Dinkes OKU bagikan bubuk abate cegah demam berdarah

id Penyakit DBD, gigitan nyamuk, pola 3 M, bubuk Abate, demam berdarah dengue, Dinkes OKU,bubuk abate,dbd,demam berdarah dengue

Dinkes OKU bagikan bubuk abate cegah demam berdarah

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Ogan Komering Ulu (OKU), Andi Prapto. ANTARA/Edo Purmana/22

Baturaja (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan membagikan bubuk abate ke 13 kecamatan untuk mencegah penyebaran penyakit demam berdarah dangue (DBD).

"Abate yang dibagikan kali ini bukan lagi dalam bentuk cairan, melainkan bubuk seperti biasanya," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Ogan Komering Ulu (OKU), Andi Prapto di Baturaja, Selasa.

Dia menjelaskan, bubuk abate tersebut dibagikan ke seluruh puskesmas di 13 kecamatan di Kabupaten OKU dan selanjutnya untuk dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan.

"Totalnya ada sebanyak 5 kilogram abate yang tersedia di seluruh puskesmas di OKU untuk dibagikan kepada masyarakat secara gratis," jelasnya. Andi menjelaskan, abate ini sangat efektif dalam memberantas larva nyamuk demam berdarah karena mengandung temefos atau pestisida yang dapat mengendalikan populasi nyamuk dan serangga, dengan mempersingkat siklus perkembangan larva.

Baca juga: Dinas Kesehatan OKU catat 33 kasus DBD

Penggunaan temefos ini tidak mencemari lingkungan karena sudah terjamin keamanannya bagi manusia atau pun hewan di sekitarnya.

Cara penggunaannya sendiri dicampur pada air yang menggenang, seperti bak mandi, tempayan, kolam ikan, dan tempat nyamuk berkembang biak lainnya.

Saat bubuk ditaburkan pada sejumlah tempat tersebut, abate bekerja dengan membunuh larva nyamuk, serta mencegahnya berkembang biak menjadi nyamuk dewasa yang nantinya menjadi perantara penyakit.

"Hanya saja selain menggunakan abate, masyarakat kembali kami ingatkan untuk menerapkan pola 3 M agar terhindar dari DBD," ujarnya.

Andi menambahkan, berdasarkan data jumlah kasus DBD pada 2022 mencapai 33 kasus atau mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya berjumlah lima kasus hingga akhir 2021.

Puluhan pasien penderita DBD mulai dari anak-anak hingga masyarakat usia 44 tahun yang terpaksa dirawat di rumah sakit setempat akibat penyakit tersebut.

"Alhamdulilah tidak ada yang meninggal dunia. Seluruh pasien sembuh setelah menjalani perawatan intensif di rumah sakit," jelasnya.
Baca juga: Benarkah jus jambu ampuh naikkan trombosit saat tekena DBD?