IAPI Sumsel gandeng pakar kembangkan museum virtual
.... Jika progres ini sukses maka Palembang berhasil mengusung inovasi baru untuk sektor kebudayaan di Indonesia....
Palembang (ANTARA) - Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia Sumatera Selatan menggandeng pakar dari Waseda University Tokyo Jepang, NCT University Taiwan dan Institut Teknologi Bandung untuk berbagi ilmu mengembangkan museum berbasis virtual di Kota Palembang.
Sekjen Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAPI) Sumatera Selatan Avanidin di Palembang, Kamis mengatakan pihaknya juga menggandeng Fakultas Adab-Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang sebagai kampus yang konsen meneliti kebudayaan di Kota Palembang, karena museum virtual merupakan bagian program digitalisasi situs budaya menuju masyarakat urban.
"Digitalisasi situs budaya sudah banyak di luar negeri tapi belum ada di Indonesia, artinya jika progres ini sukses maka Palembang berhasil mengusung inovasi baru untuk sektor kebudayaan di Indonesia," ujar Avanidin saat lokakarya Digital Culture and Social Design di UIN Raden Fatah Palembang.
Menurut dia sampel pertama yang akan dicoba untuk program digitalisasi adalah Museum Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS), di dalamnya menyimpan koleksi informasi terkait Kerajaan Sriwijaya sebagai brand utama Kota Palembang dan Sumsel.
Berbagai informasi terkait koleksi, catatan dan peninggalan di TPKS akan coba di konversi menjadi informasi virtual yang otomatis timbul ketika pengunjung mengarahkan gadgetnya ke sebuah koleksi, teknologi ini berbeda dari "scan barcode" yang biasa menempel di dekat koleksi museum.
Pengunjung dapat melihat bentuk suatu koleksi secara lebih sempurna dalam bentuk 3D, karena koleksi-koleksi telah diprogram dengan teknik photogrammetry yang memberikan pengalaman berbeda dibanding hanya melihat koleksi secara monoton lalu dilupakan.
Virtualisasi museum sudah banyak diterapkan museum-museum di Eropa dan negara-negara maju di Asia, dampak dari penggunaanya bisa mendatangkan lebih banyak pengunjung serta menghapus kesan 'kuno' sebuah museum.
"Di Indonesia sepertinya baru Kota Palembang yang akan menerapkannya, sehingga dibutuhkan peran semua pihak agar rencana ini terealisasi," tambah Avanidin.
IAPI Sumsel memulai perencanaan digitalisasi budaya dengan lokakarya dan uji sampel, pada lokakarya hadir sebagai pemateri yakni pakar urban dari Waseda University Tokyo Jepang, Prof. Riela Drianda dan Dr. Adwan F. Aritenang dari ITB Bandung.
Serta dua pakar desain-visualisasi dari NCT University Taiwan, Prof. June Hao Hou dan Chi Li Neng, uji sampel rencananya dilaksanakan Kamis (19/12).
Rencana virtualisasi museum tersebut di dukung Sultan SMB IV, Fauwaz Diraja Jayo Wikramo, menurutnya digitalisasi budaya dan sejarah akan menarik bagi generasi milenial yang akrab dengan gadget, sehingga pijakan akar budaya Palembang tetap mengalir ke generasi menerus meski digempur budaya luar.
"Langkah digitalisasi ini harus di dukung dengan memasukkan kebudayaan palembang menjadi kurikulum di sekolah-sekolah, jadi dilihat dari pelajaran menarik dan dilihat di museum lebih menarik lagi," ujar Sultan IV Fauwaz Diraja.
Selain itu, Palembang sebagai kota tertua di Indonesia dengan usia 1336 tahun dirasa tepat menjadi pilot digitalisasi budaya di Indonesia
Sementara Kabiro Administrasi Umum UIN RF Palembang, Dr. Andi M. Darlis, menyebut digitalisasi budaya merupakan upaya mempertahankan budaya lokal dari pengaruh budaya luar.
