Kisah Merry si penyintas kanker payudara

id penyintas kanker payudara, kanker,berita sumsel, berita palembang

Kisah Merry si penyintas kanker payudara

Merry Handoko dalam acara One Pink One Hope di Jakarta, Minggu (22/10/2023). (ANTARA/HO-Dokumentasi pribadi)

Jakarta (ANTARA) - "Saya tidak mau seperti kakak saya yang meninggal karena kanker".

Kalimat tersebut terucap dari mulut Merry Handoko, wanita berusia 48 tahun yang pada tahun 2020 divonis memiliki kanker payudara stadium dua, diketahui dari hasil pemeriksaan medis.

Ia mendapati dirinya mengidap kanker tepat setelah 5 tahun penyakit ganas serupa merenggut kehidupan kakak perempuannya.

Rasa takut, panik, dan sedih melanda ia dan keluarganya. Kecurigaan Merry terhadap kondisi tubuhnya tersebut diawali ketika ia rutin melakukan pengecekan terhadap bagian payudaranya setelah kakaknya meninggal.

Benar saja, di suatu hari dirinya mendapati adanya benjolan di bagian payudara, namun menurut kesaksiannya, ukuran dari benjolan tersebut masih kecil dan berpindah-pindah.

Dirinya langsung memberitahu kondisi tubuhnya kepada sang suami untuk mendapatkan respons.

Tanpa basa-basi, Suami Merry langsung membawanya untuk melakukan screening medis, hal ini bertujuan untuk mengetahui benjolan yang ada di payudaranya, termasuk tumor jinak atau kanker.

Ternyata setelah dilakukan screening, benjolan pada tubuh Merry merupakan kanker payudara yang sudah masuk pada tahap stadium dua.

Ia sempat menolak untuk melakukan pengobatan, karena Merry masih terbayang kondisi kakaknya yang sudah masuk fase stadium tiga saat melakukan terapi penyembuhan.

Namun dorongan dari pihak keluarga, dan keinginan untuk hidup, membuat dirinya bersedia untuk melakukan pengangkatan tumor ganas penyebab kanker payudara yang ada di tubuhnya tersebut.