Ketika Lorong Mari berganti wajah

id lorong mari,kampung wisata palembang,lorong mari dari kampung kumuh,lorong mari berubah wajah,kampung kemplang,kumuh jadi bersih,kampung berseri ,obje

Ketika Lorong Mari berganti wajah

GM Pertamina RU III Plaju Moh. Hasan Efendi didampingi Elonk saat meninjau Lorong Mari Kota Palembang yang sudah berganti wajah dari kawasan kumuh menjadi asri. (ANTARA/HO)

Mengubah kampung kumuh menjadi layak huni bukan pekerjaan mudah. Dibutuhkan sinergi dari berbagai pihak, tapi harus dimulai dari warganya sendiri.
Palembang (ANTARA) - Menyusuri Lorong Mari di kawasan Plaju, Kota Palembang, Sumatera Selatan, menjelang sore hari, Sabtu (16/10/21) terasa menyenangkan. Tak banyak warga berlalu lalang, hanya beberapa ibu-ibu terlihat bersenda gurau sambil mengawasi anak-anaknya bermain di sebuah sudut favorit yang menempatkan beberapa kursi dan meja berbahan ban mobil.

Meski tergolong kawasan padat penduduk tapi kesan bersih, rapi dan asri terpancar dari kampung seluas 300 meter persegi dengan penduduk 426 jiwa ini. Mata seketika dimanjakan dengan pemandangan rumah panggung yang dindingnya dicat berwarna-warni dengan lukisan beragam tema, ada mural, gotic, hingga natural.

Ada juga jajaran kebun vertikal semakin menambah asri kampung binaan PT Pertamina Kilang Internasional Unit Plaju ini sejak 2018. Tak sedikit pun terbersit jika kampung ini selama puluhan tahun merupakan kawasan kumuh, penuh sampah dan selalu kebanjiran.

Choirul Bahri (43) atau yang akrab disapa Elonk menjadi penggagas lahirnya Kampung Kreasi Lorong Mari ini.

Ini bermula ketika ia diminta keluarganya kembali ke Palembang pada 2015 setelah merantau hampir 20 tahun di berbagai daerah Tanah Air.

“Saya sempat mengubah beberapa kampung di daerah lain. Lama-lama saya berpikir, kenapa saya tidak ‘explore’ (kembangkan) kampung sendiri saja,” kata Elonk yang dijumpai di kediamannya.

Rupanya selama dalam perantauan Elonk berkutat pada kegiatan pelestarian lingkungan. Ia aktif di Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) dan sempat menjadi jurnalis di salah satu media Jakarta yang khusus meliput destinasi wisata.

Beberapa lokasi yang sempat dipromosikannya yakni ekosistem kerbau rawa di Desa Lubuk Ketepeng, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumsel, kegiatan Susur Pagaralam pada 1998 hingga menggolkan Taman Nasional Komodo sebagai warisan alam dunia oleh UNESCO pada 2011.

Karena aktivitas itu, dirinya juga diminta terlibat dalam pengembangan pariwisata di Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 2015. Namun, ia memutuskan kembali ke Palembang.

Kondisi kampung yang selalu kebanjiran membuat Elonk amat tidak betah, sehingga tak henti memutar otak agar ada perbaikan infrastruktur. Elonk yang dipercaya menjadi Ketua RT oleh warga setempat akhirnya mampu menarik Pemerintah Kota Palembang memasukkannya dalam program Kota Tanpa Kumuh (KotaKu) tahun 2017.

Jalan lorong tersebut kemudian dibongkar untuk dibangunkan kanal, kemudian dicor sehingga tak lagi banjir dan becek. Warga pun bersedia memberikan lahannya agar jalan lorong menjadi jauh lebih lebar.

Tampilan Lorong

Mari pun berubah total, dari semula kumuh kini mulai tertata. Namun, tak dapat dipungkiri kesan usang dan gersang tetap ada. Di sinilah Elonk terlecut untuk menghias kampungnya.

“Saya buat profosal minta bantuan mulai dari pemkot, kementerian, hingga ke BUMN. Dan akhirnya Pertamina yang terketuk membantu kami,” kata ayah tiga anak ini.

Namun, bantuan Pertamina itu tidak lantas diterimanya karena ada lomba menghias kampung untuk menyambut Asian Games pada 2018.

“Waktu itu, saya bicara ke Pertamina untuk tahan bantuannya. Biarkan dulu kami bekerja, saya ingin membangkitkan rasa memiliki warga terhadap Lorong Mari, takutnya nanti setelah dibantu Pertamina tidak ada tanggung jawab,” kata dia.

Benar saja, saat mengikuti lomba itu, warga rela bahu membahu hingga mengumpulkan dana secara swadaya.

Karena sebagian besar penduduk merupakan buruh mulai dari tukang bengkel mobil dan motor hingga tukang las, tukang bangunan, akhirnya muncul beragam kreasi sesuai dengan kemahiran mereka masing-masing. Lorong Mari pun berhasil meraih peringkat dua dalam kompetisi itu dan mendapatkan hadiah dua ekor sapi.

