Kakak beradik kumpulkan botos bekas demi 20 ribu

id botol bekas,rakyat miskin,kakak beradik,pemulung barang bekas,keterbatasan ekonomi,berita palembang,berita sumsel

Kakak beradik kumpulkan botos bekas demi 20 ribu

Arsip- Limbah botol plastik (ANTARA FOTO)

Jakarta (Antaranews Sumsel) - Tidak seperti halnya anak-anak dan remaja lain yang masih senang bersekolah dan bermain, sepasang kakak adik yang masih terbilang dini terpaksa mencari botol plastik bekas sejak pagi hari  hingga malam karena kemiskinan.

Udin (12) dan Maya (7) tinggal di daerah kumuh di kawasan Beji, Depok, Jawa Barat. Mereka berpakaian seperti anak-anak lainnya, namun yang membedakan adalah pakaian mereka yang kumal dan aroma tubuh yang tidak sedap.

Setiap hari pukul 08.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB mereka selalu mencari botol plastik kosong yang nantinya akan dijual kepada pengepul.

Saat malam Udin dan sang Adik mangkal di supermarket di Jalan Nusantara Raya, Depok. Dia mencari botol kosong, tapi terkadang dia membantu memarkirkan kendaraan dan membawakan barang atau troli orang-orang yang belanja di sana.
    
Tidak sedikit orang yang merasa iba kepada mereka. Udin mengatakan beberapa orang terkadang memberikan makanan. Saat Udin dan adiknya mendapatkan makanan, mereka selalu tidak cuci tangan terlebih dahulu.  

Sementara itu, orang tuanya juga merupakan seorang pemulung. Udin mengatakan bahwa dia dan sang adik sudah tidak lagi bersekolah karena keterbatasan ekonomi orang tuanya.

Selain itu, alasan Udin putus sekolah karena dia selalu diejek teman-temannya dan dia berasal dari keluarga tidak mampu. Bahkan tidak jarang pula teman-teman menoyor kepalanya.

Sejujurnya Udin ingin bisa sekolah lagi. Tapi dia hanya ingin sekolah di kampung asal, yakni Ciampea, Bogor, Jawa Barat.

Udin tidak langsung menjual botol yang telah dia kumpulkan seharian, tapi dia kumpulkan di rumah bersama kedua orang tuanya.

Bila sudah terkumpul banyak maka baru kemudian  ibunya akan menjual kepada pengepul. Untuk hasil dari jual botol-botol kosong yang dikumpulkan, dia hanya mendapat Rp10 ribu atau Rp20 ribu. Udin mengatakan, dengan jumlah itu, untuk makan sehari-hari saja sudah bersyukur.

Udin mangatakan lagi, jika dia dan sang adik tidak mencari botol kosong, maka ibunya akan memarahinya. Jadi, setiap harinya mereka harus membawa pulang banyak botol plastik kosong.

Meskipun begitu, dibalik keadaannya yang sekarang, raut wajah Udin dan sang adik masih dapat tersenyum bahagia dengan candaan mereka yang menggunakan dialek khas sunda.

Saat malam semakin gelap, Udin dan adiknya kembali ke rumah. Biasanya mereka dengan berjalan kaki ,meskipun menurut dia jarak ke rumah tidak terlalu jauh.

Udin termasuk anak yang berani, dia tidak merasa takut pulang larut malam bersama sang adik.
(T.A011/B/A. Wijaya)