Pakar gizi: Tempe bisa menjadi kudapan alternatif

id Tempe, stunting, superfood,olahan tempe,kudapan tempe,berita palembang, antara palembang

Pakar gizi: Tempe bisa menjadi kudapan alternatif

Arsip foto - Pedagang melayani pembeli di sentra pembuatan tempe di kelurahan Bojongsari, Indramayu, Jawa Barat, Selasa (24/1/2023). Pemerintah menargetkan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada Tahun 2023 sebesar Rp460 triliun atau jumlah ini naik 23,32 persen dari tahun 2022 yang sebesar Rp373 triliun. (ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/hp)

Jakarta (ANTARA) -
Pakar gizi klinik Dr. dr. Fiastuti Witjaksono MSc, MS, SpGK mengatakan tempe bisa menjadi alternatif kudapan sehat bahkan bisa mencegah stunting.

"Tempe bisa digunakan sebagai lauk saat makan makanan utama dan juga sebagai snack untuk memenuhi kebutuhan protein harian, yang kebutuhannya mencapai sekitar 60 gram per hari," kata Fiastuti dalam keterangan pers, Selasa.

Kandungan protein, zat besi, dan kalsium tempe menurut dokter dari Rumah Sakit Ciptomangunkusumo (RSCM) itu lebih tinggi dibanding daging sapi sehingga sangat baik dikonsumsi ibu hamil dan anak balita untuk mencegah stunting.

Selain itu, kandungan lemak jenuh dan garam pada tempe lebih rendah dibandingkan dengan daging sapi, kata Fiastuti. Itulah sebabnya, tempe disebut makanan super atau superfood asli Indonesia.

Fiastuti menjelaskan bahwa dalam 100 gram tempe setidaknya mengandung 20,8 gram protein, 8,8 gram lemak, 1,4 gram serat, dan 201 kalori. Sebagai perbandingan, dalam 100 gram daging sapi biasanya hanya mengandung 17,5 gram protein.

Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu juga menginformasikan jika tempe juga baik untuk pembentukan tubuh dan kesehatan pencernaan anak-anak hingga orang tua.

"Dengan gizi yang tinggi, tempe diproduksi dengan energi yang lebih rendah dan dijual lebih murah dibanding daging sapi di Indonesia," kata Fiastuti.

Sementara itu, pakar tempe yakni Dr. Dra. Suliantari, MS menjelaskan bahwa membuat tempe merupakan satu hal yang mudah, namun yang higienis dan memenuhi standar merupakan hal yang sulit.

"Terutama menyangkut kebiasaan membuat tempe di Indonesia sendiri. Sejumlah produsen tempe di Indonesia telah menerapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan standar mutu tempe internasional (codex). Codex tersebut lebih banyak mengadopsi ke SNI," kata Suliantari.

Suliantari mengatakan guna menghilangkan rasa bosan saat memakan tempe, masyarakat dapat mencoba berbagai olahan lainnya, seperti keripik tempe yang mudah dikonsumsi.