Palembang (ANTARA) - Ancaman krisis pangan dunia dampak bonus demografi 2045 memerlukan perhatian serius bagi bangsa Indonesia untuk menghadapinya agar tidak menjadi masalah di dalam negeri.
Bahkan, dampak dari bonus demografi itu jika diantisipasi dengan baik, tidak hanya dapat menghindari masalah krisis pangan tetapi bisa menjadi peluang ekonomi menjadi pengekspor pangan.
Krisis pangan bisa melanda Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris ini jika tidak mempersiapkan berbagai upaya peningkatan produksi pertanian, perkebunan, dan peternakan yang telah dicapai dengan baik sekarang ini.
Dengan memanfaatkan lahan yang tersedia secara maksimal dan menerapkan teknologi pertanian modern, diharapkan dapat mendongkrak produksi padi, jagung, dan bahan pangan lainnya, apalagi masih terdapat banyak lahan 'tidur' yang berpotensi dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman pangan.
Untuk itu, perlu dilakukan ekstensifikasi pertanian sehingga lahan tersebut bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi tanaman pangan dan peternakan sebagai sumber protein.
Guna meningkatkan produksi pangan, selain mendorong kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi lahan pertanian yang ada di perdesaan, perlu juga memanfaatkan lahan yang ada di perkotaan meskipun tidak seluas yang ada di desa.
Lahan perkotaan yang sempit jika dikelola dengan baik bisa menghasilkan pangan dan sumber nutrisi serta protein bagi warga kota sehingga mengurangi ketergantungan pasokan pangan dari daerah yang pada momentum tertentu sering terjadi lonjakan harganya.
Pemanfaatan lahan perkotaan terus dikenalkan kepada warga kota oleh sejumlah dosen Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, selaras dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang setahun terakhir gencar menggalakkan program Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP).
Edukasi
Sejumlah Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya (Unsri), telah melakukan penyuluhan dan edukasi pertanian perkotaan (urban farming), antara lain di komplek perumahan kawasan Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, 30 Juli silam.
Para pengajar perguruan tinggi yang melakukan kegiatan dalam rangka pengabdian kepada masyarakat itu dipimpin Ketua Prof Ir H. Benyamin Lakitan MSc PhD, dengan anggota Dr.Ir.Andi Wijaya MSc, Ir Siti Nurul Aidilfitri MSi, dan Fitra Gustiar SP MSi.
Kegiatan tersebut dihadiri puluhan masyarakat umum, ibu-ibu perumahan sekitar kawasan Jakabaring, dan mahasiswa Fakultas Pertanian Unsri Palembang.
Dosen Unsri Prof Benyamin pada kesempatan itu mengenalkan pengembangan optimalisasi lahan perkarangan yang sempit untuk kegiatan pertanian perkotaan (urban farming) kepada masyarakat di Ibu kota Provinsi Sumatera Selatan itu guna meningkatkan ketahanan pangan masyarakat dengan pola tiga kegiatan dalam satu petak lahan (3 in 1).
Optimalisasi lahan perkarangan "3 in 1" merupakan teknologi budidaya sayuran dan ikan untuk sumber vitamin serta protein tambahan bagi masyarakat urban dengan lahan terbatas.
"Perkembangan pembangunan di Palembang mengakibatkan lahan untuk budidaya pertanian semakin terbatas, oleh karena itu perlu disiasati dengan pengembangan kegiatan optimalisasi lahan untuk pertanian perkotaan (urban farming)," ujar dosen yang pernah menjadi Sekretaris Kementerian Riset dan Teknologi pada tahun 2007 itu.
Lahan perkotaan yang luasnya terus berkurang dampak pesatnya pembangunan gedung untuk berbagai aktivitas, perlu disiasati dengan mengoptimalkan lahan yang ada membuat beberapa kegiatan di satu petak lahan.
Lahan perkarangan rumah yang sempit atau luasannya yang terbatas tidak hanya bisa dimanfaatkan untuk satu kegiatan seperti hanya membuat kolam untuk budidaya ikan, menanam sayuran, obat-obatan (apotek hidup), dan buah-buahan.
Namun kegiatannya bisa dikembangkan dan lahan yang terbatas dapat dioptimalkan dengan cara sebagian lahan yang ada kolam ikannya digunakan untuk budi daya ikan seperti lele, nila, dan betok yang di atasnya juga dimanfaatkan untuk tanaman sayuran, obat-obatan herbal, dan cabai dengan teknologi rakit apung memanfaatkan botol bekas dan bambu yang bisa dengan mudah ditemukan di kawasan permukiman.
Kemudian kegiatan 'urban farming' itu sekarang ini dikembangkan dengan cara tiga lapis/kegiatan dalam satu tempat (3 in 1) yakni lahan yang ada kolam ikannya digunakan untuk budidaya ikan di atasnya juga dimanfaatkan untuk tanaman sayuran dan cabai dengan teknologi rakit apung dan dibuat kerangka rambat sehingga bisa digunakan untuk budidaya tanaman sayuran seperti oyong dan buah-buahan seperti anggur dan melon yang pertumbuhannya merambat.