"Milenial tentu harus beradaptasi dengan budaya luar namun jangan sampai meninggalkan budaya leluhur yang sudah berakar, teknologi terus diikuti, tapi budaya tetap di jaga," kata Dr. Andi.
Sekjen Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAPI) Sumatera Selatan Avanidin di Palembang, Kamis mengatakan pihaknya juga menggandeng Fakultas Adab-Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang sebagai kampus yang konsen meneliti kebudayaan di Kota Palembang, karena museum virtual merupakan bagian program digitalisasi situs budaya menuju masyarakat urban.
"Digitalisasi situs budaya sudah banyak di luar negeri tapi belum ada di Indonesia, artinya jika progres ini sukses maka Palembang berhasil mengusung inovasi baru untuk sektor kebudayaan di Indonesia," ujar Avanidin saat lokakarya Digital Culture and Social Design di UIN Raden Fatah Palembang.
Menurut dia sampel pertama yang akan dicoba untuk program digitalisasi adalah Museum Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS), di dalamnya menyimpan koleksi informasi terkait Kerajaan Sriwijaya sebagai brand utama Kota Palembang dan Sumsel.
Berbagai informasi terkait koleksi, catatan dan peninggalan di TPKS akan coba di konversi menjadi informasi virtual yang otomatis timbul ketika pengunjung mengarahkan gadgetnya ke sebuah koleksi, teknologi ini berbeda dari "scan barcode" yang biasa menempel di dekat koleksi museum.
Pengunjung dapat melihat bentuk suatu koleksi secara lebih sempurna dalam bentuk 3D, karena koleksi-koleksi telah diprogram dengan teknik photogrammetry yang memberikan pengalaman berbeda dibanding hanya melihat koleksi secara monoton lalu dilupakan.
Virtualisasi museum sudah banyak diterapkan museum-museum di Eropa dan negara-negara maju di Asia, dampak dari penggunaanya bisa mendatangkan lebih banyak pengunjung serta menghapus kesan 'kuno' sebuah museum.
"Di Indonesia sepertinya baru Kota Palembang yang akan menerapkannya, sehingga dibutuhkan peran semua pihak agar rencana ini terealisasi," tambah Avanidin.
IAPI Sumsel memulai perencanaan digitalisasi budaya dengan lokakarya dan uji sampel, pada lokakarya hadir sebagai pemateri yakni pakar urban dari Waseda University Tokyo Jepang, Prof. Riela Drianda dan Dr. Adwan F. Aritenang dari ITB Bandung.
Serta dua pakar desain-visualisasi dari NCT University Taiwan, Prof. June Hao Hou dan Chi Li Neng, uji sampel rencananya dilaksanakan Kamis (19/12).
Rencana virtualisasi museum tersebut di dukung Sultan SMB IV, Fauwaz Diraja Jayo Wikramo, menurutnya digitalisasi budaya dan sejarah akan menarik bagi generasi milenial yang akrab dengan gadget, sehingga pijakan akar budaya Palembang tetap mengalir ke generasi menerus meski digempur budaya luar.
"Langkah digitalisasi ini harus di dukung dengan memasukkan kebudayaan palembang menjadi kurikulum di sekolah-sekolah, jadi dilihat dari pelajaran menarik dan dilihat di museum lebih menarik lagi," ujar Sultan IV Fauwaz Diraja.
Selain itu, Palembang sebagai kota tertua di Indonesia dengan usia 1336 tahun dirasa tepat menjadi pilot digitalisasi budaya di Indonesia
Sementara Kabiro Administrasi Umum UIN RF Palembang, Dr. Andi M. Darlis, menyebut digitalisasi budaya merupakan upaya mempertahankan budaya lokal dari pengaruh budaya luar.
"Milenial tentu harus beradaptasi dengan budaya luar namun jangan sampai meninggalkan budaya leluhur yang sudah berakar, teknologi terus diikuti, tapi budaya tetap di jaga," kata Dr. Andi.