Rupiah Senin menguat, pasar ambil sisi positif pernyataan The Fed
Jakarta (ANTARA) - Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menyatakan rupiah mengalami penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin pagi, karena pasar mengambil sisi positif dari Ketua Dewan Gubernur The Fed Jerome Powell dalam pertemuan Simposium Jackson Hole pada akhir pekan yang lalu, sehingga minat pasar terhadap aset berisiko meninggi.
"Powell mengatakan bahwa pertumbuhan perekonomian tidak menurun seperti yang diperkirakan sebelumnya. Ekonomi AS tumbuh lebih cepat dari yang diperkirakan dan konsumen juga terus melakukan belanja," ujar dia ketika dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.
Adapun sisi negatif dari pernyataan tersebut adalah pertumbuhan ekonomi yang cepat akan mendorong kebijakan moneter yang lebih ketat untuk menahan inflasi.
Pagi ini, lanjut dia, indeks saham Asia terlihat bergerak naik, yang bisa diartikan sentimen terhadap risiko sedang bagus. "Rupiah bisa turut menguat hari ini ke arah Rp15.250, dengan potensi resisten di kisaran Rp15.330," kata Ariston.
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi menguat 0,03 persen atau 4 poin menjadi Rp15.291 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.295 per dolar AS.
Menurut dia, kenaikan rupiah yang tipis karena pasar masih mewaspadai isu kenaikan suku bunga AS dan pelambatan ekonomi China, sehingga mungkin penguatan rupiah tidak terlalu tinggi.
Dolar AS melemah dari level tertingginya dalam 12 minggu di awal sesi Asia pada Senin, karena para pedagang mempertimbangkan jalur moneter AS setelah Jerome Powell membuka kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut, sementara yen China mendekati level terendah dalam lebih dari sembilan bulan.
Dalam pidato di Simposium Kebijakan Ekonomi tahunan Jackson Hole, Powell berjanji untuk berhati-hati dalam pertemuan mendatang karena ia mencatat kemajuan yang dicapai dalam mengurangi tekanan harga serta risiko dari kekuatan ekonomi AS yang mengejutkan.
“Kami akan melanjutkan dengan hati-hati ketika kami memutuskan apakah akan melakukan pengetatan lebih lanjut atau, sebaliknya, mempertahankan tingkat kebijakan tetap konstan dan menunggu data lebih lanjut,” ucap Powell.
"Powell mengatakan bahwa pertumbuhan perekonomian tidak menurun seperti yang diperkirakan sebelumnya. Ekonomi AS tumbuh lebih cepat dari yang diperkirakan dan konsumen juga terus melakukan belanja," ujar dia ketika dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.
Adapun sisi negatif dari pernyataan tersebut adalah pertumbuhan ekonomi yang cepat akan mendorong kebijakan moneter yang lebih ketat untuk menahan inflasi.
Pagi ini, lanjut dia, indeks saham Asia terlihat bergerak naik, yang bisa diartikan sentimen terhadap risiko sedang bagus. "Rupiah bisa turut menguat hari ini ke arah Rp15.250, dengan potensi resisten di kisaran Rp15.330," kata Ariston.
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi menguat 0,03 persen atau 4 poin menjadi Rp15.291 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.295 per dolar AS.
Menurut dia, kenaikan rupiah yang tipis karena pasar masih mewaspadai isu kenaikan suku bunga AS dan pelambatan ekonomi China, sehingga mungkin penguatan rupiah tidak terlalu tinggi.
Dolar AS melemah dari level tertingginya dalam 12 minggu di awal sesi Asia pada Senin, karena para pedagang mempertimbangkan jalur moneter AS setelah Jerome Powell membuka kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut, sementara yen China mendekati level terendah dalam lebih dari sembilan bulan.
Dalam pidato di Simposium Kebijakan Ekonomi tahunan Jackson Hole, Powell berjanji untuk berhati-hati dalam pertemuan mendatang karena ia mencatat kemajuan yang dicapai dalam mengurangi tekanan harga serta risiko dari kekuatan ekonomi AS yang mengejutkan.
“Kami akan melanjutkan dengan hati-hati ketika kami memutuskan apakah akan melakukan pengetatan lebih lanjut atau, sebaliknya, mempertahankan tingkat kebijakan tetap konstan dan menunggu data lebih lanjut,” ucap Powell.