Jakarta (ANTARA) - Laporan polisi menyebutkan kesaksian pengemudi Tesla Model S 2021 yang terlibat dalam kecelakaan bulan lalu di Bay Bridge, San Fransisco, adalah dikarenakan ia dalam mode berkendara full self-driving (FSD) yang tidak berfungsi.
Melansir Reuters, Kamis, kecelakaan di Hari Thanksgiving tersebut mengakibatkan dua remaja diangkut ke rumah sakit setempat untuk perawatan luka ringan dan menyebabkan penundaan yang lama di jembatan.
Bos Tesla Elon Musk menyebut perangkat lunak tersebut sebagai fitur paling potensial bagi pembuat mobil listrik terbesar di dunia itu. Namun, sistem bantuan pengemudi canggih Tesla dan klaim Musk tersebut masih menghadapi pengawasan hukum, peraturan, dan publik yang semakin meningkat.
Tesla menjual perangkat lunak FSD seharga 15 ribu dolar AS sebagai iklan yang memungkinkan kendaraannya mengubah jalur dan parkir secara mandiri. Itu melengkapi fitur "Autopilot" standarnya, yang memungkinkan mobil menyetir, berakselerasi, dan mengerem di jalurnya tanpa campur tangan pengemudi.
Pengemudi Tesla mengatakan kepada polisi bahwa FSD tidak berfungsi, tapi polisi tidak dapat menentukan apakah perangkat lunak itu beroperasi atau apakah pernyataannya akurat.
Laporan polisi mengatakan kendaraan tersebut melakukan perubahan jalur yang tidak aman dan melambat hingga berhenti, yang menyebabkan kendaraan lain menabrak Tesla dan reaksi berantai dari tabrakan tambahan.
Selanjutnya, laporan polisi mengatakan jika FSD tidak berfungsi, pengemudi seharusnya mengendalikan kendaraan secara manual.
Di sisi lain, Tesla tidak menanggapi permintaan komentar.
Selain itu, Administrasi Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional (NHTSA), yang telah menyelidiki sistem bantuan pengemudi canggih pembuat mobil, tidak berkomentar mengenai insiden ini.
Sebelumnya, Ketua Dewan Keselamatan Transportasi Nasional Jennifer Homendy telah mempertanyakan pemasaran fitur Tesla yang dapat "mengemudi sendiri sepenuhnya", ketika fitur malah tidak mampu melakukannya. Ia juga mengatakan Tesla harus berbuat lebih banyak untuk memastikan orang tidak menyalahgunakan fitur tersebut.
Melansir Reuters, Kamis, kecelakaan di Hari Thanksgiving tersebut mengakibatkan dua remaja diangkut ke rumah sakit setempat untuk perawatan luka ringan dan menyebabkan penundaan yang lama di jembatan.
Bos Tesla Elon Musk menyebut perangkat lunak tersebut sebagai fitur paling potensial bagi pembuat mobil listrik terbesar di dunia itu. Namun, sistem bantuan pengemudi canggih Tesla dan klaim Musk tersebut masih menghadapi pengawasan hukum, peraturan, dan publik yang semakin meningkat.
Tesla menjual perangkat lunak FSD seharga 15 ribu dolar AS sebagai iklan yang memungkinkan kendaraannya mengubah jalur dan parkir secara mandiri. Itu melengkapi fitur "Autopilot" standarnya, yang memungkinkan mobil menyetir, berakselerasi, dan mengerem di jalurnya tanpa campur tangan pengemudi.
Pengemudi Tesla mengatakan kepada polisi bahwa FSD tidak berfungsi, tapi polisi tidak dapat menentukan apakah perangkat lunak itu beroperasi atau apakah pernyataannya akurat.
Laporan polisi mengatakan kendaraan tersebut melakukan perubahan jalur yang tidak aman dan melambat hingga berhenti, yang menyebabkan kendaraan lain menabrak Tesla dan reaksi berantai dari tabrakan tambahan.
Selanjutnya, laporan polisi mengatakan jika FSD tidak berfungsi, pengemudi seharusnya mengendalikan kendaraan secara manual.
Di sisi lain, Tesla tidak menanggapi permintaan komentar.
Selain itu, Administrasi Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional (NHTSA), yang telah menyelidiki sistem bantuan pengemudi canggih pembuat mobil, tidak berkomentar mengenai insiden ini.
Sebelumnya, Ketua Dewan Keselamatan Transportasi Nasional Jennifer Homendy telah mempertanyakan pemasaran fitur Tesla yang dapat "mengemudi sendiri sepenuhnya", ketika fitur malah tidak mampu melakukannya. Ia juga mengatakan Tesla harus berbuat lebih banyak untuk memastikan orang tidak menyalahgunakan fitur tersebut.