Meluruskan tempat lahir BungKarno
Pada catatan tersebut, tertulis Soekarno lahir tahun 1902 pada 6 Juni. Mengapa tahun kelahirannya 1902, bukan 1901? Tahun 1902 itu dimungkinkan karena usianya dimudakan saat masuk perguruan tinggi.
Pada buku induk mahasiswa, Soekarno juga menyebutkan nama ayahnya, Raden Sosrodihardjo, yang berprofesi sebagai seorang guru (onderwijzer) di Blitar dan tertera nama ibunya, Ida Nyomanaka.
Informasi lain bahwa Bung Karno lahir di Surabaya juga terungkap dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang ditulis Cindy Adams.
Bung Karno bercerita mengenai orang tuanya, Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Pernikahan orang tuanya, menurut Bung Karno, begitu pelik karena perbedaan agama. Apalagi, ibunya merupakan kerabat Raja Singaraja, meskipun sang ayah merupakan keturunan Sultan Kediri.
"Bapak seorang Islam theosof dan ibu seorang Bali Hindu-Buddha." Untuk menikah secara Islam, mereka kemudian harus pergi dari Singaraja. Setelah menikah, orang tua Bung Karno pun meninggalkan Bali, saat itulah Bung Karno dilahirkan.
"Karena Bapak merasa tidak disukai orang di Bali, ia kemudian mengajukan permohonan kepada Departemen Pengajaran untuk dipindahkan ke Jawa. Bapak dikirim ke Surabaya dan di sanalah Putra Sang Fajar dilahirkan," ucap Bung Karno.
Lalu mengapa kekeliruan mengenai tempat kelahiran proklamator yang memiliki nama lahir Koesno Sosrodihardjo tersebut masih terjadi, meski Bung Karno sendiri telah memberikan klarifikasi?
Menurut sejarawan Peter Kasenda, Orde Baru sengaja mengaburkan sejarah Soekarno demi kepentingan politik.
"Bung Karno jelas lahir di Surabaya, sesuai dengan pengetahuan sejarah saya. Keterangan tempat lahir Bung Karno di Blitar dipublikasikan di zaman Orde Baru. Ini bentuk pengaburan sejarah yang berbau politik," tutur Peter Kasenda, dikutip dari Harian Kompas pada 2 Juni 2015.
Kemudian, seperti dikutip dari Kompas.com (6/6/2022), peneliti lembaga Institut Soekarno, Peter A. Rohi, menduga ada kesalahan yang disengaja dalam penerjemahan biografi Soekarno yang ditulis oleh Cindy Adams, sehingga kelahirannya di Blitar. Padahal, menurut Rohi, berbagai referensi yang terbit sebelum 1966 menyebut kelahiran Soekarno di Surabaya. "Buku itu diterjemahkan oleh Tim Penulis Sejarah dari ABRI (TNI) dengan menyebutkan Bung Karno lahir di Blitar," kata Peter A. Rohi.
Oleh karena itu, sejalan dengan momentum hari kelahiran ke-122 Bung Karno pada 6 Juni 2023, kita harus terus menyuarakan bahwa beliau dilahirkan di Surabaya.
Surabaya bukan hanya tempat kelahiran Bung Karno, melainkan juga terdapat kisah panjang sejak bersekolah di Hoogere Burgerschool (HBS) atau sekolah menengah umum. Di Surabaya, Bung Karno juga berguru kepada H. Oemar Said Tjokroaminoto dan bertemu berbagai kalangan dan pemuda dengan beragam ideologi.
Surabaya dan Bung Karno, yang dilahirkan di Jalan Pandean IV No. 40, ini merupakan fakta sejarah yang harus diketahui masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda sehingga kita melek terhadap sejarah sang penggagas dasar negara Pancasila dan visi nasionalismenya untuk menguatkan kebangsaan Indonesia.
Aris Heru Utomo menjabat Direktur Pengkajian Materi Pembinaan Ideologi Pancasila BPIP.