Tanaman sayuran yang sudah diuji coba dibudidayakan di lahan perkarangan seperti caya, kale, talas, bayam merah, pakcoy, 'swiss chard' tanaman satu famili dengan bayam, bayam brazil, tomat, serta ada juga ginseng dan porang.
Melalui optimalisasi lahan pertanian perkotaan itu, diharapkan lahan yang luasnya terbatas tetap bisa menghasilkan bahan pangan secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari bahkan dapat dijual ke tetangga dan pasar sebagai usaha sampingan keluarga.
Sementara Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru terus berupaya memotivasi pemuda di 17 kabupaten dan kota dalam provinsi setempat menumbuhkan sikap kemandirian berbagai hal termasuk dalam penyediaan pangan.
Dengan sikap kemandirian yang kuat pemuda provinsi ini produktif memanfaatkan potensi yang ada di sekitar tempat tinggal, sehingga berbagai kebutuhan hidupnya dan keluarga bisa dipenuhi dengan baik.
Untuk menumbuhkan sikap kemandirian generasi muda, pihaknya mendorong setiap sekolah khususnya Sekolah Menengah Atas (SMA) untuk menjadikan anak didiknya berjiwa produktif.
Salah satunya yakni dengan menggeliatkan GSMP di berbagai lembaga pendidikan seperti sekolah yang diharapkan bisa memotivasi pelajar memanfaatkan perkarangan sekolah dan rumah mereka dengan berkebun dan beternak untuk memenuhi kebutuhan pangan, nutrisi, dan protein sendiri atau mengurangi ketergantungan pasokan dari pasar yang pada kondisi tertentu harganya bisa melonjak.
Dia menjelaskan, Sumsel sebagai provinsi lumbung pangan, sudah selayaknya mengembangkan program GSMP di sekolah-sekolah sehingga dapat memantik produktivitas pelajar sebagai generasi muda penerus bangsa.
Melalui upaya tersebut diharapkan generasi muda daerah ini dapat lebih siap bersaing terutama menghadapi ancaman krisis pangan dampak bonus demografi 2045.
"Menghadapi ancaman saat terjadi bonus demografi, perlu ditanamkan sikap kemandirian pemuda sejak dini sehingga mereka mampu bersaing dan mandiri dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidup sehari-hari," ujar Gubernur Sumsel.
Optimistis
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru menyatakan optimistis mewujudkan target produksi 2,9 juta ton gabah kering giling (GKG) hingga akhir 2022 ini.
"Target produksi 2,9 juta ton GKG optimistis bisa dicapai karena ditunjang salah satunya keberhasilan program Food Estate seperti di Kabupaten OKU Timur dan Banyuasin yang saat ini mampu menghasilkan lebih dari satu juta GKG," ujarnya.
Untuk mewujudkan target produksi bahan pangan utama itu, ia mendorong pemerintah kabupaten dan kota melakukan berbagai kegiatan yang dapat menciptakan sentra produksi padi dan bahan pangan lainnya.
Selain itu, berupaya mendorong petani melakukan intensifikasi atau peningkatan produksi pangan dengan memanfaatkan lahan yang dikelola selama ini.
Kemudian bisa dilakukan dengan melakukan ekstensifikasi atau perluasan areal pertanian memanfaatkan lahan tidur atau yang tidak produktif, katanya.
Menurut dia, pihaknya berupaya melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan posisi sebagai provinsi surplus pangan dan menjadi lumbung pangan nasional.
Dengan memanfaatkan lahan yang tersedia secara maksimal dan menerapkan teknologi pertanian modern, diharapkan dapat mendongkrak produksi padi dan bahan pangan lainnya sesuai target tahun ini.
Melihat program Gerakan Sumsel Mandiri Pangan yang berjalan cukup baik di wilayah provinsi dengan 17 kabupaten dan kota itu, tidak perlu dikhawatirkan ancaman krisis pangan dunia dampak bonus demografi 2045.
Dengan kemampuan produksi pangan sekarang ini dan upaya peningkatan produksi melalui program 'Food Estate' dan Gerakan Sumsel Mandiri Pangan, serta pengembangan pertanian perkotaan memanfaatkan lahan perkarangan diharapkan dapat mengurangi bahkan menghilangkan ketergantungan dari daerah lain dan luar negeri.
Bahkan Sumsel tidak hanya menjadi lumbung pangan nasional, tetapi juga bisa menjadi pengekspor atau pemasok pangan dunia.
Menguatkan pertanian perkotaan dalam Gerakan Sumsel Mandiri Pangan
Bahkan Sumsel tidak hanya menjadi lumbung pangan nasional, tetapi juga bisa menjadi pengekspor atau pemasok pangan dunia.