Layangan raksasa di Semarang
Semarang (ANTARA) - Kreatifitas para pelayang Indonesia mendapat penyaluran di Semarang.
Sebanyak 96 layang-layang raksasa memeriahkan puncak "Festival Kudu" yang berlangsung di Lapangan Sepak Bola Kudu, Semarang, Jawa Tengah, Minggu, yang menjadi rangkaian peringatan Kemerdekaan RI.
Ada layang-layang yang berbentuk burung garuda, kupu-kupu, burung walet berukuran besar, ada yang panjang berbentuk ular naga, dan ada pula yang unik menampilkan layang-layang berbentuk kapal.
"Festival Kudu itu ada senam, bazar, Pak Rahman (Pasar Pangan Rakyat Murah dan Aman). Nah, lomba layang-layang ini merupakan puncaknya," kata Lurah Kudu Suhartono, di Semarang, Minggu.
Menurut dia, para peserta lomba layang-layang itu hanya dikhususkan untuk warga Kelurahan Kudu yang terdiri atas sembilan rukun warga (RW) dan 65 rukun tetangga (RT).
"Pesertanya semula 60 orang, tapi membludak jadi 96. Antusias warga Kudu luar biasa. Ini akan diambil pemenang 10 besar yang semuanya dapat hadiah," katanya. Untuk penilaian, setiap peserta diberikan waktu untuk menerbangkan layang-layang maksimal 10 menit, dan kesempatan menerbangkan sampai tiga kali.
"Jika tiga kali layang-layang enggak naik, ya, didiskualifikasi. Ada juri dari komunitas layang-layang yang menilai aspek estetika, daya terbang, dan kesesuaian dengan tema," kata Suhartono.
Anggota DPRD Kota Semarang Dyah Ratna Harimurti sebagai salah satu penyelenggara lomba layang-layang itu mengaku pemilihan layang-layang karena merupakan permainan tradisional yang perlu dilestarikan.
"Awalnya, kami mau buat (lomba layang-layang) untuk anak-anak, tapi ternyata bapak-bapak antusias. 'Layangannya' dibikin apik. Ternyata, layang-layang masih jadi permainan favorit," kata Detty, sapaan akrabnya.
Melalui lomba layang-layang itu, ia berharap layang-layang tetap bisa menjadi permainan tradisional favorit masyarakat di tengah serbuan permainan online lewat gadget seiring perkembangan teknologi.
"Masyarakat kan juga butuh hiburan ya, apalagi kemarin selama pandemi COVID-19 di rumah terus ya. Terbukti, masyarakat antusias. Tadinya, warga luar Kudu juga mau daftar, tetapi kan dibatasi khusus warga Kudu," ujarnya.
Bahkan, kata Detty yang duduk di Komisi D DPRD Kota Semarang itu, Festival Kudu dengan lomba layang-layangnya ke depan bisa dikembangkan sebagai daya tarik wisata karena mampu menyedot antusias warga luar Kudu untuk menonton.
Salah satu peserta, Aji Septianto mengaku sejak kecil memang hobi bermain layang-layang dan membutuhkan waktu setidaknya satu hari untuk mempersiapkan layang-layang yang akan dilombakan.
"Saya buat sendiri dari bambu, kertas, lem, dan tali rafia. Emang suka 'layangan' dari dulu. Harapan saya, bisa melestarikan tradisi. Jangan sampai punah," kata warga RT 2/RW 5 Kelurahan Kudu itu.
Ketua Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI) Jawa Tengah Maria Tri Mangesti yang juga hadir sangat mengapresiasi antusiasme peserta pada lomba layang-layang itu.
"Artinya, masyarakat mulai sadar bahwa yang tradisional tidak ketinggalan zaman dan perlu dibudayakan. Layang-layang ini termasuk olahraga rekreasi masyarakat makanya di bawah KORMI," katanya pula.
