Palembang (ANTARA Sumsel) - Permintaan arang dan tusuk sate di Kota Palembang, Sumatera Selatan, meningkat sejak dua hari menjelang Hari Raya Idul Adha 1437 Hijriyah/2016 Masehi karena warga kota setempat biasa membuat acara bakar sate daging hewan kurban.

Sejumlah pedagang arang dan tusuk sate di Palembang, Minggu, mengatakan, seperti tahun-tahun sebelumnya menghadapi Hari Raya Idul Adha permintaan barang dagangannya itu mengalami peningkatan hingga 50 persen lebih dibandingkan dengan kondisi normal.

Menurut Amir salah seorang pedagang arang dan tusuk sate di kawasan pasar tradisional Cinde Palembang, permintaan barang dagangan tersebut dalam dua hari ini mengalami peningkatan karena biasanya warga melakukan pesta bakar sate daging sapi dan kambing pada hari raya kurban ini.

Tusuk sate terbuat dari potongan bambu dijual dalam bentuk perikat isi sekitar 50 buah, sedangkan arang yang terbuat dari kayu dan batok kelapa dijual per bungkus ukuran sekitar 500 gram.

Tusuk sate dijual Rp15.000 per ikat sedangkan arang dijual dengan harga Rp7500 hingga Rp12.000 per bungkus, katanya.

Dia menjelaskan, pada perayaan hari besar keagamaan umat Islam atau yang biasa disebut dengan hari raya haji itu, cukup banyak pembeli arang dan tusuk sate.

"Dalam beberapa hari ini sudah terjual sekitar 500 bungkus arang dan sekitar 300 ikat tusuk sate dengan keuntungan yang lumayan besar karena pada hari biasanya sulit untuk menjual arang dan tusuk sate dalam jumlah sebanyak itu," ujarnya.

Sementara salah seorang warga Sekip Palembang Yan Fakhlani mengatakan, setiap Hari Raya Idul Adha, dalam tiga tahun terakhir dia bersama teman-temannya selalu membuat acara pesta sate daging hewan kurban.

Untuk menyiapkan pesta bakar sate hewan kurban, beberapa hari menjelang hari besar keagamaan umat Islam itu, menyiapkan tusuk sate dan arang.

Dengan persiapan tersebut, daging hewan kurban yang diperoleh dari keluarga yang biasa berkurban bisa dinikmati bersama teman-teman dan tetangga yang bermukim di kawasan permukiman yang cukup banyak terdapat penduduk miskin itu, kata dia pula.

Pewarta : Yudi Abdullah
Editor : Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024