rp10,24 triliun atau naik 118,43 persen jika dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama.

Kenaikan signifikan ini tak lain berkat berdirinya pabrik bubur kertas terbesar di Asia, APP OKI Pulp & Paper di Kabupaten Ogan Komering Ilir (mulai beroperasi 2016) dengan nilai investasi total Rp32 triliun.

"Amerika Serikat, Korea, Tiongkok, India, dan sejumlah negara Timur Tengah saat ini sudah menjajaki kemungkinan untuk menanamkan modal di KEK. Sumsel pada dasarnya terus menindaklanjuti keinginan ini agar benar-benar terealisasi," kata dia.

Sumsel sudah memulai langkah konkret pembangunan Pelabuhan Tanjung Api-Api. Kini harapan tertumpu pada pemerintahan Jokowi-JK karena disadari bahwa dana yang dibutuhkan sangatlah besar.

Pewarta : Dolly Rosana
Editor : Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024