Palembang (ANTARA) - Kemendikbud Ristek meminta Politeknik Pariwisata di seluruh Indonesia menyiapkan inovasi pasca pandemi COVID-19 agar sektor ini segera pulih.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud-Ristek Wikan Sakarinto mengharapkan pendidikan vokasi di Politeknik Pariwisata segera berbenah menghadapi situasi pandemi COVID-19.
"Pariwisata itu cepat terkena dampak dari situasi pandemi, dan paling terakhir pulih. Tetapi itu bisa diantisipasi, apa pun bidangnya harus segera melakukan perubahan,” kata Wikan Sakarinto pada acara Dies Natalis Poltekpar Palembang ke-6, Rabu.
Menurutnya saat ini industri pariwisata harus cepat menyesuaikan agar dapat mematahkan stigma yang ada itu.
Witan menilai, perubahan sektor pariwisata harus dimulai dari SDM pariwisatanya.
Untuk itu, Politeknik Pariwisata memiliki peran penting untuk mendukung agar proses transisi ke gaya pariwisata normal baru dapat terlaksana.
"Setelah pandemi, dinamika pariwisata berubah karena karakter turis juga berubah. Tadinya suka kerumunan, sekarang privat. Lebih suka staycation," kata dia.
Perubahan kurikulum pendidikan Politeknik Pariwisata tidak hanya bertujuan untuk menyesuaikan kebutuhan Pariwisata.
Oleh karena itu, sangat penting penerapan sistem pendidikan Link and Match dengan menggali kompetensi yang dibutuhkan pasar kerja ke depan.
"Jika pola turis tidak ditanggapi dengan perubahan kurikulum, jadi tidak pas. Untuk itu kami menawarkan seluruh Poltekpar berinovasi dalam kurikulum," kata dia.
Wikan menambahkan, saat ini hard skill harus turut dikembangkan berbarengan dengan memastikan soft skill, leadership, pengembangan karakter dan entrepreneur.
Ini harus masuk dalam satu kurikulum sehingga para SDM pariwisata tidak lagi masif sehingga terkesan hanya mencetak tukang.
"Kelas itu harus dibuat seperti industri beneran. Kampus pariwisata harus berbentuk hotel. Jadi mereka bisa praktek langsung. Dunia nyata dan kelas berbeda. Ilmu soft skill itu harus dipraktekkan," kata dia.
Senada, Direktur Poltekpar Palembang Zulkifli Harahap mengatakan berinovasi dalam pariwisata itu menjadi tuntutan masa kini sehingga perlu dibuat skema terbaru untuk kurikulum pendidikan di Poltekpar. "Soal kurikulum baru, kami sedang bahas dengan senat,” ujar dia.
Zulkifli pun menilai, apa yang mereka lakukan sudah sejalan dengan keinginan Poltekpar Palembang sehingga pihaknya meyakini akan benar-benar membentuk soft skill lewat learning by doing.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud-Ristek Wikan Sakarinto mengharapkan pendidikan vokasi di Politeknik Pariwisata segera berbenah menghadapi situasi pandemi COVID-19.
"Pariwisata itu cepat terkena dampak dari situasi pandemi, dan paling terakhir pulih. Tetapi itu bisa diantisipasi, apa pun bidangnya harus segera melakukan perubahan,” kata Wikan Sakarinto pada acara Dies Natalis Poltekpar Palembang ke-6, Rabu.
Menurutnya saat ini industri pariwisata harus cepat menyesuaikan agar dapat mematahkan stigma yang ada itu.
Witan menilai, perubahan sektor pariwisata harus dimulai dari SDM pariwisatanya.
Untuk itu, Politeknik Pariwisata memiliki peran penting untuk mendukung agar proses transisi ke gaya pariwisata normal baru dapat terlaksana.
"Setelah pandemi, dinamika pariwisata berubah karena karakter turis juga berubah. Tadinya suka kerumunan, sekarang privat. Lebih suka staycation," kata dia.
Perubahan kurikulum pendidikan Politeknik Pariwisata tidak hanya bertujuan untuk menyesuaikan kebutuhan Pariwisata.
Oleh karena itu, sangat penting penerapan sistem pendidikan Link and Match dengan menggali kompetensi yang dibutuhkan pasar kerja ke depan.
"Jika pola turis tidak ditanggapi dengan perubahan kurikulum, jadi tidak pas. Untuk itu kami menawarkan seluruh Poltekpar berinovasi dalam kurikulum," kata dia.
Wikan menambahkan, saat ini hard skill harus turut dikembangkan berbarengan dengan memastikan soft skill, leadership, pengembangan karakter dan entrepreneur.
Ini harus masuk dalam satu kurikulum sehingga para SDM pariwisata tidak lagi masif sehingga terkesan hanya mencetak tukang.
"Kelas itu harus dibuat seperti industri beneran. Kampus pariwisata harus berbentuk hotel. Jadi mereka bisa praktek langsung. Dunia nyata dan kelas berbeda. Ilmu soft skill itu harus dipraktekkan," kata dia.
Senada, Direktur Poltekpar Palembang Zulkifli Harahap mengatakan berinovasi dalam pariwisata itu menjadi tuntutan masa kini sehingga perlu dibuat skema terbaru untuk kurikulum pendidikan di Poltekpar. "Soal kurikulum baru, kami sedang bahas dengan senat,” ujar dia.
Zulkifli pun menilai, apa yang mereka lakukan sudah sejalan dengan keinginan Poltekpar Palembang sehingga pihaknya meyakini akan benar-benar membentuk soft skill lewat learning by doing.