Melawan kekerasan terhadap jurnalis perempuan

id jurnalis,kekerasan jurnalis,berita sumsel, berita palembang

Melawan kekerasan terhadap jurnalis perempuan

Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Kalimantan Selatan, menggelar dialog perempuan, di otel Batung Batulis, Kamis, 23/12/2022 (Antara/Istimewa)

Sejumlah media daring di Sumatera Barat, mengaku bahwa pemasukannya semata-mata dari dana pemda, sehingga tidak mungkin menggaji wartawan secara tetap, selain dari honor tulisan berita pemda.

Di Palembang, masih ditemukan jurnalis perempuan yang masuk keluar kantor pemerintah atau perusahaan-perusahaan hanya untuk mencari iklan.

Ada yang merangkap sebagai kontraktor.

Dalam pertemanannya di lapangan, jurnalis perempuan juga sulit melepaskan diri dari praktik kloning berita atau ikut bergerombol menemui sumber berita agar mendapat amplop.

Praktik jurnalis merangkap pencari iklan di media, tidak saja melanggar etika, namun juga akan mempengaruhi kredibilitas berita, serta kepercayaan masyarakat Indonesia atas profesi wartawan.

Dengan potret tempat bekerja redaksi yang masih minim seperti itu, dan penghasilan yang tidak menentu, tentu akan berdampak pada citra jurnalis perempuan sebagai profesi.


Bentuk lain

Kalau selama ini asumsi bahwa perempuan menjadi subordinat karena ada dominasi kaum laki-laki, ternyata ada kekerasan bentuk lain, yakni antara perempuan dengan perempuan.

Jurnalis perempuan juga menemui masalah tersendiri dan seringkali merasa tidak nyaman ketika yang menjadi bos adalah perempuan dan anak buahnya perempuan, karena masih kental dengan unsur emosional.

Jumlah perempuan Indonesia yang lebih banyak dibanding laki-laki sebenarnya merupakan suatu peluang untuk bersama-sama mendobrak kekuasaan laki-laki.

Namun, dalam tataran jurnalistik, jumlah jurnalis perempuan masih sangat sedikit untuk dapat memecahkan masalah kekerasan seksual.

Menurut catatan AJI, hanya ada dua perempuan di antara 10 jurnalis laki-laki.

Di sisi lain, masalah kekompakan jurnalis perempuan sekarang ini untuk secara bersama melawan kekerasan seksual masih belum mengemuka secara formal.

Padahal, kendala ini akan terus mengendap dalam diri jurnalis perempuan.

Tantangan yang dihadapi cukup berat, namun jurnalis perempuan berhak untuk beraktivitas di ruang publik tanpa rasa takut untuk dilecehkan secara fisik dan verbal.

Perempuan juga berhak berekspresi di dunia maya tanpa rasa takut dihina dan dilecehkan.


Body shaming adalah kekerasan

Menurut teori Pusat Kendali (locus of control, J.B. Porter, 1954) dalam Sarlito (2015), ada dua macam tipe manusia, yakni seseorang dengan Pusat Kendali Internal (PKI) dan Pusat Kendali Eksternal (PKE).

Seseorang dengan tipe PKI percaya bahwa dirinya sendirilah yang menentukan apa yang akan terjadi dengan dirinya, bahkan lingkungan di sekitarnya pun bisa dia kendalikan.

Sedangkan seseorang dengan tipe PKE, adalah sosok yang jika terjadi sesuatu pada dirinya, ia cenderung menyalahkan pihak lain, bukannya mengoreksi diri sendiri.

Jurnalis perempuan dengan tipe PKI harus berani bersikap melawan kekerasan seksual dengan cara lebih mandiri dan berprestasi.

Jurnalis perempuan jangan hanya menunggu-nunggu peraturan Dewan Pers atau pihak-pihak lain untuk melawan kekerasan seksual.


*) Dr. Artini adalah wartawan utama, peneliti media