Tahun ini kebutuhan garam 4,5 juta ton

id Garam, produksi garam, impor garam, kebutuhan garam, pt garam, lahan garam, swasembada garam

Tahun ini kebutuhan garam 4,5 juta ton

Petani garam saat mengolah tambak garamnya. (ANTARA/Akhmad Nazaruddin Lathif)

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menyebutkan bahwa kebutuhan garam terus meningkat dan tahun ini mencapai 4,5 juta ton.

Menurut Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Maritim dan Investasi Safri Burhanuddin dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Minggu, Indonesia sebenarnya telah mencapai swasembada garam karena sudah bisa memproduksi hingga 3,5 juta ton garam, tapi kebutuhan komoditas tersebut terus meningkat.

"Dua tahun lalu Pak Menko (Luhut Pandjaitan) mencanangkan kita produksi 3 juta ton di mana saat itu kebutuhan cuma 3 juta ton. Ternyata sekarang kebutuhan 4,5 juta ton. Kalau bicara swasembada, kita sudah swasembada karena mencapai target, cuma kebutuhan ternyata meningkat," katanya.

Safri menuturkan peningkatan kebutuhan garam juga sejalan dengan terus meningkatnya kebutuhan industri.

Meski kebutuhan terus naik, upaya pemerintah meningkatkan produksi garam juga terus dilakukan. Dengan luas lahan yang meningkat hampir 30 ribu hektare lebih, ia mengatakan pemerintah juga terus mendorong intensifikasi lahan garam.

Safri menambahkan, pihaknya juga telah meminta PT Garam (Persero) untuk mendorong metode pergaraman yang lebih modern sehingga produktivitas bisa meningkat.

"Kami sudah sampaikan ke PT Garam, umur mereka sudah lebih dari 75 tahun, kami minta pergaraman tidak lagi dilakukan secara tradisional. proses tradisional yang hasilnya 50-60 ton per ha per tahun. Kalau intensif, bisa 100-150 ton per ha. Kalau punya 30 ribu ha, dengan produksi 100-150 ton, seharusnya kita bisa swasembada," jelasnya.

Safri mengatakan meski kebutuhannya cukup tinggi, pemerintah tetap memasang target produksi di kisaran 3,5 juta ton hingga 4 juta ton tahun ini.

Pemerintah juga terus berupaya untuk menekan impor garam dengan mendorong produksi tanpa lahan garam seperti dengan metode memanfaatkan PLTU batu bara di Cilegon, Banten.

"Semua cara mengurangi impor, bagaimana mengurangi seoptimal mungkin, kami lakukan," pungkas Safri.