Mengerek cuan dari tuna sirip biru selatan

id Tuna sirip biru, ekspor tuna, tuna bali, ekspor perikanan, ikan tuna

Mengerek cuan dari tuna sirip biru selatan

Arsip foto - Sejumlah anak buah kapal menurunkan muatan tangkapan ikan di Pelabuhan Umum Benoa, Denpasar, Bali, Rabu (10/5/2023). ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna

Nilai ekonomi dari perdagangan produk perikanan tuna Indonesia dapat terus dimanfaatkan dengan tetap mengedepankan aspek keberlanjutan

Denpasar (ANTARA) - Produksi tuna sirip biru selatan atau southern bluefin tuna (SBT) di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali, merupakan yang terbesar di Tanah Air.

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan, Kementerian Perikanan dan Kelautan (KKP), melalui Pos Pelayanan Kapal Perikanan di Benoa mencatat selama 2022, total volume tangkapan ikan tuna sirip biru selatan mencapai 770,4 ton dengan kalkulasi nilai produksi mencapai Rp21,5 miliar.

Sementara selama semester I-2023, volume produksi tuna dengan nama latin Thunnus maccoyii itu mencapai 281,3 ton dengan nilai produksi mencapai Rp8,6 miliar.

Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI) Bali mencatat rata-rata produksi tuna sirip biru selatan di Pulau Dewata mencapai hingga 1.000 ton per tahun, dari total kuota nasional mencapai 1.123 ton per tahun untuk 2021-2023.

Sekretariat Jenderal ATLI Bali mencatat seluruh tangkapan tuna sirip biru selatan diberikan label dan hasil tangkapan itu dilaporkan juga kepada organisasi.

Organisasi antarpemerintah yang mengatur terkait kuota penangkapan tuna sirip biru selatan adalah Komisi Konservasi Tuna Sirip Biru Selatan atau Commission for the Conservation of Southern Bluefin Tuna (CCSBT) yang bermarkas di Canberra, Australia.

Penerapan kuota tersebut untuk menjaga keberlanjutan konservasi tuna sirip biru selatan yang diperkirakan populasinya sudah mulai berkurang.

CCSBT menyebutkan penangkapan yang masif hingga 80 ribu ton per tahun pada awal 1960-an membuat penurunan signifikan jumlah ikan tuna sirip biru selatan yang berumur dewasa.