“Seekor sapi, kami potong untuk sedekah kampung, dan seekor lagi dijual untuk kebutuhan kampung seperti beli CCTV, hingga beli kaos seragam warga,” kata dia.
 
Ibu-Ibu warga Lorong Mari Kota Palembang memproduksi kerupuk kemplang.  (ANTARA/Dolly Rosana/21)


Setelah itu, Lorong Mari terus berbenah, apalagi mendapatkan dukungan pendanaan CSR dari PT Pertamina RU III Plaju. Walhasil, kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat pun berubah sehingga kesan kampung yang rawan sosial dan kriminal pun perlahan sirna.

Kampung pun dalam tiga tahun itu bertumbuh, mulai dari Kampung 3D menjadi Kampung Warna Warni, Kampung Hijau dan Kampung Mini Pedestrian, lalu kini menuju Kampung Wisata.

Perubahan perilaku pun terlihat nyata, tak ada lagi warga yang membuat sampah sembarangan.

Sebenarnya penyatuan visi dan misi ini bukan perkara mudah karena Elonk mengungkapkan sempat terjadi penolakan. Ada warga yang enggan mengecat rumahnya, jika pun mau maka dilakukan dengan asal-asalan.

Namun, berkat keteladanan dan peran anak-anak muda millenial di kampung tersebut, maka persoalan tersebut dapat terselesaikan.

Kini, beragam kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan di kampung tersebut, seperti melayani pesanan ratusan tempat cuci tangan berbahan ban bekas hingga menjual produk berbahan bekas lainnya.

Warga pun tak henti berkreasi untuk melahirkan produk baru yang ramah lingkungan. Belum lama ini, Elonk membuat alat yang dapat memudahkan dalam penyiraman tanaman di kebun vertikal.

“Saya inginnya kampung ini nantinya bukan hanya unik tapi juga canggih,” kata fotografer ini.

Sementara Murbiaty, salah seorang warga setempat, mengatakan dirinya bangga menjadi warga Lorong Mari karena kampung ini sudah elok, bersih dan nyaman ditempati.

Ia pun berharap dengan semakin dikenalnya Lorong Mari ini dapat mengembangkan usaha kemplang bakar miliknya, yang juga menjadi mata pencarian sebagian besar ibu-ibu di kampung tersebut.

“Kami dibantu tempat memanggang dan oven dari Pertamina, dan saat ada kegiatan selalu dilibatkan, seperti saat HUT Pertamina dipesan 8.000 pcs,” kata Murbiaty.

Ia mengisahkan, dirinya bersama sekitar 200-an ibu-ibu setempat dilibatkan Pertamina dalam pemecahan rekor dunia Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan membuat logo K3 terbesar dari rangkaian kemplang.

Saat itu, semua warga terlibat dan perekonomian kami pun meningkat, kata dia.

Lurah Talang Bubuk, Kecamatan Plaju, Susanto Umar mengatakan lahirnya kampung kreasi ini tak lepas dari dukungan warga, terutama Elonk sebagai penggeraknya.

Konsep yang ditawarkan sebagai kampung kreasi dinilai sangat tepat karena penduduk setempat sebagian besar bekerja di bengkel.

“Harapannya, tujuan akhir untuk menjadi kampung wisata andalan di Palembang benar-benar terwujud. Tinggal lagi digencarkan promosinya, dan pemkot siap memberikan dukungan,” kata Susanto.

Peluang itu sangat terbuka karena pada 2021, Lorong Mari sudah terdaftar sebagai Desa Wisata yang ke-300 di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Nama Lorong Mari ini tetap dipertahankan karena juga dianggap unik, yakni berasal dari nama tetua di kampung tersebut yakni Gede Mari atau Nenek Mari yang berasal dari Pedamaran, Kabupaten Ogan Komering Ilir.

Untuk mengenang sosok Gede Mari itu, penduduk setempat telah menjadikannya brand untuk beragam produk yang dihasilkan seperti minyak urut, handsanitizer dan minyak pco.

Satgas Ayam Jago

Walau Lorong Mari sudah tertata, tapi ancaman bencana kebakaran tetap ada mengingat merupakan kawasan padat penduduk.

Kondisi ini yang membangkitkan insiatif PT Pertamina Kilang Internasional Unit Plaju untuk membentuk Satuan Tugas Ayo Samo Samo Jago Tetanggo (Satgas Ayam Jago) di Lorong Mari.

Area Manager Communication, Relations & CSR PT KPI Unit Plaju Siti Rachmi Indahsari mengatakan pembentukan satgas ini mendapat dukungan dari warga setempat karena sejak 2018 sudah menjadi lokasi penyaluran CSR PT KPI Unit Plaju.

Pertamina membantu pemenuhan sarana dan prasarana, pelatihan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) hingga pengembangan UMKM kemplang di kampung tersebut.
 
