Bangkok (ANTARA) - Di podium kelas 65 kilogram angkat besi SEA Games 2025 Thailand, Eko Yuli Irawan berdiri dengan medali perunggu menggantung di lehernya.
Bagi sebagian orang, warna itu mungkin terasa seperti penurunan kelas bagi lifter yang selama bertahun-tahun identik dengan emas. Namun bagi Eko, perunggu kali ini justru menjadi penanda lain dari perjalanan panjang yang belum ingin ia tutup.
Di Chon Buri Sports Schools, Minggu (14/12), lifter kelahiran 1989 itu membukukan total angkatan 304 kilogram, hasil dari snatch 138 kilogram dan clean and jerk 166 kilogram. Angka itu menempatkannya di posisi ketiga, hanya terpaut tipis dari dua pesaing di atasnya.
Emas diraih lifter tuan rumah Patsaphong Tongsuk dengan total 307 kilogram (snatch 134 kilogram dan clean and jerk 173 kilogram), sementara perak menjadi milik wakil Malaysia Muhamad Aznil Bidin dengan total 306 kilogram (snatch 133 kilogram dan clean and jerk 173 kilogram).
Selisihnya hanya dua kilogram dari perak dan empat kilogram dari emas. Jarak yang, menurut Eko, masih sangat mungkin dikejar.
“Bedanya tipis,” kata Eko kepada ANTARA, merujuk pada selisih angkatan tersebut, seolah menegaskan ia belum benar-benar tertinggal dari podium tertinggi.
Persaingan di kelas Eko Yuli memang tak lagi sama. Wajah-wajah muda bermunculan, sebagian lahir pada 2005, yang kala itu Eko masih remaja dan baru menapaki jalan di dunia angkat besi. Namun soal usia, Eko menegaskan tak pernah menjadikannya beban.
Eko Yuli Irawan menolak tunduk pada usia
Lifter Indonesia Eko Yuli Irawan melakukan angkatan snatch pada kelas 65kg putra SEA Games 2025 Thailand . ANTARA FOTO/Muhammad Ramdan/agr
