Pakar Epidemiologi: Masyarakat Sumsel lepas kontrol hadapi normal baru, banyak tak gunakan masker
Saat ini mulai banyak yang tidak menggunakan masker di luar rumah, padahal transmisi COVID-19 masih ada di tengah-tengah masyarakat
Palembang (ANTARA) - Pakar Epidemiologi yang juga anggota Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Sumatera Selaran Dr. Iche Andriyani Liberty menyatakan masyarakat di "Bumi Sriwijaya" ini mulai lepas kontrol selama penerapan normal baru dalam dua pekan terakhir.
"Saat ini mulai banyak yang tidak menggunakan masker di luar rumah, padahal transmisi COVID-19 masih ada di tengah-tengah masyarakat," ujar Dr. Iche.
Selain itu tingkat kontak antar orang dan masyarakat yang bertahan di rumah juga tidak dapat dihitung lagi karena PSBB telah berakhir sehingga aktifitas masyarakat saat ini benar-benar meningkat.
Menurut dia, perilaku lepas kontrol tersebut memicu angka konfirmasi kasus positif di Sumsel terus bertambah, terutama di Kota Palembang yang masih dikategorikan wilayah risiko tinggi atau zona merah.
Berdasarkan analisa tim pakar, kasus positif COVID-19 mengalami penurunan 44 persen selama pemberlakuan PSBB di Kota Palembang, Prabumulih dan beragam intervensi pemerintah kabupaten/kota lainnya.
Baca juga: Update 29 Juni: Positif COVID-19 Sumsel mencapai 2.023 kasus, sembuh lampaui angka 1.000 orang
Baca juga: Warga Sumsel terkonfirmasi positif COVID-19 terus bertambah
Namun, setelah PSBB berakhir lalu dilanjutkan disiplin protokol normal baru selama dua pekan terakhir, kata dia, kasus positif COVID-19 di Sumsel naik 2 persen.
Meski angka kesembuhan telah mencapai 50 persen per 29 Juni, Ia mengaku khawatir penambahan kasus positif juga akan terus bertambah dan bisa melebihi puncak kasus selama kurun tiga bulan terakhir.
Di sisi lain angka reproduksi efektif COVID-19 atau RT masih berada di angka 1,07, padahal RT di Sumsel sempat turun di angka 0,99 pada 26 Juni.
Maka jika penambahan kasus baru ke depan telah melampaui puncak kasus sebelumnya, ia menyebut opsi diberlakukannya kembali PSBB sangat dimungkinkan.
"Dalam kebijakan epidemiologi, kalau puncak kasus kedua lebih tinggi dari puncak yang pertama, maka diperlukan lagi intervensi atau PSBB," katanya.
Baca juga: Dokter: Cegah terkena COVID-19, Belanja di pasar harus pakai masker dan bawa kantong belanja sendiri
Baca juga: Musi Banyuasin terus aktifkan posko perbatasan antisipasi COVID-19
Kendati demikian ia tidak berharap ada puncak kasus kedua, sebab berkaca dari tren daerah lain di Indonesia, kasus-kasus baru saat ini adalah kasus kondisi berat, namun didominasi usia produktif.
Pihaknya selaku tim pakar gugus tugas telah mendorong pemerintah provinsi, kabupaten dan kota agar memperjelas serta mempertegas aturan normal baru agar tidak menjadi potensi munculnya kasus-kasus baru.
"Kami juga mengimbau masyarakat agar tidak memanfaatkan momen pelonggaran untuk bebas beraktivitas tanpa protokol kesehatan, masyarakat harus tetap waspada dan disiplin menggunakan masker serta menjaga jarak," kata Dr. Iche menjelaskan.
Sementara total kasus positif COVID-19 di Sumsel per 29 Juni 2020 mencapai 2.023 kasus, 1.025 kasus di antaranya telah sembuh dan 87 kasus meninggal dunia.*
"Saat ini mulai banyak yang tidak menggunakan masker di luar rumah, padahal transmisi COVID-19 masih ada di tengah-tengah masyarakat," ujar Dr. Iche.
Selain itu tingkat kontak antar orang dan masyarakat yang bertahan di rumah juga tidak dapat dihitung lagi karena PSBB telah berakhir sehingga aktifitas masyarakat saat ini benar-benar meningkat.
Menurut dia, perilaku lepas kontrol tersebut memicu angka konfirmasi kasus positif di Sumsel terus bertambah, terutama di Kota Palembang yang masih dikategorikan wilayah risiko tinggi atau zona merah.
Berdasarkan analisa tim pakar, kasus positif COVID-19 mengalami penurunan 44 persen selama pemberlakuan PSBB di Kota Palembang, Prabumulih dan beragam intervensi pemerintah kabupaten/kota lainnya.
Baca juga: Update 29 Juni: Positif COVID-19 Sumsel mencapai 2.023 kasus, sembuh lampaui angka 1.000 orang
Baca juga: Warga Sumsel terkonfirmasi positif COVID-19 terus bertambah
Namun, setelah PSBB berakhir lalu dilanjutkan disiplin protokol normal baru selama dua pekan terakhir, kata dia, kasus positif COVID-19 di Sumsel naik 2 persen.
Meski angka kesembuhan telah mencapai 50 persen per 29 Juni, Ia mengaku khawatir penambahan kasus positif juga akan terus bertambah dan bisa melebihi puncak kasus selama kurun tiga bulan terakhir.
Di sisi lain angka reproduksi efektif COVID-19 atau RT masih berada di angka 1,07, padahal RT di Sumsel sempat turun di angka 0,99 pada 26 Juni.
Maka jika penambahan kasus baru ke depan telah melampaui puncak kasus sebelumnya, ia menyebut opsi diberlakukannya kembali PSBB sangat dimungkinkan.
"Dalam kebijakan epidemiologi, kalau puncak kasus kedua lebih tinggi dari puncak yang pertama, maka diperlukan lagi intervensi atau PSBB," katanya.
Baca juga: Dokter: Cegah terkena COVID-19, Belanja di pasar harus pakai masker dan bawa kantong belanja sendiri
Baca juga: Musi Banyuasin terus aktifkan posko perbatasan antisipasi COVID-19
Kendati demikian ia tidak berharap ada puncak kasus kedua, sebab berkaca dari tren daerah lain di Indonesia, kasus-kasus baru saat ini adalah kasus kondisi berat, namun didominasi usia produktif.
Pihaknya selaku tim pakar gugus tugas telah mendorong pemerintah provinsi, kabupaten dan kota agar memperjelas serta mempertegas aturan normal baru agar tidak menjadi potensi munculnya kasus-kasus baru.
"Kami juga mengimbau masyarakat agar tidak memanfaatkan momen pelonggaran untuk bebas beraktivitas tanpa protokol kesehatan, masyarakat harus tetap waspada dan disiplin menggunakan masker serta menjaga jarak," kata Dr. Iche menjelaskan.
Sementara total kasus positif COVID-19 di Sumsel per 29 Juni 2020 mencapai 2.023 kasus, 1.025 kasus di antaranya telah sembuh dan 87 kasus meninggal dunia.*