Relawan anggota Satgas Ayam Jago mengenakan atribut pemadam kebakaran dilengkapi sarana motor Wak Jago di Lorong Mari Kota Palembang. (ANTARA/HO)


“Awalnya, selama COVID-19 kami sering menyalurkan bantuan ke Lorong Mari karena juga menjadi Kampung Tangguh COVID-19. Kami pikir, setelah COVID-19, kenapa tidak dijadikan kampung satgas bencana,” kata dia.

Satgas yang dibentuk sejak Mei 2020 ini sebagian besar didominasi anak muda di Lorong Mari dengan usia rata-rata di bawah 30 tahun. Ada 14 orang yang kini berperan menjadi relawan bencana banjir dan kebakaran.

Pertamina bekerja dengan instansi terkait telah memberikan pelatihan sebagai satgas bencana dengan standar nasional, sehingga bukan hanya Pertamina tapi pemerintah juga dapat memanfaatkan para relawan ini jika dalam kedaruratan.

Untuk menjalankan perannya itu, Pertamina menyediakan sarana dan prasarana seperti motor penyemprot air Wak Jago, yang jika tidak digunakan untuk menghalau kebakaran maka digunakan operator (warga) untuk menyiram tanaman di taman kota.

“Hadirnya Satgas Ayam Jago ini sebagai langkah mitigasi yang dilakukan Pertamina, apalagi Lorong Mari berada dalam ring 1 perusahaan kami,” katanya.

Inovasi lahirnya Satgas Ayam Jago ini ternyata sejalan dengan keunggulan kampung kreasi. Sejauh ini sudah tercipta alat water barrel irigation yang mana saat kebakaran terjadi dapat menyuplai air.

“Alat ini dapat menampung air hujan, bisa dipakai untuk siram tanaman. Bisa juga untuk dihubungkan ke motor Wak Jago,” kata dia.

Selain itu, juga lahir aplikasi Patra Siaga yang dapat digunakan masyarakat Kecamatan Plaju untuk mengakses pertolongan pertama hanya dari gadget.

Aplikasi yang dapat diunduh di Playstore itu, kini terintegrasi dengan Badan SAR Nasional (Basarnas), Posko Bencana Alam, RS Umum, Polisi, Palang Merah Indonesia dan tim Damkar termasuk dengan Wak Jago.

Aldi Kurniawan (21), warga Lorong Mari yangjuga masuk dalam Satgas Ayam Jago mengatakan dirinya bangga dengan perubahan yang terjadi di kampungnya apalagi kini memiliki Satgas Ayam Jago.

Ia tidak pernah menyangka, kampung yang semula kumuh telah menjelma menjadi kampung yang dapat diandalkan untuk penanganan kebakaran hingga menjadi destinasi wisata.

“Kesan kumuh sudah hilang dan berganti menjadi kampung yang bersih dan cantik. Saatnya kami berbenah menuju kampung wisata,” kata mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta ini.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel di Sumsel masih tergolong rendah jika dibandingkan kota-kota lain di Indonesia.

Jika kota-kota wisata Tanah Air sudah bisa melewati dua hari bahkan sampai tiga hari, seperti Yogyakarta dan Bali, maka Kota Palembang masih di angka 1,71 (belum mencapai dua hari) per Juli 2021.

Dengan bermunculan kampung wisata, diharapkan dapat meningkatkan daya tarik Kota Palembang sehingga wisatawan menjadi lebih betah berlama-lama di kota empek-empek ini.

Pengamat ekonomi asal Universitas Sriwijaya Isni Adriana mengatakan desa wisata diharapkan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru di Tanah Air karena sektor pariwisata kini menjadi salah satu andalan di dalam negeri.

Keunggulan dari desa wisata berupa destinasi yang menampilkan kearifan lokal masyarakat, alam yang indah dan seni budaya daerah yang dapat menjadi alasan kuat untuk tetap eksis.

Kendati demikian, diakui desa wisata perlu penguatan di berbagai bidang, mulai dari penguatan kelembagaan, sumber daya manusia, objek dan daya tarik wisata, sarana dan prasarana, serta penguatan dukungan pemerintah.

“Jika ini dapat disinergikan dengan perusahaan berupa perealisasian dana CSR, maka saya rasa ini demikian tepat guna karena manfaat dapat dirasakan masyarakat secara langsung karena dapat mengerakkan perekonomian masyarakat,” kata Isni.

Mengubah kampung kumuh menjadi layak huni bukan pekerjaan mudah. Dibutuhkan sinergi dari berbagai pihak, tapi harus dimulai dari warganya sendiri.

Saat perubahan sikap warga sudah terjadi, beruntung Pertamina Kilang Internasional Unit Plaju jeli menangkapnya. Kini  Lorong Mari bukan sekadar kampung kreasi tapi bersiap menuju kampung wisata andalan Kota Palembang.

 
Choirul Bahri (43) atau akrab disapa Elonk, penggagas lahirnya Kampung Kreasi Lorong Mari Palembang.
(ANTARA/Dolly Rosana/21)