Palembang (ANTARA News) - Pertamina Unit Kilang (RU) III meluncurkan bahan bakar ramah lingkungan biosolar (B-20) untuk mendukung program pemerintah berupa penggunaan 20 persen minyak sawit dalam campuran minyak diesel.
General Manager RU III Plaju Yosua IM Nababan seusai peluncuran di Palembang, Kamis, mengatakan lahirnya produk ini merupakan bentuk dukungan Pertamina pada kebijakan pemerintah sesuai Peraturan Menteri ESDM No 41 Tahun 2018.
Dalam Permen disebutkan, adanya penggunaan campuran bahan bakar minyak (BBM) jenis solar dengan minyak nabati (Fatty Acid Methyl Ester/FAME) sebesar 20 persen yang diproduksi oleh Badan Usaha Bahan Bakar Nabati (BU BBN).
"Launching Biosolar (B-20) ini menunjukkan bahwa Pertamina Refinery Unit III Plaju siap mendukung program Pemerintah dan memenuhi ketahanan suplai energi khususnya di wilayah Sumbagsel," kata dia.
Pertamina menjalankannya melalui sinergi bersama antara RU Unit III dengan Marketing Operation Region II Sumbagsel.
Sejauh ini, RU III telah mengembangkan sarana dan prasarana penerimaan FAME maupun produksi B-20 dalam tempo yang cukup cepat. Kilang RU III mampu mengolah pasokan FAME dari penyuplai dengan kapasitas 30.000-40.000 KL/bulan. FAME diterima melalui kapal dan disalurkan melalui Rumah Pompa Minyak di area tanki penyimpan untuk dilakukan pencampuran solar sebagai B-20 untuk kemudian di distribusikan melalui sarana prasarana yang ada baik melalui kapal maupun pipa ke TBBM wilayah Sumsel dan Lampung.
"Kami berterima kasih atas apresiasi Menteri ESDM RI saat kunjungannya ke RU III lalu. Menciptakan energi bersih menjadi prioritas kami sebagai Green Refinery pertama di Indonesia, kata dia. Selain untuk memenuhi regulasi, injeksi FAME sebanyak 20 persen ke dalam produk solar dapat memberikan potensi peningkatan kualitas akhir produk.
Pjs General Manager MOR II Hendrix Eko Verbriono, mengatakan keunggulan B-20 ini memiliki CetaNe number diatas 50 yang artinya lebih tinggi bila dibandingkan dengan CetaNe number solar murni yakni 48.
Semakin tinggi angka cetane, semakin sempurna pembakaran sehingga polusi dapat ditekan. Kerapatan energi per volume yang diperoleh juga makin besar. Selain itu, campuran FAME menurunkan sulfur pada produk Diesel tersebut, kata dia.
Penerapan bahan bakar ramah lingkungan ini tentunya juga berdampak pada pengendalian angka impor BBM sehingga diharapkan ikut mendukung stabilitas nilai rupiah dan menghemat devisa negara. Melalui pemanfaatan minyak sawit ini, selain menyejahterakan petani sawit dengan menjaga stabilisasi harga CPO juga mampu mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 29 persen dari Business as Usual (BAU) pada tahun 2030.
RU III Plaju merupakan salah satu dari 30 lokasi yang ditentukan menerima FAME dengan pertimbangan kebutuhan B-20 untuk Provinsi Sumsel dan Lampung sebanyak 3.500 - 5.000 KL/hari.
Saat ini secara reguler dapat dipenuhi seluruhnya dari RU III Plaju yang mampu menghasilkan Biosolar (B-20) 180.000-200.000 KL/bulan. Ini merupakan bagian dari upaya Pertamina menjamin ketahanan stok BBM Ramah Lingkungan di pasaran.
Pertamina akan terus berinovasi menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan diantaranya langsung mengolah CPO di dalam kilang untuk menghasilkan green fuel berupa green gasoline, green diesel dan green avtur.
General Manager RU III Plaju Yosua IM Nababan seusai peluncuran di Palembang, Kamis, mengatakan lahirnya produk ini merupakan bentuk dukungan Pertamina pada kebijakan pemerintah sesuai Peraturan Menteri ESDM No 41 Tahun 2018.
Dalam Permen disebutkan, adanya penggunaan campuran bahan bakar minyak (BBM) jenis solar dengan minyak nabati (Fatty Acid Methyl Ester/FAME) sebesar 20 persen yang diproduksi oleh Badan Usaha Bahan Bakar Nabati (BU BBN).
"Launching Biosolar (B-20) ini menunjukkan bahwa Pertamina Refinery Unit III Plaju siap mendukung program Pemerintah dan memenuhi ketahanan suplai energi khususnya di wilayah Sumbagsel," kata dia.
Pertamina menjalankannya melalui sinergi bersama antara RU Unit III dengan Marketing Operation Region II Sumbagsel.
Sejauh ini, RU III telah mengembangkan sarana dan prasarana penerimaan FAME maupun produksi B-20 dalam tempo yang cukup cepat. Kilang RU III mampu mengolah pasokan FAME dari penyuplai dengan kapasitas 30.000-40.000 KL/bulan. FAME diterima melalui kapal dan disalurkan melalui Rumah Pompa Minyak di area tanki penyimpan untuk dilakukan pencampuran solar sebagai B-20 untuk kemudian di distribusikan melalui sarana prasarana yang ada baik melalui kapal maupun pipa ke TBBM wilayah Sumsel dan Lampung.
"Kami berterima kasih atas apresiasi Menteri ESDM RI saat kunjungannya ke RU III lalu. Menciptakan energi bersih menjadi prioritas kami sebagai Green Refinery pertama di Indonesia, kata dia. Selain untuk memenuhi regulasi, injeksi FAME sebanyak 20 persen ke dalam produk solar dapat memberikan potensi peningkatan kualitas akhir produk.
Pjs General Manager MOR II Hendrix Eko Verbriono, mengatakan keunggulan B-20 ini memiliki CetaNe number diatas 50 yang artinya lebih tinggi bila dibandingkan dengan CetaNe number solar murni yakni 48.
Semakin tinggi angka cetane, semakin sempurna pembakaran sehingga polusi dapat ditekan. Kerapatan energi per volume yang diperoleh juga makin besar. Selain itu, campuran FAME menurunkan sulfur pada produk Diesel tersebut, kata dia.
Penerapan bahan bakar ramah lingkungan ini tentunya juga berdampak pada pengendalian angka impor BBM sehingga diharapkan ikut mendukung stabilitas nilai rupiah dan menghemat devisa negara. Melalui pemanfaatan minyak sawit ini, selain menyejahterakan petani sawit dengan menjaga stabilisasi harga CPO juga mampu mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 29 persen dari Business as Usual (BAU) pada tahun 2030.
RU III Plaju merupakan salah satu dari 30 lokasi yang ditentukan menerima FAME dengan pertimbangan kebutuhan B-20 untuk Provinsi Sumsel dan Lampung sebanyak 3.500 - 5.000 KL/hari.
Saat ini secara reguler dapat dipenuhi seluruhnya dari RU III Plaju yang mampu menghasilkan Biosolar (B-20) 180.000-200.000 KL/bulan. Ini merupakan bagian dari upaya Pertamina menjamin ketahanan stok BBM Ramah Lingkungan di pasaran.
Pertamina akan terus berinovasi menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan diantaranya langsung mengolah CPO di dalam kilang untuk menghasilkan green fuel berupa green gasoline, green diesel dan green avtur.