Kadin: Tantangan ekonomi dari produktivitas hingga ekosistem

id kadin,Arsjad Rasjid

Kadin: Tantangan ekonomi dari produktivitas hingga ekosistem

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid. ANTARA/HO-Kadin Indonesia.

Jakarta (ANTARA) - Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Arsjad Rasjid mengungkapkan sejumlah tantangan yang dihadapi dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terbagi dari tiga aspek, yakni dari sisi ketangguhan, produktivitas, dan ekosistem yang harus dibenahi.

Arsjad mengatakan dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, bahwa meskipun ekonomi Indonesia sudah mulai menunjukkan pemulihan dari dampak pandemi, namun masih perlu menangani tantangan yang ada.

Arsjad menyoroti sistem kesehatan Indonesia yang masih belum kuat dengan biaya pengeluaran untuk perawatan kesehatan sebesar 2,9 persen dari PDB. Angka tersebut, kata dia, merupakan yang terendah di antara negara-negara ASEAN.

Menurutnya, persentase tersebut harus ditingkatkan agar Indonesia bisa lebih tangguh dari sisi kesehatan masyarakat yang berdampak pada sumber daya manusia berkualitas.

"Mengenai industri kesehatan, kita harus melakukan restrukturisasi industri kesehatan dan bersama-sama membangun industri kesehatan. Dan ini suatu opportunity bersama para pengusaha," katanya.

Selain itu, Kadin juga menilai Indonesia masih perlu meningkatkan potensi energi baru terbarukan (EBT) untuk bisa mandiri dari sisi energi bersih yang menjadi sumber daya di masa depan.

Dia mengatakan saat ini Indonesia hanya bisa menangkap sekitar 2 persen potensi panas bumi, matahari, angin, dan air untuk dijadikan sebagai sumber energi.

Dari sisi produktivitas, Arsjad juga menyoroti implementasi revolusi industri 4.0 yang masih diterapkan oleh 21 persen industri skala besar. Padahal menurutnya, di era digitalisasi seperti sekarang ini menuntut industri yang berbasis teknologi.

Kadin juga menyebutkan bahwa Indonesia perlu menambah pekerja di bidang teknologi informasi. Kadin mencatat Indonesia berpotensi kekurangan pekerja terampil dan semi terampil di bidang TIK sebanyak 9 juta orang pada tahun 2030.

Dari sisi UMKM yang menjadi penyokong ekonomi sekaligus menyerap 97 persen tenaga kerja Indonesia, kata Arsjad, sebagian besar masih belum mendapatkan akses keuangan karena banyak yang sifatnya informal.

"UMKM Indonesia merupakan suatu basis kekuatan, namun masih mempunyai kendala dalam hal akses keuangan," katanya.

Arsjad juga menyinggung ekosistem dalam berusaha di Indonesia yang masih butuh banyak perbaikan khususnya di bidang infrastruktur logistik dan biaya ekspor.

"Kita masih peringkat 136 dari 188 dalam biaya ekspor dan 46 dari 160 negara dari sisi infrastruktur logistik," katanya.

Menurut Arsjad, tantangan-tantangan seperti ini harus segera dibenahi agar bisa menuju Indonesia Emas pada 2045 yang berdaulat, maju, adil dan makmur.