Kemudian, Kantor Kehakiman Federal Swiss menyatakan kewajibannya untuk bekerja sama dengan ICC berdasarkan Statuta Roma, berjanji untuk menangkap dan mengekstradisi Netanyahu atau Gallant jika mereka memasuki wilayah mereka.
Di Belanda, Menteri Luar Negeri Caspar Veldkamp meyakinkan parlemen bahwa negaranya menghormati independensi ICC, dan menambahkan bahwa pihak berwenang Belanda akan bertindak berdasarkan surat perintah tersebut dan menghindari kontak yang tidak penting dengan pihak-pihak yang disebutkan namanya.
Sedangkan di Austria, Menteri Luar Negeri Alexander Schallenberg mengkritik surat perintah tersebut sebagai sesuatu yang “tidak dapat dipahami dan menggelikan” tetapi mengakui kewajiban hukum Austria untuk melaksanakannya.
Prancis, meski mengakui pentingnya bertindak sesuai dengan undang-undang ICC tetapi menahan diri untuk tidak melakukan penangkapan Netanyahu atau Gallant, dengan alasan kerumitan hukum, demikian disampaikan Juru bicara Kementerian Luar Negeri Christophe Lemoine.
Selanjutnya, Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani menekankan pentingnya menafsirkan keputusan ICC bersama dengan sekutu, dan menegaskan kembali dukungan terhadap peran hukum dan non-politik pengadilan.
Menteri Luar Negeri Norwegia Espen Barth Eide menyoroti pentingnya keadilan peradilan, dan menyatakan keyakinannya bahwa ICC “akan memproses kasus ini berdasarkan standar tertinggi peradilan yang adil.”
Inggris, melalui PM Keir Starmer menyampaikan penghormatan atas independensi ICC tanpa memastikan apakah negara itu akan menegakkan surat penangkapan tersebut meski menghadapi seruan untuk “secara tegas” mendukung ICC.
Kepala Eksekutif Amnesty International Inggris, Sacha Deshmukh, telah meminta Menteri Luar Negeri David Lammy, dan pemerintah Inggris untuk menghormati komitmen mereka dalam menegakkan keadilan internasional.
Sumber: Anadolu
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Surat penangkapan Netanyahu dan Gallant picu beragam reaksi Eropa