Turunkan stunting signifikan, Bupati OKI berpeluang raih Satyalencana Wira Karya

id stunting, keluarga, pemerintah,angka,kasus

Turunkan stunting signifikan, Bupati OKI berpeluang raih Satyalencana Wira Karya

Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) keberhasilan daerah itu menurukan prevelensi stuntig 17,1 persen yakni dari 32,2 persen pada 2021 menjadi 15,1 persen pada 2022. (ANTARA/HO/Ist)

Kayu Agung, OKI (ANTARA) - Bupati Ogan Komering Ilir H Iskandar berpeluang mendapatkan Tanda Kehormatan Satyalencana Wira Karya (SWK) atas keberhasilan daerah itu  menurukan prevelensi stuntig 17,1 persen yakni dari 32,2 persen pada 2021 menjadi 15,1 persen pada 2022.

Tanda Kehormatan SWK merupakan tanda jasa yang diberikan Pemerintah Republik Indonesia kepada para warga negara yang dinilai telah memberikan darma bakti besar, kepada negara dan bangsa Indonesia sehingga dapat menjadi teladan bagi orang lain, khususnya dalam meningkatkan pembangunan keluarga berencana serta inovasi-inovasi percepatan penurunan stunting.

Tim penilai telah turun ke OKI untuk melakukan verifikasi dan klarifikasi kelengkapan administrasi untuk keperluan penilaian, Kamis. Rencananya penghargaan

Pada paparannya Bupati OKI, H Iskandar mengatakan penurunan stunting signifikan di Ogan Komering Ilir berkat upaya konvergen seluruh stake holder.

“Kita menggerakkan seluruh stakeholder dari tingkat desa hingga kabupaten karena perlu kerja kolektif untuk mengintervensi angka stunting," kata Iskandar.

Bupati dua periode ini mengatakan di awal kepemimpinan angka stunting di OKI merupakan tertinggi di Sumsel.

“Pernah di angka 36 persen pada tahun 2016 artinya, dari 5 kelahiran anak, 3 orangnya stunting,” ujarnya.

Beberapa penyebab tingginya angka stunting di Kabupaten OKI kala itu jelas Iskandar karena adanya salah pola asuh, ketersediaan air bersih dan sanitasi, serta masih adanya kepercayaan masyarakat kepada mitos.

“Kalau makan ikan katanya nanti anak jadi amis atau cacingan, ini mitos-mitos yang dulu dipercayai masyarakat, padahal ikan memiliki nilai gizi tinggi,’ jelas Iskandar.

Untuk itu berbagai langkah dilakukan untuk mengintervensi tingginya kasus stunting di Ogan Komering Ilir.

“Kita mulai dari hulu melalui pendampingan kepada calon pengantin, remaja, dan pasangan usia subur untuk diperiksa kesehatan atau menunda kehamilan jika berisiko,” terang Iskandar.

Upaya konkret lainnya tambah dia melalui Tim Pendamping Keluarga (TPK).

“Ada 1.806 personil Pendamping Keluarga yang mendampingi keluarga berisiko stunting terdiri dari kader PKK, bidan desa dan kader KB,” paparnya.

Selain itu tambah dia, Pemkab OKI juga menggagas inovasi Perahu Desa, yaitu Perawat Handal untuk Desa, berupa Program Satu Perawat satu Desa serta Revolusi KIA untuk memantau kesehatan ibu dan anak di masa 1.000 hari pertama kelahiran.

Selain sektor kesehatan, dukungan lainnya juga melalui program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), yaitu pengembangan rumah pangan yang dibangun dalam suatu dusun, desa, kecamatan dengan memanfaatkan pekarangan.

Selain itu juga dukungan dari pemerintah dan desa terhadap ketersediaan sanitasi, air bersih serta insentif kepada para kader penggerak posyandu melalui dana desa.

Kerja kolektif itu tambah dia membuahkan hasil antara lain, angka stunting di Kabupaten OKI turun menjadi 15,1 persen dari 32, 2 persen pada tahun 2022. Atau menurun sebanyak 17,1 persen. Demikian dengan angka kematian ibu dan bayi menjadi satu kasus di tahun 2022 sementara angka harapan hidup masyarakat OKI bertambah menjadi 69 tahun dari 67 tahun pada 2014.