Remaja yang tewas dalam tragedi di Colorado suka membantu orang tua

id Penembakan di Colorado,KendrickRay Castillo,Dua tersangka

Remaja yang tewas dalam tragedi di Colorado suka membantu orang tua

Warga menunggu di luar dekat sekolah STEM saat insiden penembakan di Highlands Ranch, Colorado, Amerika Serikat, terlihat dalam foto Selasa (7/5/2019) yang didapatkan dari media sosial. (SHREYA NALLAPATI/SOCIAL MEDIA)

Colorado (ANTARA) - Kendrick Ray Castillo, remaja 18 tahun yang mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan siswa lain dalam penembakan di sekolah tinggi di pinggir Denver, adalah sosok yang mencintai robot, suka membantu para orang tua dan membuat orang lain tertawa.

Remaja putri bernama Cece Bedard, yang mengenal Castillo sejak sekolah dasar, mengatakan ia tak kuasa menahan air mata ketika mendengar kabar bahwa temannya itu meninggal. Tapi, ia mengatakan tidak terkejut dengan tindakan Castillo yang tidak mementingkan diri sendiri.

"Tak ada keraguan dalam ingatan saya bahwa ia tentu melakukan apa saja yang ia kira dapat ia lakukan untuk membantu orang lain," kata Bedard pada Rabu (8/5).

Dua remaja dituduh melepaskan tembakan ke arah teman mereka sesama siswa pada Selasa di Science, Technology, Engineering and Math (STEM) School di Highjlands Ranch, sekitar 40 kilometer di sebelah selatan Denver. Penembakan itu menewaskan Castillo dan melukai delapan murid lain.

Beberapa saksi mata mengatakan Castillo, yang sebelumnya dijadwalkan lulus dalam tiga hari setelah kejadian, menghadapi seorang penembak.

"Kendrick menerjang dia," kata murid senior Nui Giasolli kepada NBC News. Ia merujuk kepada kedua tersangka pelaku penembakan --Devon Erickson (18), yang ditahan pada Rabu dengan dakwaan pembunuhan dan upaya pembunuhan.

"Ia menembak Kendrick, sehingga memberi kami semua cukup waktu untuk berlindung di bawa meja, untuk menyelamatkan diri kami, dan berlari ke ruang seberang untuk menyelamatkan diri," kata Giasolli.

Murid lain, Brendan Bialy, yang direkrut Marinir AS dan juga menyerang tersangka pelaku penembakan bersama murid ketiga, menggambarkan Castillo seperti "bola bowling yang tak bisa dihentikan".

"Pada dasarnya, ketika ia bergerak, tak ada yang bisa menghentikan dia," kata Bialy di dalam satu wawancara dengan banyak media, termasuk media yang berafiliasi kepada Fox News, Denver, pada Rabu malam.

Bialy mengatakan temannya itu tak memperlihatkan keraguan,

Giasolli mengatakan Castillo dan Bedard adalah relawan bersama ayah mereka di Knights of Columbus, organisasi layanan masyarakat pria Katholik, ketika mereka belajar di sekolah menengah.

Castillo suka meningkuti ayahnya menjadi relawan di Knights of Columbus, baik itu mengangkati peti-peti buah berat buat pengemudi buah persik maupun menyiapkan makan siang buat orang yang berusia lanjut. Ia sangat baik dalam berhubungan dengan orang tua yang ia layani, kata Bedard.

"Ia sejak dulu selalu ada lebih awal dibandingkan dengan saya dan selalu berada di sana lebih lama dibandingkan dengan saya," kata remaja putri tersebut.

Teman-temanya mengenang Castillo sebagai orang yang sukar berkelakar, namun guyonannya tak pernah merugikan orang lain, kata Bedard. Castillon diceritakan memiliki rasa percaya diri dan tidak peduli apa yang orang lain pikirkan mengenai dia, sikap yang membuat dia menonjol di antara teman-teman sebayanya.

Castillo juga adalah anggota tim robot regional, kelompok lain yang pada Rabu berkabung, merasa kehilangan Castillo.

"Kami sedih dengan kematian Kendrick Castillo ... Kendrick adalah anggota @Frc4418, yang ayahnya menjadi Mentor Utama," kata FIRST, organisasi nirlaba nasional yang mendedikasikan diri pada upaya memajukan generasi muda di STEM, di Twitter.

Bialy mengatakan Castillo bukan korban tapi orang yang melakukan tindakan.

"Saya mencintai anak itu," kata Baily. "Ia meninggal sebagai prajurit. Ia mendapat tiket menuju Valhalla, dan saya tahu ia akan bersama saya sepanjang sisa hidup saya."

Sumber: Reuters