Seniman teater nasional jangan bergantung sponsor

id teater,sponsor

Seniman teater nasional jangan bergantung sponsor

Drama Musikal Siti Nurbaya Penyanyi Candil tampil dalam drama musikal Siti Nurbaya Kasih Tak Sampai, di Jakarta, Senin (17/3). Pementasan warisan sastra roman Siti Nurbaya karya Marah Rusli tersebut disutradarai oleh Denny Malik dan akan dipentaskan pada 29-30 Maret di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki dengan menampilkan sejumlah aktris, musisi dan penyanyi Indonesia diantaranya Andi Rif, Iman JRocks, Candil, Aryo Wahab, Dewi Gita, Neta dan Leona The Voice. (ANTARA FOTO/ Teresia May/ss/ama/14)

Yogyakarta (ANTARA News Sumsel) - Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Faruk HT mengharapkan pementasan karya-karya seni teater para seniman nasional tidak bergantung dengan ada atau tidaknya sponsor.

"Sudah seharusnya teater sebagai karya seni tidak terlalu terpengaruh dengan ada atau tidaknya sponsor," kata Faruk saat berbicara dalam acara Dialog Budaya di Rumah Budaya Emha Ainun Najib, Yogyakarta.

Pakar Ilmu Budaya UGM ini mengkritik teater modern nasional pascaera generasi Teater Gandrik serta Teater Dinasti cenderung kehilangan arah idealisme dalam berkesenian. Teater tidak lagi menitikberatkan pada naskah, pemikiran, serta kritik sosial melainkan pada sponsor.

"Pentas-pentas (teater) sekarang yang penting ada sponsornya. Kalau tidak ada sponsor ya tidak tampil," kata dia.

Fenomena itu diakibatkan munculnya iklim ekonomisasi karya hampir di semua lini termasuk seni teater sehingga segala sesuatu diukur dengan uang, selain juga iklim politik yang ikut memengaruhi.

"Ada kecenderungan juga kita kehilangan isu. (dalam berkarya) kita mau mengatakan apa dan terobsesi masalah apa seolah sudah susah," kata Faruk.

Pada era 70-an, kata dia, banyak karya teater yang selain mampu memberikan kritik sosial mendalam, di sisi lain juga mampu mengemas ke dalam pertunjukan yang memikat.

Ia mencontohkan, teater era 70-an berjudul "kelahiran" karya Tertib Suratmo mampu memberikan kritik sosial yang tajam mengenai hubungan masyrakat tradisional dan perkotaan.

Karya teater yang akan ditampilkan kembali di Taman Budaya Yogyakarta pada Minggu (22/4) malam itu menggambarkan bagaimana perbedaan mencolok antara masyarakat kota dan desa dalam menyikapi peristiwa kelahiran.

Sementara itu, Budayawan Emha Ainun Najib mengatakan karya-karya seni termasuk teater dapat menjadi pemantik munculnya karya-karya yang inovatif bagi bangsa.

"Kalau bisa kesenian menjadi 'kaca benggala' para inovator untuk membuat karya yang inovatif," kata budayawan yang akrab disapa Cak Nun ini.