Jakarta (ANTARA) - Pembelajaran adaptif berbasis teknologi yang memungkinkan materi pembelajaran yang dipersonalisasi sesuai kemampuan siswa dinilai bisa menjadi solusi untuk mengatasi kesenjangan pendidikan (learning gap) di Indonesia.
Pembelajaran adaptif menjadi metode yang sangat direkomendasikan untuk kegiatan belajar, terutama di masa pandemi karena dirancang khusus untuk memberikan pengalaman belajar yang personal, sehingga setiap siswa berkesempatan mengejar ketertinggalan atau mengulang agar mampu menguasai materi secara utuh, kata Kepala Pusat Riset Telematika di Universitas Syah Kuala, Kahlil Muchtar, Ph. D.
"Tidak hanya di sekolah dan lembaga pendidikan, pendekatan pembelajaran adaptif cocok bagi siapa pun, terlepas dari latar belakang, profesi, umur, dan perbedaan level pengetahuan," kata Kahlil dalam pernyataan pers, dikutip Selasa.
Pandemi COVID-19 dan pemberlakuan pembelajaran jarak-jauh (PJJ) yang sudah berlangsung lebih dari setahun terakhir mengakibatkan kesenjangan pendidikan di Indonesia semakin tinggi. Berdasarkan prediksi World Bank pada Agustus 2020, sebanyak 91.000 siswa di Indonesia memiliki kemungkinan untuk putus sekolah akibat tantangan ekonomi selama pandemi.
Tantangan utama yang terjadi selama PJJ adalah guru dan staf pengajar yang kesulitan memantau performa murid satu per satu secara mendalam. Tidak seperti di ruang kelas, komunikasi yang terjadi di platform virtual sangat terbatas dan mayoritas berjalan satu arah, sehingga guru memiliki keterbatasan untuk memberikan materi pelajaran yang berbeda-beda sesuai kemampuan para siswa.
Untuk mengatasi masalah ini, tenaga ahli di bidang pendidikan percaya bahwa sistem pembelajaran adaptif akan berperan penting untuk mengatasi kesenjangan pendidikan di Indonesia. Metode berbasis teknologi digital ini memungkinkan materi pelajaran dipersonalisasi atau dirancang khusus sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa, sehingga mereka bisa belajar sesuai dengan tingkatan pemahaman dan pengetahuan mereka masing-masing.
Zenius yang bergerak dalam bidang teknologi edukasi (edtech) telah mengadopsi metode pembelajaran adaptif sejak awal Juli lalu melalui fitur terbarunya, ZenCore. ZenCore menyediakan materi dan pelatihan adaptif untuk mengembangkan keterampilan fundamental pengguna.
Di dalamnya terdapat dua fitur utama, yakni CorePractice, tempat latihan dengan ratusan ribu pertanyaan latihan dari 3 cabang konsentrasi utama, yaitu logika verbal, matematika, dan Bahasa Inggris. Sementara CoreInsight menyediakan berbagai pengetahuan yang insightful seperti filsafat, sciences, dan big history, yang dapat digunakan untuk mendukung dan memperluas wawasan dan sudut pandang pengguna.
"Sejalan dengan misi utama Zenius, yakni menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap kegiatan belajar, kehadiran fitur ZenCore diharapkan dapat membuat proses belajar menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Dengan fitur ini, semua orang bisa belajar dengan kecepatannya sendiri-sendiri, tanpa takut tertinggal dengan orang lain," kata Sabda PS, Founder dan Chief Education Officer Zenius.
Menurut Kahlil, potensi penerapan sistem pembelajaran adaptif di Indonesia masih terbuka luas, karena masih banyak cabang-cabang ilmu turunan dalam kecerdasan buatan (AI) yang dapat dieksplorasi lebih jauh. Saat ini, Zenius sudah menerapkan beberapa cabang ilmu AI ke dalam platform mereka, salah satunya adalah teknologi computer vision melalui ZenBot.
ZenBot memungkinkan pengguna untuk mengunggah foto soal, lalu sistem akan memberikan jawaban dan penjelasan dari soal tersebut secara otomatis. Selain itu, ke depannya, tidak tertutup kemungkinan Zenius bisa menerapkan teknologi Natural Language Processing (NLP), yang memungkinkan teknologi AI memanfaatkan data berupa tulisan.
Untuk membuka akses belajar seluas-luasnya kepada masyarakat Indonesia, fitur ZenCore dapat dimanfaatkan secara gratis oleh siapa saja. Peluncuran fitur baru ini telah mendapatkan sambutan positif, dimana tercatat lebih dari 65 ribu pengguna telah mencoba ZenCore dalam waktu kurang dari sebulan. Pengguna yang ingin mengasah keterampilan fundamental mereka dapat mencoba untuk menyelesaikan 100 level yang ada pada ZenCore, dengan lebih dari 200 ribu varian soal yang tersedia.
