Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr. Meida Tanukusumah, Sp.A mengatakan perburukan gejala penyakit hepatitis akut berat, yang belakangan menyerang anak-anak di bawah usia 16 tahun, dapat terjadi lebih cepat.
Menurut Meida, perjalanan penyakit hepatitis akut biasanya ada empat fase. Dimulai dari fase replikasi virus yaitu masuknya virus ke dalam tubuh namun belum menimbulkan gejala, kemudian fase gejala awal (prodromal), fase gejala lanjutan atau fase ikterik, dan fase penyembuhan. Namun, pada hepatitis akut berat, perjalanannya menjadi lebih cepat.
"Pada hepatitis akut berat misterius, begitu virus masuk langsung menunjukkan gejala awal, kemudian lanjut lagi ke gejala lanjutan menjadi hepatitis fulminan. Kita harus waspada karena perburukannya cepat," kata Meida menjelaskan dalam sebuah webinar pada Kamis.
Adapun gejala awal hepatitis akut berat, kata Meida, di antaranya mual, muntah, diare, dan demam. Sedangkan gejala lanjutan berupa warna mata dan kulit menguning, urin berwarna pekat seperti teh, tinja berwarna putih pucat, gangguan pembekuan darah, kejang, bahkan penurunan kesadaran.
Hepatitis sendiri diketahui sebagai peradangan pada hati. Penyebab penyakit tersebut, di antaranya infeksi virus hepatitis A,B,C,D,E, infeksi non virus seperti bakteri, atau kondisi lain seperti racun, gangguan aliran darah ke hati, hingga trauma abdomen.
Akan tetapi, Meida yang kini berpraktik di Rumah Sakit Medistra itu mengatakan penyebab hepatitis akut berat masih belum diketahui secara pasti dan masih dilakukan penelitian. Namun, ada hipotesis bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh adenovirus-41.
"Tapi ini baru hipotesis. Jadi masih diperlukan serangkaian proses ilmiah, perlu waktu penelitian yang banyak dan tentu biaya. Jadi belum diketahui penyebabnya," imbuh Meida.
Meski demikian, Meida mengimbau para orang tua untuk tidak panik dan selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta gerakan 6M untuk mencegah penularan hepatitis akut berat pada anak.
PHBS meliputi cuci tangan dengan benar, minum air dan makan makanan yang bersih dan matang, buang tinja atau popok pada tempatnya, tidak menggunakan makan bersama orang lain, dan menjaga kebersihan rumah dan lingkungan.
Sedangkan 6M yaitu memakai masker, mencuci tangan, menjauhi kerumunan, membatasi mobilitas, menjaga jarak, dan menghindari makanan bersama.
“Penularannya ini melalui saluran cerna, dari makanan. Makanya, harus makan makanan yang matang. Selain itu, juga melalui kontak erat dengan yang sakit hepatitis,” pungkas Meida.
Berita Terkait
Dinkes Ogan Komering Ulu Sumsel tangani 29.962 kasus ISPA pada 2024
Jumat, 13 Desember 2024 6:45 Wib
Polres Banyuasin gelar penyuluhan kesehatan hepatitis akut
Selasa, 28 Mei 2024 17:39 Wib
Enam bayi di Gaza utara meninggal akibat kurang gizi
Kamis, 29 Februari 2024 13:41 Wib
Dinkes sebut kasus ISPA di Palembang mulai menurun
Kamis, 2 November 2023 6:17 Wib
Kemenkes sebut tidak ada penambahan signifikan kasus ISPA
Kamis, 5 Oktober 2023 10:23 Wib
Presiden setujui pemberian bantuan korban gagal ginjal akut
Kamis, 28 September 2023 10:53 Wib
Kemenkes: Imunisasi Nasional Rotavirus digelar 15 Agustus 2023
Senin, 14 Agustus 2023 9:53 Wib
Ahli: Jangan asal gunakan obat herbal atasi penyakit ginjal
Rabu, 8 Maret 2023 22:23 Wib