Kisah sang penjaga jagat esport Indonesia

id esport,Richard Permana,PBESI,IESPA,NXL,SEA Games,Asian Games,berita sumsel, berita palembang

Kisah sang penjaga jagat esport Indonesia

Tangkapan layar Richard Permana dalam video profil dirinya sebagai Asisten Pelatih esport Tim Nasional SEA Games Kamboja 2023. ANTARA/youtube.com/PBESI

Jakarta (ANTARA) - "Selama Indonesia masih butuh kemampuan dan pengalaman saya, dan selama saya mampu, saya pasti siap untuk membantu."

Kata-kata itu terucap dari Richard Permana, yang sudah hampir 20 tahun malang melintang di dunia esport.

Perkenalannya dengan esport terjadi saat pria kelahiran 27 Juni 1986 itu duduk di bangku sekolah menengah atas. Waktu itu, esport masih sangat asing bagi masyarakat.

Richard harus melawan pemikiran konservatif orang tuanya dan stereotipe anak sekolah waktu itu yang harus mengikuti kelas tambahan atau mungkin mengikuti kegiatan olahraga seusai sekolah.

Dia justru mengunjungi warung internet alias warnet hingga larut malam yang menimbulkan gesekan demi gesekan dengan orang tuanya.

"Sampai pernah sama guru disamperin ke warnet. Sampai di satu titik pembuktian terbalik, metode yang saya pakai saat itu, akhirnya bisa membuktikan kalau main game ini bisa mewakili Indonesia ke kejuaraan dunia," ujar Richard.


Terjun profesional

Richard akhirnya membentuk tim esport game Counter Strike yang dia beri nama NXL pada 2005. Dia bersama teman-temannya mengikuti turnamen yang diadakan di Jakarta, dan berhasil menjuarai ajang tahunan tersebut.

Berhasil menjadi tim Counter Strike terbaik di Indonesia, Richard dan kawan-kawan untuk kali pertama dalam sejarah mewakili Indonesia ke kejuaraan dunia World Cyber Games di Jerman pada 2008.

Namun, predikat juara yang melekat pada NXL di Indonesia, disadari Richard tidak berarti apa-apa ketika berhadapan dengan tim-tim dunia.

"Kami masih amatir," kata Richard. Meski begitu, dia pulang ke Tanah Air dengan banyak pengalaman berharga, mengingat pada saat itu jaringan internet dan sumber informasi dari platform digital sangat terbatas.

Semakin terjun ke dalam dunia esport, Richard akhirnya mengambil keputusan yang mengejutkan kedua orang tuanya. Dia memutuskan berhenti kuliah di tengah-tengah proses penyusunan skripsi.

Perdebatan tak terelakkan, tetapi Richard berhasil menjelaskan alasan mengapa dia memutuskan untuk berhenti menjalani studi Jurusan Desain Grafis di Universitas Bunda Mulia.

Titik membahagiakan ditemui Richard pada 2013 ketika dia bersama timnya berhasil menjuarai CS:GO Asian Cyber Games di Beijing, China.

Kemenangan tersebut merupakan hasil merombak tim NXL dengan meninggalkan "metode kekeluargaan" dan memilih untuk lebih profesional dari segi manajemen tim, termasuk para pemain dan pelatih.

Dari strategi baru yang diusung itu, NXL mendapatkan dukungan dari beberapa perusahaan teknologi kelas atas, yang akhirnya menelurkan sejumlah prestasi, di antaranya juara CS:GO GamesArena GameGod di Banglore, India, pada 2014, dan juara BenQ CS:GO League di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 2014.

Prestasi tersebut membuat NXL menjadi tim esport tersukses saat itu, dan menjadi yang paling senior di Indonesia saat ini.

"Akhirnya semuanya berbuah manis, dari satu ruangan petak kecil kami bisa ke garasi yang lebih besar, dari garasi bisa ke apartemen, dari apartemen kita bisa pindah ke mal," ujar Richard, founder dan CEO NXL.