Para pendamping pejuang "ASEAN Para Games"
Wisnu sebagai pelatih sekaligus pendamping Gischa harus ekstra sabar saat menemani atlet boccia andalan Indonesia itu dalam latihan atau saat berlangsungnya pertandingan. Gischa baru berusia 18 tahun, emosinya masih belum stabil sebagaimana anak-anak yang baru beranjak dewasa.
Pada pertandingan final boccia nomor individu putri klasifikasi BC2, Gischa menangis di tengah pertandingan saat hampir kalah dari lawannya Nguyen Nhat Uyen dari Vietnam.
Pada jeda ronde, Wisnu menghampiri Gischa di tengah lapangan. Menekuk lutut sebelah kakinya untuk menyamakan pandangan dengan gadis berjilbab tersebut, kemudian mengusap air mata Gischa yang berada di balik kaca mata.
"Jangan menyerah dulu, jangan menangis, pertandingan belum selesai," kata Wisnu saat menyampaikan kata-kata penyemangat di tengah pertandingan kepada Gischa.
Gischa akhirnya menang pada laga final itu dan mendapatkan emas pertamanya pada kejuaraan ASEAN Para Games. Capaian tertinggi Gischa sebelumnya hanya sampai medali perak yang dia dapatkan saat ASEAN Para Games ke-11 di Solo Indonesia pada tahun lalu.
Pada pertandingan final boccia nomor individu putri klasifikasi BC2, Gischa menangis di tengah pertandingan saat hampir kalah dari lawannya Nguyen Nhat Uyen dari Vietnam.
Pada jeda ronde, Wisnu menghampiri Gischa di tengah lapangan. Menekuk lutut sebelah kakinya untuk menyamakan pandangan dengan gadis berjilbab tersebut, kemudian mengusap air mata Gischa yang berada di balik kaca mata.
"Jangan menyerah dulu, jangan menangis, pertandingan belum selesai," kata Wisnu saat menyampaikan kata-kata penyemangat di tengah pertandingan kepada Gischa.
Gischa akhirnya menang pada laga final itu dan mendapatkan emas pertamanya pada kejuaraan ASEAN Para Games. Capaian tertinggi Gischa sebelumnya hanya sampai medali perak yang dia dapatkan saat ASEAN Para Games ke-11 di Solo Indonesia pada tahun lalu.