Poso (ANTARA) - Satgas Madago Raya terus mengejar dan mempersempit ruang gerak enam teroris Poso yang masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) di sejumlah area pegunungan di Kabupaten Parigi Moutong, Poso hingga Kabupaten Sigi, yang diduga menjadi tempat persembunyian kelompok ini.
Beberapa rumah dan gubuk tua kosong menjadi sasaran mereka, tempat-tempat yang sering menjadi tempat persembunyian logistik para teroris itu.
Penyisiran dipimpin langsung Komandan Korem 132 Tadulako, Brigadir Jenderal TNI Farid Makruf yang berlatar belakang Komando Pasukan Khusus TNI AD, di areal pegunungan Kabupaten Parigi Moutong hingga Kabupaten Sigi.
Menurut Makruf, Kamis, "Saya yakin jika kita bekerja sama kelompok ini bisa kita dapat lumpuhkan."
Menurut dia, selain medan, kendala utama dalam operasi ini yaitu masih banyaknya sumpatisan yang mendukung kelompok itu, baik secara intelejen maupun logistik.
"Nah ini yang menjadi persoalan masih banyak simpatisan mendukung DPO ini baik secara intelejen maupun logistik, sehingga akibatnya mereka masih bisa bergerak menghindari pengejaran dan logistik masih mereka punya. Dengan ada logistik mereka masih bisa bertahan hidup di hutan kalau tidak dipasok logistik saya yakin mereka turun untuk menyerah," katanya.
Ia turun langsung ke lapangan memimpin personel-personel gabungan itu. "Ini sebagai bentuk kepedulian kami, kepala Polda Sulawesi Tengah dan saya, mengecek kondisi prajurit agar lebih baik. Kami juga yang menentukan taktik, makanya kami harus tahu kondisi medan di lapangan agar kelompok itu bisa didapat," katanya.
Beberapa rumah dan gubuk tua kosong menjadi sasaran mereka, tempat-tempat yang sering menjadi tempat persembunyian logistik para teroris itu.
Penyisiran dipimpin langsung Komandan Korem 132 Tadulako, Brigadir Jenderal TNI Farid Makruf yang berlatar belakang Komando Pasukan Khusus TNI AD, di areal pegunungan Kabupaten Parigi Moutong hingga Kabupaten Sigi.
Menurut Makruf, Kamis, "Saya yakin jika kita bekerja sama kelompok ini bisa kita dapat lumpuhkan."
Menurut dia, selain medan, kendala utama dalam operasi ini yaitu masih banyaknya sumpatisan yang mendukung kelompok itu, baik secara intelejen maupun logistik.
"Nah ini yang menjadi persoalan masih banyak simpatisan mendukung DPO ini baik secara intelejen maupun logistik, sehingga akibatnya mereka masih bisa bergerak menghindari pengejaran dan logistik masih mereka punya. Dengan ada logistik mereka masih bisa bertahan hidup di hutan kalau tidak dipasok logistik saya yakin mereka turun untuk menyerah," katanya.
Ia turun langsung ke lapangan memimpin personel-personel gabungan itu. "Ini sebagai bentuk kepedulian kami, kepala Polda Sulawesi Tengah dan saya, mengecek kondisi prajurit agar lebih baik. Kami juga yang menentukan taktik, makanya kami harus tahu kondisi medan di lapangan agar kelompok itu bisa didapat," katanya.