Pembelajaran adaptif menjadi metode yang sangat direkomendasikan untuk kegiatan belajar, terutama di masa pandemi karena dirancang khusus untuk memberikan pengalaman belajar yang personal, sehingga setiap siswa berkesempatan mengejar ketertinggalan atau mengulang agar mampu menguasai materi secara utuh, kata Kepala Pusat Riset Telematika di Universitas Syah Kuala, Kahlil Muchtar, Ph. D.
"Tidak hanya di sekolah dan lembaga pendidikan, pendekatan pembelajaran adaptif cocok bagi siapa pun, terlepas dari latar belakang, profesi, umur, dan perbedaan level pengetahuan," kata Kahlil dalam pernyataan pers, dikutip Selasa.
Pandemi COVID-19 dan pemberlakuan pembelajaran jarak-jauh (PJJ) yang sudah berlangsung lebih dari setahun terakhir mengakibatkan kesenjangan pendidikan di Indonesia semakin tinggi. Berdasarkan prediksi World Bank pada Agustus 2020, sebanyak 91.000 siswa di Indonesia memiliki kemungkinan untuk putus sekolah akibat tantangan ekonomi selama pandemi.
Tantangan utama yang terjadi selama PJJ adalah guru dan staf pengajar yang kesulitan memantau performa murid satu per satu secara mendalam. Tidak seperti di ruang kelas, komunikasi yang terjadi di platform virtual sangat terbatas dan mayoritas berjalan satu arah, sehingga guru memiliki keterbatasan untuk memberikan materi pelajaran yang berbeda-beda sesuai kemampuan para siswa.
Untuk mengatasi masalah ini, tenaga ahli di bidang pendidikan percaya bahwa sistem pembelajaran adaptif akan berperan penting untuk mengatasi kesenjangan pendidikan di Indonesia. Metode berbasis teknologi digital ini memungkinkan materi pelajaran dipersonalisasi atau dirancang khusus sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa, sehingga mereka bisa belajar sesuai dengan tingkatan pemahaman dan pengetahuan mereka masing-masing.
Zenius yang bergerak dalam bidang teknologi edukasi (edtech) telah mengadopsi metode pembelajaran adaptif sejak awal Juli lalu melalui fitur terbarunya, ZenCore. ZenCore menyediakan materi dan pelatihan adaptif untuk mengembangkan keterampilan fundamental pengguna.
Di dalamnya terdapat dua fitur utama, yakni CorePractice, tempat latihan dengan ratusan ribu pertanyaan latihan dari 3 cabang konsentrasi utama, yaitu logika verbal, matematika, dan Bahasa Inggris. Sementara CoreInsight menyediakan berbagai pengetahuan yang insightful seperti filsafat, sciences, dan big history, yang dapat digunakan untuk mendukung dan memperluas wawasan dan sudut pandang pengguna.
"Sejalan dengan misi utama Zenius, yakni menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap kegiatan belajar, kehadiran fitur ZenCore diharapkan dapat membuat proses belajar menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Dengan fitur ini, semua orang bisa belajar dengan kecepatannya sendiri-sendiri, tanpa takut tertinggal dengan orang lain," kata Sabda PS, Founder dan Chief Education Officer Zenius.
Menurut Kahlil, potensi penerapan sistem pembelajaran adaptif di Indonesia masih terbuka luas, karena masih banyak cabang-cabang ilmu turunan dalam kecerdasan buatan (AI) yang dapat dieksplorasi lebih jauh. Saat ini, Zenius sudah menerapkan beberapa cabang ilmu AI ke dalam platform mereka, salah satunya adalah teknologi computer vision melalui ZenBot.
ZenBot memungkinkan pengguna untuk mengunggah foto soal, lalu sistem akan memberikan jawaban dan penjelasan dari soal tersebut secara otomatis. Selain itu, ke depannya, tidak tertutup kemungkinan Zenius bisa menerapkan teknologi Natural Language Processing (NLP), yang memungkinkan teknologi AI memanfaatkan data berupa tulisan.
Untuk membuka akses belajar seluas-luasnya kepada masyarakat Indonesia, fitur ZenCore dapat dimanfaatkan secara gratis oleh siapa saja. Peluncuran fitur baru ini telah mendapatkan sambutan positif, dimana tercatat lebih dari 65 ribu pengguna telah mencoba ZenCore dalam waktu kurang dari sebulan. Pengguna yang ingin mengasah keterampilan fundamental mereka dapat mencoba untuk menyelesaikan 100 level yang ada pada ZenCore, dengan lebih dari 200 ribu varian soal yang tersedia.