Di sisi lain, Ariston menganggap rupiah akan menguat karena dipengaruhi faktor eksternal dari laju inflasi AS Oktober 2023 yang melambat, yakni 0 persen dengan perkiraan sebelumnya 0,1 persen secara month to month (MoM), dan year on year (YoY) 3,2 persen dengan ekspektasi 3,3 persen. Adapun data klaim pengangguran Amerika Serikat (AS) meningkat 13 ribu menjadi 231 ribu dari perkiraan 220 ribu.
“Dengan angka inflasi yang lebih rendah dari sebelumnya, ini memperbesar ekspektasi peluang pemangkasan suku bunga acuan AS lebih cepat. Indeks dolar AS terlihat bergerak di kisaran 103,80 pagi ini setelah pekan lalu bergerak di atas 104. Di sisi lain, sebagian petinggi Bank Sentral AS yang memberikan pernyataan soal kebijakan moneter AS pekan lalu, mengungkapkan ketidakyakinannya bahwa inflasi bakal turun cepat ke target 2 persen, sehingga AS masih memerlukan kebijakan suku bunga tinggi saat ini,” ungkapnya.
Hingga saat ini, tidak ada data AS yang penting. Pasar menunggu rilis notulen rapat Federal Reserve (The Fed) pada Rabu (22/11) dinihari untuk mencari petunjuk soal kebijakan suku bunga tinggi The Fed ke depan.
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi menguat sebesar 0,57 persen atau 89 poin menjadi Rp15.404 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.493 per dolar AS.