Layang-layang sebagai salah satu permainan tradisional yang masuk olahraga rekreasi masyarakat, kata dia, harus terus dimainkan, terutama terhadap generasi muda agar tetap lestari.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Layang-layang raksasa meriahkan puncak "Festival Kudu" di Semarang
Sebanyak 96 layang-layang raksasa memeriahkan puncak "Festival Kudu" yang berlangsung di Lapangan Sepak Bola Kudu, Semarang, Jawa Tengah, Minggu, yang menjadi rangkaian peringatan Kemerdekaan RI.
Ada layang-layang yang berbentuk burung garuda, kupu-kupu, burung walet berukuran besar, ada yang panjang berbentuk ular naga, dan ada pula yang unik menampilkan layang-layang berbentuk kapal.
"Festival Kudu itu ada senam, bazar, Pak Rahman (Pasar Pangan Rakyat Murah dan Aman). Nah, lomba layang-layang ini merupakan puncaknya," kata Lurah Kudu Suhartono, di Semarang, Minggu.
Menurut dia, para peserta lomba layang-layang itu hanya dikhususkan untuk warga Kelurahan Kudu yang terdiri atas sembilan rukun warga (RW) dan 65 rukun tetangga (RT).
"Pesertanya semula 60 orang, tapi membludak jadi 96. Antusias warga Kudu luar biasa. Ini akan diambil pemenang 10 besar yang semuanya dapat hadiah," katanya. Untuk penilaian, setiap peserta diberikan waktu untuk menerbangkan layang-layang maksimal 10 menit, dan kesempatan menerbangkan sampai tiga kali.
"Jika tiga kali layang-layang enggak naik, ya, didiskualifikasi. Ada juri dari komunitas layang-layang yang menilai aspek estetika, daya terbang, dan kesesuaian dengan tema," kata Suhartono.
Anggota DPRD Kota Semarang Dyah Ratna Harimurti sebagai salah satu penyelenggara lomba layang-layang itu mengaku pemilihan layang-layang karena merupakan permainan tradisional yang perlu dilestarikan.
"Awalnya, kami mau buat (lomba layang-layang) untuk anak-anak, tapi ternyata bapak-bapak antusias. 'Layangannya' dibikin apik. Ternyata, layang-layang masih jadi permainan favorit," kata Detty, sapaan akrabnya.
Melalui lomba layang-layang itu, ia berharap layang-layang tetap bisa menjadi permainan tradisional favorit masyarakat di tengah serbuan permainan online lewat gadget seiring perkembangan teknologi.
"Masyarakat kan juga butuh hiburan ya, apalagi kemarin selama pandemi COVID-19 di rumah terus ya. Terbukti, masyarakat antusias. Tadinya, warga luar Kudu juga mau daftar, tetapi kan dibatasi khusus warga Kudu," ujarnya.
Bahkan, kata Detty yang duduk di Komisi D DPRD Kota Semarang itu, Festival Kudu dengan lomba layang-layangnya ke depan bisa dikembangkan sebagai daya tarik wisata karena mampu menyedot antusias warga luar Kudu untuk menonton.
Salah satu peserta, Aji Septianto mengaku sejak kecil memang hobi bermain layang-layang dan membutuhkan waktu setidaknya satu hari untuk mempersiapkan layang-layang yang akan dilombakan.
"Saya buat sendiri dari bambu, kertas, lem, dan tali rafia. Emang suka 'layangan' dari dulu. Harapan saya, bisa melestarikan tradisi. Jangan sampai punah," kata warga RT 2/RW 5 Kelurahan Kudu itu.
Ketua Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI) Jawa Tengah Maria Tri Mangesti yang juga hadir sangat mengapresiasi antusiasme peserta pada lomba layang-layang itu.
"Artinya, masyarakat mulai sadar bahwa yang tradisional tidak ketinggalan zaman dan perlu dibudayakan. Layang-layang ini termasuk olahraga rekreasi masyarakat makanya di bawah KORMI," katanya pula.
Layang-layang sebagai salah satu permainan tradisional yang masuk olahraga rekreasi masyarakat, kata dia, harus terus dimainkan, terutama terhadap generasi muda agar tetap lestari.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Layang-layang raksasa meriahkan puncak "Festival Kudu" di Semarang